Sunday, April 20, 2014

Salah Kaprah 'Menulis dengan Hati'





Seseorang memberikan link tulisannya di blog kepada saya. “Tolong dilihat tulisan saya. Menurut saya ini bagus banget. Tapi kenapa banyak yang bilang ini jelek?” katanya.

Saya pun membacanya sekilas. “Ya, tulisan ini jelek. Tidak  bisa dimengerti. Tata bahasanya acak-acakan. Kamu harus belajar lagi teknik menulis,” saran saya.

“Buat apa belajar teknik menulis. Saya ini menulis dengan hati. Benar-benar seperti yang ada di hati saya,” dia membela diri.

“Menulis dengan hati itu berbeda dengan menulis seenak hati. Menulis dengan hati itu jauh hebih sulit dari cara mengucapkannya,” jelas saya.

Karena orang itu kepo, saya pun harus menjelaskan beberapa hal terkait dengan menulis dengan hati.

Tata Bahasa. Tentu saja perlu menulis dengan memerhatikan tata bahasa yang baik. Agar pesan yang dituliskan mudah dimengerti pembaca. Beberapa penulis masih menyepelakan hal ini. Bahkan menyusun kalimat sederhana ‘SPOK’ pun masih berantakan. Akibatnya dalam satu paragraf bisa ditemukian tiga subyek sekaligus. Bagaimana tidak membingungkan? Tidak usah sampai menulis kalimat bertingkat dulu. Sekali lagi, pelajari tata bahasa dengan baik, agar kalimat yang ditulis pada akhirnya benar-benar tertata. Belajar tata bahasa juga akan membuat kita mahir menulis secara efisien dan efektif. Sebab sering kali saya masih menemukan tulisan yang bersayap-sayap hingga memusingkan, padahal cukup ditulis dalam satu baris kalimat.

Diksi. Sering kali tulisan itu menjemukan lantaran penulisnya miskin diksi. Penyebab pertama, tentu saja penulisnya malas membaca. Sebab membaca akan memperkaya kosakata. Kedua, penulis itu suka membaca tapi menemukan kesulitan memilih diksi. Ini yang berbahaya. Padahal keasyikan menulis adalah ketika kita mencoba mengotak-atik diksi dan berhasil menemukan yang sesuai. Ini berlaku untuk segela jenis tulisan dan media. Menulis itu memerlukan keberanian hati untuk memilih dan menentukan diksi.

Logika. Pernah membaca tulisan yang tidak nyambung, satu kalimat dengan kalimat berikutnya? Padahal kalimatnya tertata dengan baik. Sebagian lagi, ada yang berusaha membuat kesimpulan ataupun  mengaitkan sebab musabab, tapi yang pembacanya pusing sendiri. Tidak jelas itu merupakan deduksi ataukah induksi. Itulah yang terjadi jika menulis seenak hati, tanpa menggunakan akal pikiran. Padahal menulis merupakan pekerjaan intelektual. Asal-asalan berlogika, malah dikira otak kita dangkal.

Rasa. Ini yang tak kalah penting. Menulis tak hanya urusan otak. Menulis juga sedapat mungkin melibatkan panca indera sehingga tulisan bisa terasa ‘hidup’.  Menulis perlu juga memepertimbangkan empati dan simpati. Tidak mudah, tapi bisa dilatih dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan mengasah kepiawaian memilih diksi. Dengan melibatkan rasa juga akan mencegah kita menulis hal-hal yang akan melukai pembaca.

Manfaat. Ini yang selalu saya tekankan kepada teman-teman yang belajar menulis. Menulis hendaknya didasari untuk memberikan yang terbaik kepada pembaca. Hal terbaik itu adalah manfaat. Manfaatnya bisa dalam bentuk afeksi, kognisi, hingga behavioral. Syukur bila bisa mengubah dunia. Manfaat paling kecil menurut saya adalah bisa menghibur pembaca.

Mengedit. Saya sendiri kerap alpa mengedit tulisan sebelum dirilis ke publik (blog). Bisa karena tergesa-gesa, mumpung Internet lancar, atau DL lomba. Alhasil, tulisan pun belepotan.  Padahal proses mengedit tulisan adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari menulis itu sendiri. Dengan mengedit kita benar-benar bisa meyakinkan hati bahwa semua yang sudah kita tata dalam tulisan adalah baik. Oh iya, jangan malas membuka kamus bahasa. Sekarang sudah tersedia on-line kok.

Saya pun sesungguhnya masih terus belajar menulis dengan baik. Dan di Kompasiana ini, saya menemukan sumur ilmu untuk menjadi penulis yang mampu menulis dengan hati secara benar.

***
Cinambo, 17 April 2014

Saturday, April 19, 2014

Karimun Wagon R, Mobil Super Pilihan Keluarga Indonesia



 
Mendapat jatah mobil dinas memang menjadi kebahagiaan tersendiri bagi keluarga kecil kami. Namun, keinginan memiliki mobil pribadi tetap menjadi impian saya, isteri dan putra tunggal kami. Sebab kami tak pernah tahu sampai kapan mobil dinas itu berada di tangan kami.

Bertahun-tahun kami mengumpulkan uang demi memiliki mobil pribadi unuk keluarga. Tapi kebutuhan demi kebutuhan yang harus menjadi prioritas membuat kami harus lebih bersabar memiliki mobil pribadi. Beruntunglah, kini ada mobil Low Cost Green Car ( LCGC) yang lebih terjangkau harganya untuk keluarga dengan penghasilan terbatas seperti kami. 

Belum lama ini, kami mendatangi pameran mobil dan mulai memilih mobil yang tidak hanya sesuai budget yang kami miliki, namun juga memiliki kelebihan dibandingkan mobil sejenis. Salah satu mobil pilihan kami adalah Karimun Wagon R.

Saat menelisik Karimun Wagon R kami langsung menangkap kesan SUPER (Spacious, Useful, Practical, Efficient, Reasonable) seperti yang diiklankan. Mengapa demikian?





SPACIOUS. Saat mencoba masuk, saya merasakan interior yang lega dan sangat cocok untuk keluarga karena dapat memuat lima penumpang dewasa. Untuk keluarga kecil seperti kami yang hanya bertiga tentu lebih dari cukup. Kaki saya yang panjang tetap nyaman untuk posisi mengemudi dengan sudut pandang yang luas dan tinggi. Seperti pengalaman, kalau jalanan macet dan jarak mobil yang satu dengan lainnya rapat, sangat penting memiliki sudut pandang yang baik, ke sisi maupun ke depan. Mobil ini juga  memiliki bagasi yang bisa diperluas dengan melipat jok belakang untuk menyimpan barang yang lebih panjang. Tentu saja hal ini penting karena setiap keluarga biasanya perlu bagasi luas saat belanja bulanan. Dan jarak bagasi 725 mm dari tanah, membuat saya hemat tenaga  saat harus mengangkat belanjaan ke dalam kendaraan.



USEFUL.  Desain body yang menurut saya simple, membuat KARIMUN WAGON R akan membantu saya yang bukan pengemudi handal. Setiap akhir pekan saya harus ‘Ternak Teri’ alias Anter Anak isteri, dan sering pusing mencari parkir karena di Bandung selalu padat jika harus berkunjung ke tempat makan, arena wisata, atau area belanja. Dengan mobil ini, nyelap-nyelip di area parkir tidak akan jadi masalah. Dan yang jelas, ukurannya cocok untuk garasi mobil kami yang tak seberapa luas. Malah lebih cukup karena ada ruang untuk kami lewat atau menyimpan sepeda motor.


 
PRACTICAL. Sering kali jika berpergian dengan keluarga, kami memerlukan beberapa tempat untuk menyimpan HP, tiket parkir/tol, minuman ringan, kacamata, dan banyak lainnya. Karimun Wagon R memiliki total 11 kompartemen dan gampang dijangkau. Benar-benar praktis, sehingga tidak perlu ngaduk-ngaduk tas bila perlu ini-itu.


EFFICIENT. Memilih mobil yang juga penting bagi kami adalah irit bahan bakar dan irit perawatan. Ketimbang buat bolak-balik bengkel, mendingan untuk menambah cantik tampilan. Nah, kelebihan  Karimun Wagon R dilengkapi dengan Intake Manifold berbahan plastik yang dapat meminimalisir penguapan bahan bakar dari radiasi mesin dan ditunjang bahan yang terbuat dari plastik sehingga membuat bobot mesin lebih ringan dan menghasilkan bahan bakar yang lebih efisien serta mesin lebih responsif. Selain itu untuk mendapatkan efisiensi bahan bakar yang maksimal, KARIMUN WAGON R dilengkapi dengan Gear Shift Indicator yang memudahkan pengemudi untuk memindahkan gigi perseneling. Penggunaan Metal Timing Chain dimana mesin digerakkan dengan rantai besi yang menekan biaya perawatan yang lebih murah dan tahan lama dibanding berbahan belt karet. 


REASONABLE. Sejumlah fitur matap yang dimiliki oleh KARIMUN WAGON R dan harga yang terjangkau membuat mobil ini sungguh lebih dari cukup. Apalagi mobil ini  meraih gelar Best LCGC pada Automotif Award 2014. Belum lagi sejumlah testimoni yang kami baca di Internet, membuat kami tidak ragu-ragu lagi memilih KARIMUN WAGON R sebagai pilihan keluarga Indonesia.







Dan bagaimana saya tidak memilih KARIMUN WAGON R karena bisa 'dioprek' sedemikian rupa seperti para pemilik KARIMUN WAGON R berikut ini:









referensi:
Foto-foto capture: www.facebook.com/groups/ SUZUKI KARIMUN WAGON R