Thursday, May 28, 2015

Tukang Becak Naik Haji

Bahkan jika memang sudah kehendakNYA, tukang becak pun naik haji.
(foto: Danang Dhave)

Nama pria itu sebut saja Mang Yayat. Siang malam dia mencari rejeki dengan mengayuh becak di jalanan kota Bandung. Mang Yayat tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya.

Mang Yayat rajin beribadah. Beberapa saat sebelum adzan berkumandang, dia selalu masuk ke masjid terdekat, mengambil wudlu dan shalat berjamaah. Tidak terkecuali di hari Jumat.

Beberapa hari terakhir Mang Yayat merasa terketuk setiap kali ada khatib di mimbar cerita tentang ibadah haji. Dadanya berdegup, membayangkan dirinya berada tanah haram. Hanya ibadah hajilah yang diasakannya berat sebagai umat islam.

Satu hari seusai shalat Jumat, Mang Yayat bertanya kepada ustad yang mengisi khotbah siang itu.

"Assalammualaikum, Ustad. Saya mau tanya, apakah saya mungkin bisa naik haji?" tanya Mang Yayat.

"Waalaikumsalam.Tentu saja. Mamang masih sehat dan kuat," jawab sang Ustad.

"Tapi saya hanya tukang becak," kata Mang Yayat.

"Siapapun itu, jika Allah menghendaki, pasti akan berkunjung ke Masjidil Haram," kata Ustad itu meyakinkan. "Banyaklah berdoa dan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya agar keinginan kita dimudahkan Allah."


Ustad Muchtar Kholid Saat memaparkan kisahnya. (foto: Benny)
Mang Yayat pun berusaha mencerna kalimat sang Ustad. Kebaikan apa yang bisa diperbuatnya? Akhirnya, setelah ebebrapa hari kemudian, dia memilih satu cara untuk menebar kebaikan. Tukang becak ini menggratiskan penumpangnya setiap hari Jumat. Mang Yayat sengaja memilih hari Jumat karena dia pernah mendengar pahala hari Jumat itu sangat besar.

Selama berbulan-bulan Mang yayat melakukan Jumat Gratis itu. Sampai suatu hari, dia dipanggil seorang pria di depan Hotel Horison. 

"Tolong antar saya ke Rumah Sakit Muhammadiyah," kata pria itu.

Mang Yayat pun mengantarkannya. Jarak ke tujuan yang diminta tak seberapa jauh.


Penumpang pun turun ketika becak sampai tujuan. Dia menyerahkan selembar uang Rp.50.000,-

"Maaf, Pak, tidak usah," tolak Mang Yayat.


Penumpang itu heran. "Kenapa nggak mau menerima?"

"Ini hari Jumat. Saya menggratiskan penumpang setiap hari Jumat," kata Mang Yayat.

Hati pria itu tergetar tapi masih keheranan. Dia masih memaksa Mang Yayat untuk menerima uang darinya.

Akhirnya Mang Yayat menceritakan niat menggratiskan penumpang agar doanya berangkat haji dikabulkan oleh Allah Swt.

Penumpang itu makin tersentuh, lalu dia berkata,"Mang, tunggu dulu di sini ya. Saya mau mau ketemu seseorang di dalam. Nanti saya akan bicara lama dengan Mamang. Insya Allah, saya akan mengajak Mamang naik haji."

Kali ini giliran Mang Yayat yang terkesima. Dia tidak percaya. tapi ternyata pria itu mebuktikan janjinya. Dan di tanah suci Mekkah, Mang yayat menceritakan kisahnya kepada Ustad Muchtar Kholid yang tak lain ustad yang telah membesarkan hatinya setelah Jumatan dulu.

Kisah inspiratif ini saya dengar kemarin di acara pengajian kantor. Sungguh membuat saya tergerak untuk meniru Mang Yayat, berbuat kebaikan yang ikhlas terus menerus. 

Serunya Nyebur di Pantai Sanur


Saya sengaja bangun pagi dan langsung menuju ke pantai  setelah shalat subuh. Suasana sepi karena saya yakin banyak penghuni resort dan hotel yang masih terlelap. Buat saya, sayang sekali menyia-nyiakan pemandanganindah pagi di Pantasi Sanur Bali.

Berjalan di atas pasir sepanjang pesisir pantai sambil menunggu matahari tersenyum merupakan seni tersendiri. Udara segar membersihkan paru-paru yang disesaki polusi udara kota.

Sebenarnya,  pantai ini  dikenal lebih dulu  dibandingkan Kuta. Keasrian, ketenangan dan panorama matahari terbit menjadi incaran turis yang mendambakan ketenangan. Umumnya wisatawan yang datang ke pantai ini untuk mencari alternatif pantai lain setelah Kuta yang dipenuhi hiruk-pikuk para wisatawan mancanegara dan domestik.

Beberapa teman yang menyukai pantai Kuta malah sempat bilang ke saya,” Pantai Sanur itu cocok buat yang sudah pensiun.” Well, meskipun saya bukan pensiunan, tapi saya menikmatinya.

Panjang pantai ini sekitar  tiga kilometer dengan garis pantai menghadap ke timur. Pantai Sanur terkenal dengan pasirnya yang berwarna putih bersih dan lembut. Sanur juga terkenal dengan desa-desa yang masih tercium aroma tradisionalnya, ada juga pasar tradisional, dan pasar seni yang menjual aneka pernak-pernik khas Bali.

Karena ombak pantai ini sangat tenang, maka pantai ini tidak cocok untuk olahraga surfing. Tapi pantai ini menyediakan permainan pantai di Bali yang lain, seperti seawalker Bali, scuba diving dan snorkeling. Buat seorang pemula dalam olah raga menyelam, pantai ini sangat cocok untuk, karena arus laut sangat tenang.


Seperti yang saya lihat di perjalanan menuju tempat saya menginap di Mercure Resort, pantai ini memiliki banyak hotel, bungalow dan  penginapan.  Beberapa hotel di sini kabarnya sudah dibangun sejak tahun 1940. Oh iya, Jarak tempuh dari airport Ngurah Rai 16 kilometer , dan waktu yang saya tempuh  kurang dari setengah jam karena arus lalu lintas sedang lancar.

Sejak tahun 2005 lalu, digelar  Sanur Village Festival setiap tahun, dalam rangka mengenalkan keanekaragaman pariwisata Sanur kepada para turis lokal maupun mancanegara. Festival  lainnya adalah International Kite Festival yang diadakan setiap bulan Juli.

Tak terasa sambil menapaki pasir pantai, fajar pun hadir menyemburat kemerahan. Saya melihat sejumlah perempuan mengais pasir dengan semacam garu kayu. Mereka membersihkan  pasir pantai dari kotoran, menutup kotoran anjing jalanan, dengan penuh semangat.



Saya juga melihat seorang nelayan yang mengambil jukung, mendorong sendiri ke luat, kemudian bersapa dengan seorang teman yang justru baru selesai melaut. Betapa menyenangkannya melihat keramahan mereka.


Tak lama matahari mulai muncul sedikit demi sedikit. Sangat indah. Lalu, beberapa turis anak-anak dan dewasa terlihat berlarian ke pantai, mengambil foto buru-buru karena takut kehilangan momen. Setelah matahari mulai tampak jelas, mereka langsung nyebur ke air laut bersama-sama. Begitu asiknya.

Pantai Sanur memang  sangat cocok untuk liburan anak-anak karena dapat berenang di arus laut yang tenang dan juga tidak dalam. Selain itu anak-anak anda dapat melakukan permainan bola di pasir putih.

Sejarah Pantai Sanur



Sejarah pantai Sanur, pantai ini mulai diperkenalkan pada tahun 1937 oleh seniman asal negara Belgia, yang bernama A.J. Le Mayeur, seniman ini memiliki istri orang Bali yang bernama Ni Polok. Cara pengenalan seniman asal negara Belgia ke mancanegara dengan membuat lukisan tentang pantai ini dan memamerkan ke mancanegara. Karena hal ini, pantai di Sanur, mulai dikenal ke mancanegara.

Keindahan panorama alamnya membuat Pantai Sanur terkenal bahkan sejak jaman dahulu. Dalam sejarah Bali kuno, Pantai Sanur telah dikenal sebagai pantai yang indah, hal itu nampak dalam Prasasti Raja Kasari Warmadewa, seorang raja yang berkeraton di Singhadwala pada tahun 917 M. Sekarang, prasasti tersebut terdapat di daerah Blanjong, bagian selatan Pantai Sanur.

Pada masa kolonial Belanda, Pantai Sanur terkenal sebagai lokasi pendaratan bala tentara Belanda ketika akan menyerang Kerajaan Badung yang dianggap membangkang pada pemerintah kolonial. Perang yang terjadi pada tanggal 18 November 1906 itu kemudian dikenal sebagai Puputan Badung, yaitu semangat perang sampai mati yang dipraktekkan oleh Raja Badung dan pengikut-pengikutnya.

Ternyata eh ternyata … sewaktu saya ke pantai sore harinya … voila! Pemandangan di sore hari juga tak kalah menarik. Surutnya air laut memperjelas pandangan mata pada gugusan Pulau Serangan dan bukit batu karang yang menjorok ke laut di sebelah selatan Pantai Sanur. Sayapun akhirnya tak tahan untuk nyebur di Pantai Sanur. Asik ternyata.




Jadi, nggak benar kalau ada yang bilang Pantai Sanur kalah menarik dengan Pantai Kuta. Setiap pantai memiliki keunikan dan ceritanya sendiri-sendiri.

^_^

Foto-foto: Benny Rhamdani

Tuesday, May 26, 2015

Traveling Bermanfaat untuk Tingkatkan Gairah Seks

Traveling Bersama Pasangan, Sejuta Manfaat. (Foto: Griska)


Disadari atau tidak, traveling ternyata bisa meningkatkan gairah seks seseorang  ketimbang mereka yang tidak traveling.  Fakta ini bukan asal-asalan, tapi  berdasarkan sebuah survey kepada 1000 pasangan yang suka traveling. Tentu saja manfaat ini belum berlaku untuk mereka yang traveling sendirian.

Survei yang dilakukan ASOSIASI TRAVEL US dengan metode  wawancara itu menentukan pengaruh traveling terhadap hubungan dengan pasangannya. Hasilnya sangat positif: Sekitar  79% percaya traveling  dengan pasangan mereka  memiliki dampak positif pada hubungan mereka. Hampir 63% percaya traveling bersama pasangan menguatkan hubungan mereka yang sudah rapuh. Tingkat perceraian pun lebih rendah di antara pasangan yang sering  bepergian bersama diibandingkan tidak pernah traveling.

Komunikasi

Mengapa traveling bersama  pasangan bisa demikian bermanfaat? Salah satunya karena traveling dengan pasangan akan memperlancar komunikasi dengan pasangan. Saat traveling menghadapi situasi yang harus dipecahkan bersama, tentu keduanya harus berkomunikasi dengan baik. Misalnya, ketika cedera ketika snorkeling. 

Menerima Apa Adanya

Menerima apa adanya.
(Foto Raiyani Muharramah)

Saat traveling, biasanya kita akan bisa melihat hal-hal yang buruk dari pasangan kita. Misalnya, saat dia tidur di perjalanan, makanan yang dimakannya tapi tidak tidak kita sukai, kebviasaan tidak mandi sore.  Kita juga bisa melihat hal-hal yang membuat pasangan bosan.

Sebaliknya, kita juga tidak perlu menjaga image saat traveling bersama pasangan. Percuma, karena sutau kali pasti akan lepas kendali. Dan kita bisa melihat bagaimana rekasinya melihat sisi buruk dan kekurangan kita. Itulah hebatnya traveling bersama pasangan.

Memahami ‘Me Time’

Mereka yang traveling berpasangan akan memiliki kepekaan untuk mengetahui, saat pasangannya harus sendiri dengan urusan pribadiny, juga sebaliknya. Pada prinsipnya setiap orang memang memiliki keinginan memiliki ‘me time’ meskipun sudah memiliki pasangan.

Terkadang saat berpasangan, timbul rasa ego. Di sinilah, seseorang harus mengalahkannya karena sedang traveling berpasangan. Tapi setidaknya pasangan akan tahu, bahwa sesekali dirinya atau pasnagannya juga boleh melakukan traveling tanpa pasangan. Yang penting saling menjaga kepercayaan saat berpisah.

Lebih Humoris

Dalam survei itu, pasangan yang melakukan perjalanan mengatakan mereka tertawa dan bersenang-senang bersama-sama dan menangani konflik dengan baik. Mereka juga mengartikan kejadian buruk seperti kecelakaan sebagai candaan bersama. Sehingga semua tidak terlalu ditanggapi sangat serius.

Lebih Romantis

Karena sebuah perjalanan biasanya mengeluarkan uang yang tak sedikit, maka penghargaan untuk membuat momen berharga jadi sesuatu yang romantis akan muncul. Itu sebabnya pasangan yang traveling lebih romantic ketimbang yang tidak ke mana-mana. Berjalan kaki di Paris, kejar-kejaran kereta di Tokyo, dan masih banyak hal yang menjadikan susasan romantis.


Tidak heran jika 75% dari responden  mengaku memiliki kehidupan seks yang meningkat sejak traveling bersama pasangan mereka, lebih baik sekitar 14% dari pasangan yang tidak melakukan traveling bersama sekalipun.


Jadi, banyak-banyaklah traveling bagi yang sudah punya pasangan.

Tips Bertahan di Cuaca Menyengat Saat di Luar negeri


Saking panasnya, Mandi di air mancur juga dilakoni di India.
 (Foto: Benny Rhamdani)




Saat saya ke New Delhi, India,  pada akhir musim dingin belum lama ini, udaranya terasa sejuk membuat betah. Tapi saat ini lebih dari 800 orang meninggal karena hawa panas di India dengan temperatur tertinggi mencapai 47,7' Celcius di kota Allahabad, negara bagian Uttar Pradesh.

“Kalau musim panas di sini,  jauh lebih panas dari Jakarta. Kalau nggak penting-penting amat kami tidak keluar rumah,” ucap Profesor Iwan Pranoto, Atase Pendidikan di KBRI di New Delhi kepada saya.

Pemerintah India memang di musim panas nan menyengat  selalu menghimbau warganya agar berlindung dari sinar matahari dan minum banyak air.

Berita terakhir malah, peemrintah  meminta supir taksi di Kalkuta dianjurkan untuk tidak bekerja pada jam-jam dengan cuaca panas setelah seorang supir meninggal karena kepanasan di dalam taksinya.

Selain di Uttar Pradesh, cuaca yang amat panas juga menyerang di negara bagian Telangana, Andhra Pradesh, dan ibukota Delhi.

"Sebagian besar korban adalah orang yang terkena matahari secara langsung, biasanya berusia 50 tahun ke atas dan dari kelas pekerja," jelas P Tulsi Rani, komisaris departemen penanganan bencana di Andhra Pradesh, kepada kantor berita AFP.

Di negara bagian ini, tercatat 246 orang tewas akibat serangan hawa panas dalam waktu sepekan sejak Senin 18 Mei lalu. Diperlukan cuaca panas akan berlangsung hingga akhir bulan ini.

Jumlah korban jiwa diperkirakan  masih akan bertambah, dan diperkirakan lebih tinggi dari bencana panas serupa tahun 2010 lalu yang menyerang selama beberapa bulan.

Tips  Bertahan di Gelombang Panas

Beruntunglah di Indonesia yang belum sampai mencapai suhu panas lebih dari 45 derajat. Tapi semisal Anda seorang traveler dan berada di kota yang sedang memiliki suhu panas-panasnya, coba lakukan ini:

1.    1.    Gunakan  kipas angin, baik yang portable maupun di langit-langit untuk mengatur  sirkulasi udara rumah Anda. Saat malam, buka semua jendela  agar banyak sirkulasi udara. Ketika matahari terbit, tutup semua pintu dan jendela, pastikan untuk menutup tirai dan kerai juga.

2.     Isi ember atau baskom dan rendam kaki Anda.  Ginakan handuk basah dan bandana  agar mendapat efek pendinginan di bahu atau kepala. Pertimbangkan membawa botol semprot berisi air dingin.

3.       Hentikan sumber panas yang tak perlu. Bola lampu pijar dapat menghasilkan panas yang tidak perlu, seperti dapat komputer atau peralatan kiri berjalan. Makan makanan segar itu tidak harus menyalakan  oven atau kompor.

4.       Ingatlah agar terhindar dari dehidrasi. Konsumsilah  air lebih dari biasanya.

5.       Hindari minuman beralkohol dan kafein , karena kedua zat ini dapat bertindak sebagai diuretik dan mengundang dehidrasi.

6.       Cobalah untuk mengunjungi bangunan umum dengan AC konsisten, semisal  perpustakaan, pusat perbelanjaan, dan bioskop semua bisa menjadi tempat yang baik untuk mendinginkan tubuh.

7.       Jangan makan besar, protein dapat  mengundang panas metabolik dan menghangatkan tubuh.

8.       Kenali gejala penyakit yang berhubungan dengan panas dan keadaan darurat panas (kram panas, ruam panas, panas kelelahan, dan stroke).

9. Gunakan penutup kepala (topi) atau payung agar tak terkena cahaya matahari langsung jika benar-benar harus keluar rumah. Jangan lupa memakai sunglasses.
I

Semoga bisa bertahan di cuaca yang menyengat sekalipun.




Inilah Benda Paling Sering Dicuri Tamu Hotel



Jenis tamu hotel memang beragam karakter dan tidak selalu seperti yang terlihat. Bukan berarti yang berpakaian rapi, tidak memiliki karakter buruk.  Hal ini bisa dibuktikan dengan perilaku tamu di hotel-hotel berbintang yang ternyata di luar dugaan. Mereka boleh dikatakan pencuri karena mengambil barang di hotel yang bukan milik mereka.

Ada beberapa barang yang memang sering dibawa tamu. Katakanlah alat-alat mandi seperti sabun, shampoo dan sejenisnya. Atau juga sandal hotel yang sudah sering dianggap souvenir dari hotel. Walaupun sebenarnya tidak ada ketentuan tamu hotel boleh membawa barang-barang tersebut ke luar hotel.

Saya sendiri kerap membawa toiletries dari hotel. Sebagian besar saya sumbangkan kepada orang yang saya anggap perlu diberikan barang-barang tersebut di perjalanan. Nah, barang-barang lain yang juga jadi incaran tamu hotel  ternyata cukup mengejutkan.

Handuk



Ya, ternyata handuk menjadi barang terbanyak diincar tamu hotel untuk dibawa pulang. Apalagi handuk-handuk-handuk di hotel berbintang lima biasanya berkualitas snagat baik. Belum lagi orang selalu menginginkan semacam kenang-kenangan yang ada merk hotel tersebut. Biasana di handuk kita bisa menemukan nama hotel.

Saya jadi ingat beberapa  belas tahun silam, dalam satu acara piknik bersama rombongan. Bus kami yang mau pulang dicegat pemilik hotel karena ternyata ada lima handuk yang hilang. Akhirnya, mengakulah sejumlah orang yang mengambil handuk. Entah apa alasannya. Sebab dibilang tidak mampu beli handuk, jelas nggak mungkin.

Saya ingat di beberapa hotel biasanya disediakan pula list harga barang-barang hotel seperti handuk, sprei, asbak dan sebagainya. Sehingga jika tamu hotel  hendak memilikinya harus membayar seharga yang tertera.

Saat ini beberapa hotel berbintang lima mulai memasang sebuah chip di handuk mereka. Sehingga, setiap kali handuk itu di bawa keluar kamar akan terdeteksi di lift/elevator. Sinyalnya akan diterima oleh staf hotel.

Batere

Mungkin terdengar sangat sepele. Tapi benda seperti remote TV dan AC paling sering hilang dicuri tamu hotel. Belakangan remote AC malah dibuat menempel permanen di dinding.

Ada yang cukup mengejutkan, karena mungkin remote mudah dideteksi room service saat memeriksa kamar begitu tamu chec out, maka yang menjadi incaran berikutnya adalah batere remote. Benda yang relatif kurang berharga, tapi entah mengapa jadi pilihan untuk dicuri.

Mungkin Anda bisa memberi tahu alasannya?

Pajangan Seni



Benda-benda pajangan tertentu yang artistic kerap menjadi sasaran pencurian tamu hotel. Bisa dimaklumi jika benda itu memang menarik dan tampak mahal. Apalagi kalau benda pajangan itu nilai seninya sanga tinggi.

Belakangan ini saya jarang sekali melihat benda pajangan di hotel, kecuali berebentuk vas bunga. Itu pun modelnya stanart. Saya bisa hitung kerugian yang ditanggung pihak hotel jika dalam sebulan kehilangan 20 benda pajangan saja.

Figura



Biasanya hotel-hotel yang bertema seni menempatkan beberapa lukisan di kamarnya. Ada yang besar dan kecil. Lukisan kecil cendrung mengundnag tamu hotel untuk menyelipkannya di koper. Kadang, ada juga ayang hanya mengambil frame/figuranya saja. Untuk apa? Entahlah.

Saya melihat memang hotel-hotel bertema seni menempelkan lukisan dengan figura yang tampak berseni  dan mahal. Itulah mungkin yang jadi daya tarik.

Pisau



Tentu saja pisau ini tidak diambil dari kamar hotel. Tamu hotel biasanya mencuri pisau saat sarapan. Dia menyelipkan pisau (atau mungkin lainnya) di tas kecil yang dibawa secara diam-diam tentunya. Maklum, biasanya peralatan makan di restoran, apalagi berbintang empat atau lima, tampak mewah dengan bahan perak. Apalagi jika ada gravir di gagangnya.

Memang agak sulit mendeteksi pencuri pisau kalau tidak dengan CCTV, terutama saat ramai. Apalagi, tidak jarang tamu hotel mencuri peralatan makan bukan yang ada di mejanya. Tapi meja di sekitarnya.


Masih banayk benda lain yang menjadi sasaran pencurian, dan mungkin agak tidak masuk akal. Misalnya kita suci di laci, buku di perpustakaan hotel, tirai kamar, namun itulah yang dilaporkan telegraph.co.uk dari hasil surveinya.

foto-foto:telegraph.

Monday, May 25, 2015

Menginap di Grand Mercure Hotel Jakarta






Kali ini saya ingin bercerita pengalaman menginap empat malam di Grand Mercure Hotel Jakarta. Tepatnya di kawasan Jalan Hayam Wuruk,  di seberang Gajah Mada Plaza. Kebayangkan seperti apa ramai dan panasnya area ini, kan?

Saat menuju hotel ini dari Bandung, saya sempat salah alamat menuju Mercure Hotel lainnya yang terletak di jalan yang sama. Mengapa saya pikir di tempat yang salah itu, karena hotel itu terletak dekat hotel Novotel yang saya tempati sebelumnya dan kebtulan satu group.

Beruntung kali ini saya mendapat room untuk sendirian. Bukan apa-apa sih, saya punya beberapa pekerjaan kantor yang harus saya urus, di luar workshop yang saya sambangi. Perlu sedikit ketenangan di malam hari, dan istirahat cukup agar paginya bisa fresh.

Saya suka interior kamar yang modern, tapi kurang suka dengan pemandangan ke luar jendelanya. Eh, ketika senja dan fajar, ternyata lumayan indah juga pemandangannya. Indah buat difoto pemandangan langitnya.

Sementara itu kamar mandinya seperti kebanyakan room hotel  kelompok Mercure, bersekat kaca yang tembus pandang dari tempat tidur. Kalau ada orang jelas harus ditutup tirainya. Sebenarnya untuk kualitas air, saya kurang begitu suka. Karena kadang tercium aroma yang kurang saya suka. Entah aroma apa.

Seperti kebanyakan hotel modern juga, kartu kunci ke kamar juga berfungsi sebagai akses lift. Jadi agak repot juga kalau ada tamu yang ingin mampir ke kamar. Harus dijemput  di lobi. Tapi untunglah tamunya nggak ada selain teman-teman workshop yang berbeda lantai.

Hal yang saya suka di hotel ini adalah liftnya yang memiliki pembatas cermin yang refleksinya bikin keren kalau selfie. Hahaha, dasar narsis.

Di kamar, koneksi wifi nggak bisa dibilang baik. Saya harus mencari titik tertentu untuk mendapat koneksi via wifi hotel. Tapi memang begitu sih di kebanyakan hotel Jakarta.

Hal paling saya suka adalah restonya yang makanannya lumayan variatif, terutama saat sarapan. Saya paling suka minum jamu yang kebetulan disediakan bersama mbok ayu. Fit rasanya setiap pagi minum seduham jamu tradisional kunyit.

Sedangkan untuk makan malam dan makan siang, kalau bosan saya bisa jalan ke luar hotel karena begitu banyak tempat makan di sekitar hotel. Mau kelas kaki lima sampai restorang tersedia. Mau masakan Eropa sampai oriental ada. Yang penting punya uang.

Maklum deh, kawasannhya memang area bisnis dan niaga. Jadi selalu ramai. Berbeda dengan saat saya menginap di Mercure di Sanur, Bali. Keluar kamar langsung ketemu alam nan asri dan udara segar. Tapi agak jauh untuk beli ini-itu.


Asiknya, kalau mau jalan-jalan ada halte busway di depan hotel. Saya sempat kabur sejenak ke Mangga Dua untuk beli oleh-oleh buat isteri tercinta.


Secara garis besar, kalau untuk tinggal 1-2 hari sih saya merasa betah tinggal di sini. Srvicenya sesuai dengan harga dan standar kelasnya. Tapi kalau sampai lebih, dengan view yang agak membosankan, mungkin sebaiknya ganti kamar atau pindah hotel. Apalagi saya cenderung tidak betah tinggal di hotel yang sekitarnya tidak memiliki tempat bersantai dengan udara segar.

Asal-Usul Air Minum Keran

Air minum publik di New Delhi. (Foto: Benny Rhamdani)


Saat di Bologna, Italia, saya sempat merasakan air minum publik di bawah Neptunus Fountain. Rasanya segar walau sedikit repot untuk meminumnya karena tak biasa. Ketika di New Delhi, saya melihat sejumlah keran air minum di beberapa area publik walaupun agak menyedihkan kondisinya.

Fountain drinking di Bologna Italia.
(Foto: Benny Rhamdani)
Air minum keran, khususnya untuk publik, di Indonesia jumlahnya belum telalu massal. Di Bandung misalnya, baru hadir tahun lalu di   di Taman Balai Kota, Jalan Wastukancana, Bandung, Jawa Barat. Berbeda dengan di negara-negara  Eropa dan Amerika Serikat yang giat membangun fasilitas air minum untuk masyarakat ini. Bisa jadi karena sejarahnya berasal dari Eropa.


Air minum keran dalam bahasa Inggris kerap disebut fountain drinking. Mengandung kata air mancur, karena di masa kejayaan Romawi, air mancur dijadikan sumber air bagi warganya. Mereka biasa mengambil air dengan ember di air mancur untuk kebutuhan sehari-hari.

Air mancur yang bisa diminum baru benar-benar dibuat pada April 1859 di London, Inggris, untuk mencegah penyebaran kolera karena air yang kotor. Pembangunan air mancur untuk diminum itu dibangun dengan dana dari para pengusaha yang peduli dengan kesehatan warga miskin.

Hingga tahun 1879, sekitar 800 air mancur untuk diminum berdiri hanya di London saja. Bahkan, belakangan air mancur juga dipakai untuk kepentingan minum sapi, kuda dan anjing.


Susasana pembukaan fountain drinking pertama.
(foto: Huffingtonpost)
Hanya beberapa bulan setelah diresmikan di London, air mancur untuk diminum juga didirikan di New York, Amerika serikat, tepatnya pada Juli 1859.

Pada abad 19 kampanye air minum public ini makin gencari dilakukan. Alasannya, selain menyediakan air minum yang bersih bagi warga kota, juga mencegah warga minum alkohol sepanjang hari.

Pada pergantian abad 20, ide untuk menyediakan cangkir logam permanen  agar warga bisa minum dengan baik pun muncul. Tapi tak lama kemudian dikritik karena khawatir malah menyebarkan penyakit. Pada tahun 1907 mulai muncul cangkir plastik untuk digunakan di air mancur untuk minum warga tersebut.

Sekitar tahun 1920, Amerika Serikat mulai memperkenalkan versi air minum keran. Jadi air keluar secara vertikal, sehingga memudahkan orang untuk meminumnya. Pengembangan air minum keras pun semakin berkembang seiring kemajuan teknologi.

 Keran air siap minum di Taman Balai Kota Bandung.
 (foto: Benny Rhamdani)
Pada tahun 1980 pernah terjadi penelitian tentang kualitas air air minum kelas sekolah-sekolah di AS. Hasilnya mengejutkan. Sejumlah contoh ditemukan fakta kandungan air yang tak baik bagi kesehatan. Sejalan dengan itu air minum plastik pun mulai masuk ke pasaran. Bahkan terjadi lonjakan besar-besaran mengonsumsi air minum dalam kemasan botol plastik. Ada sejumlah alasan untuk itu: Orang-orang berpikir air minum kemasan rasanya lebih baik, dan mereka tidak suka menghirup dari keran miring atau air mancur.


Kenyataan ini membuat banyak organisasi pecinta lingkungan balik melakukan kampanye untuk minum dari keran air minum. Mereka berpendapat konsumsi air kemasan adalah pemborosan. Beberapa instalasi air minum publik pun diperbaharui agar jauh lebih menarik dan strategis. Bahkan ada sebuah aplikasi yang membantu orang menemukan lokasi keran air minum untuk publik.


Di Indonesia, saya jamin masalah keran air minum bakal lebih pelik lagi. Selain masyarakatnya yang kadung tergantung dengan air minum kemasan botol plastik, hanya sedikit peran pemerintah yang mau mendorong diperbanyaknya keran-keran air minum. Apalagi yang mau membangun instlasi semenarik mungkin seperti di luar negeri.

^_^

Sunday, May 24, 2015

Misteri Arca Bule di Museum Semarajaya Klungkung




Pagi itu saya diantar sahabat saya Made Parwita Yasa, warga Klungkung, Bali, menyambangi Taman Gili Kerta Gosa dan Museum Semarajaya yang merupakan obyek wisata andalan kabupaten Klungkung. Selain terpana melihat lukisan tradisional Bali bergaya Kamasan di langit-langit, saya juga kaget melihat arca bule di dalam museum.

Saya masuk ke Taman Gili Kerta Gosa atau yang lebih terkenal dengan nama Kerta Gosa saja melalui gerbang kecil  di seberang Pasar Klungkung. Taman yang dibangun pada tahun 1686 oleh raja pertama Kerajaan Klungkung yaitu Ida I Dewa Agung Jambe ini langsung terlihat begitu saya masuk. Tampak anggun dan asri.




Kerta Gosa adalah sebuah bangunan terbuka (bale) yang secara resmi merupakan bagian dari kompleks Puri Semarapura.  Lokasinya kisaran 40 km ke arah timur dari Kota Denpasar,  dan sangat mudah ditemukan, karena terletak di tengah Kota Semarapura, ibukota Kabupaten Klungkung.

Malam sebelumnya saya pernah masuk ke Kompleks Keraton Semarapura.  Rupanya Kerta Gosa adalah bagian dari keraton.  Namun  lepas Puputan Klungkung pada tanggal 28 April 1908 di mana raja terakhir Kerajaan Klungkung Raja Ida I Dewa Agung Putra Jambe dan pengikutnya gugur, bangunan inti Keraton Semarapura dihancurkan dan dijadikan pemukiman penduduk, menyisakan Kerta Gosa, Bale Kambang dengan Taman Gili, dan Gapura Keraton.

Kejadian puputan sendiri diabadikan dalam Monumen Puputan Klungkung yang terletak di seberang Kerta Gosa.

Terdapat dua bangunan di Kerta Gosa , yaitu Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang. Keduanya punya  ciri arsitektur tradisional Bali yang sangat kental. Keunikan dari kedua bangunan ini adalah di langit-langitnya yang dihiasi lukisan tradisional Bali gaya Kamasan. Semula lukisan ini terbuat dari kain dan parba.

Lukisan wayang kamsan di langit-langit bale Kertagosa.
Dulu, fungsi Bale Kerta Gosa adalah sebagai tempat pengadilan tradisional yang dipimpin oleh raja sebagai hakim tertinggi. Fungsi ini sangat terkait dengan kisah yang ditampilkan pada lukisan di langit-langit bangunan, yaitu kisah Tantri dari kitab Swargarokanaparwa, serta kisah Bima Swarga yan bertema hukuman karma phala (akibat dari baik-buruknya perbuatan manusia).

Dapat dikatakan bahwa lukisan di langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan kerohanian berupa hukum sebab-akibat dari perbuatan manusia. Ketika kerajaan Klungkung ditaklukan oleh Belanda, Kerta Gosa masih digunakan sebagai balai sidang pengadilan.

Saya masih bisa melihat  kursi dan meja dari kayu berukir yang digunakan untuk pengadilan adat tradisional di masa lalu.

Setelah puas melihat Bale Kerta Gosa, saya berjalan menuju Bale Kambang yang terletak di tengah-tengah kolam teratai yang disebut Taman Gili. Secara sekilas saya lihat Bale Kambang seperti mengambang di atas permukaan air.

Fungsi bale ini adalah  sebagai tempat ritual keagamaan Manusa Yadnya (upacara kehidupan) bagi putra-putri raja, misalnya upacara mepandes (upacara potong gigi) bagi putra-putri raja yang memasuki usia akil balik.

Lukisan-lukisan yang terdapat di langit-langit Bale Kambang mengambil tema dari kisah Ramayana dan Sutasoma. Di sepanjang dinding jembatan menuju Bale Kambang terdapat patung-patung yang menggambarkan tokoh-tokoh dari kisah pada lukisan di langit-langit.

 Arca Bule


Museum Semarajaya, Klungkung, Bali.


Dari berbagai ulasan tentang  Taman Gili Kerta Gosa, jarang sekali bahwa di lokasi yang sama juga terdapat sebuah museum daerah. Namanya Museum Semarajaya.

Bli Made mengatakan,  Museum Semarajaya dibangun pada Gedung Bekas Sekolah MULO (Sekolah Menengah Jaman Belanda) dan bekas SMPN I Klungkung yang terletak dalam komplek Kertha Gosa dan Pemedal Agung (pintu bekas kerajaan Klungkung), tepatnya di Jalan Untung Surapati, Klungkung. Nah, Bli Made yang mengatar saya ini adalah lulusan sekolah tersebut.


Di dalam museum yang diresmikan pada 28 April 1992 ini  dipamerkan barang-barang dari jaman prasejarah sampai benda-benda yang dipergunakan selama perang puputan Klungkung. Dalam Museum ini dapat dilihat barang-barang yang dipergunakan sebagai perlengkapan upacara adat oleh raja-raja Klungkung serta foto-foto dokumentasi keturunan raja-raja di Klungkung.

Arca yang beda dengan yang pernah saya lihat.

Satu yang membuat saya merasa takjub adalah terdapat koleksi arca yang tidak lazim, yakni menyerupai orang eropa. Patungnya berhidung mancung dan memakai topi tinggi. Sayangnya saya tidak mendapatkan informasi  yang lengkap dari sahabat saya ihwal keberadaan arca tersebut. Namun kemungkinan besar arca tersebut dibuat ketika masa terjadinya puputan.

Sesampainya di rumah dan mencoba browsing untuk mencari tahu ihwal arca bule itu, saya tidak berhasil mendapatkan info apapun. Jadi buat saya, arca itu masih misterius.

Foto-foto: Benny Rhamdani

Berdesakan di Tune Hotel Solo



Memesan  hotel dengan tergesa-gesa kadang membuat hasilnya di luar dugaan. Itu yang saya rasakan ketika akhirnya sebuah biro perjalanan menawari saya menginap di Tune Hotel saat hendak liburan ke Solo. Namany seperti tak asing di telinga, karena memang merupakan nama hotel yang ada di banyak kota, termasuk di luar negeri.

Setelah memesan barulah saya sempat browsing hotel ini. Hasilnya macam-macam. Ada yang memberi review bagus. Tapi tak sedikit yang kecewa. Bagaimana saya ya?

Pemdangan dari kamar hotel.


Akhirnya, saya tiba di staisiun Solo menumpang kereta Pramex dari Jogja. Ini memang tujuan tambahan yang saya susun setelah piknik di Jogja. Biar ada perbandingan liburan di Joga dan Solo, untuk anak dan isteri.

Dari stasiun Solo Balapan kami naik taxi, dan sampai Tune Hotel hanya dengan waktu tempuh kurang dari limabelas menit. Rupanya jaraknya memang dekat dengan stasiun. Soalnya saya paling malas menginap di hotel dengan keluarga jauh dari stasiun.

Kaget juga melihat sebuah hotel yang menjulang dan tampak baru, di lingkungan yang tak terlalu ramai. Setelah bertemu front officer yang ramah, kami menuju kamar hotel. Dan ... voila! Putra saya kaget, karena kamar hotelnya kevil. Mungkin paling kecil dari kamar-kamar hotel yang pernah kami tiduri.

Saya jelaskan tentang konsep hotel minimalis yang sedang trend, juga harganya yang memang hampir sepertiga dari hotel yang kami inapi di Jogja. Mungkin juga seharusnya kami memesan kamar jenis kamar yang lebih luas. Tapi waktu itu memang hanya jenis kamar ini yang masih kosong.

Kami tidak hanya berdesakan karena kamar ini terlalu sesak untuk bertiga, tapi juga harus berbagi dengan koper-koper kami di lantai. Sebab tak ada lemari di kamar.

Kamar yang membuat kami harus berbagi dengan koper.

Karena niat kami memang tidak untuk berleha-leha di hotel, kami segera menghabiskan waktu untuk jalna-jalan di Solo. Dan kami sudah tdiak begitu peduli juga tidur berdesakan karena lumayan letih setelah jalan-jalan di Jogja sebelumnya, Jadi, kami tetap bisa tidur nyenyak.


Lobby hotel yang minimalis pula.

Keesokan harinya saya mendapat info hotel ini juga dekat dengan kantor penerbit teman saya bekerja. Jadi mampirlah saya ke sana sebentar sebelum akhirnya Jalan-jalan di kota Solo.

Enaknya di hotel ini, saya bisa menitipkan koper setelah waktu cek out. Soalnya kan saya pesan tiket Kereta malam hari yang ke Bandung. Sambil nunggu malam tiba ... kami bisa jalan-jalan lagi di Solo. Servis yang mantap. Jadi kami nggak perlu memperpanjang waktu booking hotel.

Laipula kayaknya agak susah kalau check in mendadak, soalnya tamunya banyak banget saat itu. Sampai-sampai halaman parkirnya penuh. Tadinya saya pikir hotel ini lebih cocok untuk backpacker ketimbang untuk hotel keluarga. Ternyata tamunya malah rombongan keluarga.

Mungkin hotel ini bisa jadil pilihan kalau kepepet atau budget perjalanan terbatas. Tapi kalau leluasa saya mungkin akan pilih hotel lainnya. Oh iya, yang asik, hotel ini terletak tak jauh dari Paragon Mall. Jadi kalo yang suka nge-mall pasti suka nginap di sini.

Foto-foto: Benny Rhamdani

Saturday, May 23, 2015

Traveler Jangan Abaikan Sunglasses


Sunglasses bukan cuman buat gaya, tapi menjaga kesehatan mata.



Sebenarnya tulisan ini terinspirasi saat teman-teman hendak berfoto bersama. Semua mendadak mengeluarkan sunglasses. Lalu seseorang berteriak,” Kok jadi kayak rombongan ibu-ibu umroh ya.”

Ya, begitulah di Indonesia. Sunglasses dikira buat gaya-gayaan saja.

Oh iya, saya sempat  bingung mencari padanan yang pas untuk terjemahan sunglasses. Karena tidak menemukan, saya tetap tulis sunglasses. Karena kalau saya tulis kacamata hitam, tidak semua sunglasses berwarna hitam. Kalau saya tulis kacamata cengdem juga nggak  begitu  cocok.

Sunglasses selalu identik dengan orang-orang keren seperti Tom Cruise atau Bono. Nyatanya, sunglasses memiliki fungsi yang lebih jauh dari sekadar aksesori fashion. Sunglasses  merupakan alat penting dalam menjaga kesehatan mata.



Sinar ultraviolet (UV) matahari tak hanya dapat merusak kulit, namun juga membahayakan lensa dan kornea mata kita. Radiasi UV meningkatkan kemungkinan kita terkena katarak, menyebabkan berkurangnya penglihatan. Hal ini juga dikaitkan dengan degenerasi makula, bagian dari retina yang sangat penting untuk penglihatan.

Sinar matahari yang memantul dari permukaan seperti salju, air, pasir, atau trotoar bisa sangat berbahaya karena pantulannya sangat kuat.


Photokeratitis adalah sengatan matahari yang juga dikenal sebagai kebutaan salju. Seperti namanya, pemain ski dan snowboarders sangat rentan terkena.

Sunglasses memainkan peran penting dalam melindungi jaringan rapuh di sekitar mata, Oleh karenanya penting sekali seorang traveler membawa sunglasses. Pasalnya, traveler kerap berada di luar ruangan, menjelajah daerah yang kekuatan mataharinya kadang belum pernah dirasakan, bahkan cuacanya kadang berbeda jauh.

Sebenarnya  sunglasses harus dipakai setiap kali  kita berada di luar ruangan, sepanjang tahun. Mungkin di Indonesia masih belum terbiasa. Malah seringnya, diolok-olok sebagai tukang pijat atau sok gaya. Tapi kalau traveler sih, sunglasses merupakan benda wajib di dalam list.

Mungkin ada yang belum tahu cara memilih sunglasses yang tepat untuk dipakai sehari-hari atau traveling, berikut hal yang biasanya saya lakukan berdasarkan  beberapa referemsi.

Berlabel UVA/UVB

Pilih kacamata yang memberikan perlindungan penuh terhadap sinar ultraviolet. Carilah label atau stiker lensa memblokir 99% atau 100% dari UVB dan UVA

Pilih Rona yang Tepat

Saat ini, pilihan lensa sunglasses makin variatif. Tidak melulu hitam pekat. Namun demikian tetap hati-hati saat memilih. Lensa berwarna kuning dapat membuat sulit untuk membedakan perubahan lampu lalu lintas. Abu-abu, hijau, dan lensa coklat meminimalkan distorsi warna, dan merupakan pilihan yang lebih baik ketika berada di belakang kemudi.

Pilihlah lensa polarized jika kita akan banyak bermain di air. Lensa polarisasi mengurangi silau dengan menyaring sinar matahari yang dipantulkan yang memantul dari permukaan seperti air atau trotoar. Lensa ini pilihan yang baik untuk pelaut atau pemain ski air. Saya menemukan kacamata jenis ini ketika saya melihat koleksi Oakley di ZALORA.


Jenis polarized sunglasses yang bikin saya mupeng. 
(foto Zalora)



Tapi bukan tanpa kelemahan, karena bisa mempersulit membaca telepon seluler, perangkat GPS, atau layar kristal cair pada dashboard atau mesin ATM dengan lensa terpolarisasi.

Sadarilah bahwa polarisasi tidak ada hubungannya dengan perlindungan UV. Jadi tetap periksa label untuk memastikan kacamata memberikan perlindungan penuh dari  UV.

Kualitas Lensa

Semakin mahal sunglasses, maka akan melindungi mata kita dengan sangat baik, itu hanya mitos. Harga tidak mengukur tingkat perlindungan UV. Namun demikian kacamata hitam yang sangat murah mungkin ditemukan lensa yang diwarnai keluar dari cetakan dan dapat mempengaruhi kualitas optik.

Untuk menguji kualitas optik, berfokus pada tepi vertikal atau garis. Gerakkan kepala  kita bolak-balik, yang memungkinkan mata kita melihat keseluruhan lensa. Jika ada gerak apapun dalam garis maka lensa kemungkinan besar  cacat optik dan harus memilih pasangan yang lain.

Lebih besar lebih baik

Ukuran sunglasses yang besar dapat  memberikan perlindungan lebih baik terhadap kerusakan mata karena UV.   Semakain besar, semakin memblokir lebih  banyak celah cahaya yang  masuk mata dari sisi.

Begitupula dengan ukuran lensa sunglasses yang lebar. Sunglasses yang lebarnya sampai  ke tulang pipi adalah pilihan yang baik. Hindari model kacamata John Lenon.

Frame Harus Pas

Frame sunglasses harus pas di hidung dan telinga. Jangan pilih yang terlalu  menjepit kepala atau membuat lecet. Untuk mencegah cahaya masuk dari atas mata,  pilih yang cocok dekat dengan wajah, yakni jatuh  di sekitar area alis. Jangan cari frame yang membuat lensa begitu dekat bulu mata,

Jadi, jangan beli sunglasses semata untuk gaya. Cari yang bermanfaat untuk melindungi mata. Toh sekarang banyak kacamaya yang berkualitas baik, tapi tetap trendi. Harga pun bervariasi. Tinggal kitanya saja yang mau memperhatikan mata kita atau tidak.

^_^

Thursday, May 21, 2015

Lima Souvenir Favorit Traveler




Belum lengkap jika bepergian, apalagi ke luar negeri, tanpa membeli cendera mata. Masalahnya, uang di dompet kadang kurang cukup, ditambah waktu untuk membeli cendera mata terkadang tak ada.  Selain barang khas setempat, ada juga cendera mata yang mainstream yang ada di semua tempat, dan biasanya murah meriah.

Saya sendiri sebenarnya bukan tipe yang suka beli oleh-oleh. Malah kadang lupa. Alhasil, harus membeli dengan harga mahal di airport. Apa boleh buat.

Gantungan Kunci




Gantungan kunci souvenir dari luar negeri beraneka ragam bentuknya. Ada yang berbahan metal, ada pula yang campuran dengan kulit, plastik, dan kaca. Gantungan kunci juga ada yang berbentuk seperti landmark negara tersebut, lambing negara, foto bendera, atau sekadar tulisan. Ada juga gantungan kunci yang berbentuk gunting kuku. Hati-hati jangan dibawa ke pesawat karena akan disita. Apalagi yang ada pisau lipatnya, meskipun kecil.

Sekarang kebanyakan gantungan kunci dari berbagai negara bentuknya mirip. Bisa dipastikan gantungan kunci itu berasa dari Tiongkok, waluapun nantinya dijual di Eropa. Jika tak sempat membeli di dalam kota kita berjalan-jalan, kita biasanya bisa juga membelinya di airport.

Snow Globe

Snow globe belakangan mulai jadi incaran para traveler untuk dileksi. Bentunya cantik, belum lagi ‘salju’ yang turun ketika bola Kristal di balik. Biasanya di toko souvenir tersedia berbagai macam ukuran. Dari yang paling kecil hingga besar.

Harus diingat saat membeli snow globe adalah tempat untuk membawanya. Pastikan cukup untuk snow globe karena biasanya ada kotaknya, dan ini memakan tempat di koper. Usahan pula dibungkus plastik agar tidak bocor airnya jika terjadi kemungkinan pecah.

Sebiknya snow globe diklokesi saat pergi ke negara-negara bersalju saja. Sebab saya lihat ada beberapa snow globe dijual dari negara-negara topis. Dibandingkan gantungan kunci, harganya juga lebih mahal. Jadi biasanya hanya orang-orang terdekat saja yang mendapatkannya.

Biar tidak menyesal, sebaiknya perhatikan juga materi alasnya. Juga lebih jeli memilih diorama di dalam bola kacanya.

Piring Hias

Piring hias untuk souvenir juga bermacam-macam ukurannya. Biasanya disertai tripod penyangga agar bisa berdiri tegak saat dipajang di lemari atau di meja. Bahannya juga bermacam-macam, dari perak hingga keramik.

Harga piring hias ini tergantung ukuran dan bahannya. Makin ebsar tentunya makin mahal. Makin bagus materialnya juga makin malah.

Piring hias biasanya ada yang hanya bergambar saja, ada pula yang bertekstur. Kadang ada yang tidak disertai warna. Belum tentu yang berwarna lebih menarik. Pertimbangan unsure seni ketika membelinya. Bayangkan pula ketika dipajang di rumah saat membelinya.



Stiker Magnet

Stiker magnet atau ada juga yang menyebutnya magnet kulkas sedang menjadi trend di kalangan traveling. Biasanya mereka akan menempelkan pintu kulkas mereka dengan magnet ini. Jenis magnet kulkas ini beraneka rupa. Yang murah biasanya hanya tempelan kertas dengan foto. Ada pula yang terbuat dari logam. Yang unik tentu saja jika membentuk kekhasan tertentu dari negara yang kita kunjungi. Misalnya tuk tuk kalau di Thailand.

Magnet kulkas kadang juga memiliki fungsi lain. Salah satunya adalah pembuka botol. Cuman, hati-hati dengan kebiasaan mencabut dan menempel di lemari kulkas karena bisa saja membuat pintu kulkas jadi lecet.

Magnet kulkas ini banyak peminatnya dan sangat sering dijadikan souvenir traveler karena mudah membawanya dan tidak makan tempat di bagasi.

Patung Kecil


Patung kecil untuk hiasan ataupun boneka sering pula diburu traveler saat mencari souvenir. Intinya sih cari yang bisa buat pajangan tapi bentuknya imut sehingga tidak menghabsikan tempat. Apalagi kalau harganya murah.

Patung atau boneka dekorasi ini dijual di banyaka negara, terutama yang memiliki seni budaya boneka yang kuat, misalnya Jepang dan China. Kalau di Indonesia misalnya wayang.


Bagaimana kalau sudah membeli souvenir dari luar negeri tapi jumlahnya kurang. Karena, ternyata ada saudara yang diperkirakan tidak minta malah nagih. Tenang saja. Kalo warga Bandung cukup pergi ke BTC di jalan Pasteur. Di sana dijual beraneka souvenir dari mancanegara, termasuk benda-benda di atas.  Gampang, kan?



Foto-foto: Benny Rhamdani