Pernah mendengar kuliner ayam rarang? Pasti belum, kan? Sebab untuk mencicipi ayam bakar satu ini harus datang langsung ke Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Dalam perjalanan darat saya bersama
teman-teman dari Pelabuhan Kahyangan menuju Bandara Internasional Lombok, supir travel menghentikan mobilnya di Desa
Rarang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Kami pun masuk ke halaman parkir sebuah rumah makan yang menyajikan khas
kuliner setempat. Tepatnya di samping SPBU Rarang. Ya, makan siang telah tiba!
Rumah makan ini menyediakan saung-saung
khusus untuk tamu yang ingin makan sambil lesehan, di belakang warung mereka di pinggir jalan.
Meskipun saungnya tak terlalu istimewa dibandingkan saung lesehan di tempat
saya tinggal (Bandung) namun saya tetap penasaran mencicipi salah satu unggulan
rumah makan ini, yakni ayam rarang.
Sambil menunggu pesanan datang
saya mampir ke dapurnya. Dan bertanya-tanya kepada pelayan warung. Ayam rarang merupakan
ayam bakar berlumur bumbu cabai merah
yang mengkilat dengan tambahan jeruk limau di atasnya. Air liur saya langsung
menetes melihatnya. Saya membayangkan rasanya sepedas ayam taliwang.
Proses membuat ayam rarang
dimulai dengan membakar ayam di tungku menggunakan kayu bakar. Kalau melihat
bentuknya, tampak ayamnya adalah ayam kampung yang masih sangat muda. Ayam
tidak disajikan utuh seperti ayam taliwang, tapi potongan kecil-kecil. Setelah
itu dibumbui seperti halnya bumbu pelecing, yakni ulekan cabe merah besar, kemiri, bumbu
besar, ketumbar, dan merica.
Cara penyajiannya unik karena
bebeda dengan penyajian ayam taliwang.
Ayam rarang disajikan dengan kacang kedelai goreng, sayur bening, ati
empela goreng yang ditusuk seperti sate.
Kalau ada yang tidak suka boleh disingkirkan kok. Saya sih suka dengan
sayur beningnya karena hitung-hitung pengganti lalab sebagai makanan wajib
saya.
Mau tahu rasanya? Rasa pedas
langsung membakar mulut. Tapi tenang, pedasnya bisa dinetralisir dengan nasi
putih. Jadi, setelahnya tidak terasa
mulas. Bumbunya juga terasa gurih, dan bagi lidah saya aroma kemiri sangat
terasa. Yang paling nikmat adalah daging ayamnya yang tidak kenyal dengan aroma
sangit kayu bakar. Maklum, ayam ABG. Dan kemungkinan besar jenis ayam inilah
yang membedakan dengan ayam taliwang.
Saya merasa puas dengan ayam rarang ini. Bahkan habis
beberapa potong. Hanya sedikit kekurangan dalam penyajian hidangan, yakni tidak
ada buah-buahan pencuci mulut. Tapi tak
apalah. Yang penting sudah bisa mencicipi makanan khas Lombok Timur.
Sampai saat saya dan teman-teman meneruskan perjalanan
menuju Bandara Internasional Lombok, rasa bumbu ayam rarang masih terasa di lidah.
Nggak percaya. Coba sendiri deh.
Foto-foto: Benny Rhamdani
Foto-foto: Benny Rhamdani
0 komentar:
Post a Comment