Air minum publik di New Delhi. (Foto: Benny Rhamdani) |
Saat di Bologna, Italia, saya
sempat merasakan air minum publik di bawah Neptunus Fountain. Rasanya segar
walau sedikit repot untuk meminumnya karena tak biasa. Ketika di New Delhi,
saya melihat sejumlah keran air minum di beberapa area publik walaupun agak menyedihkan kondisinya.
Fountain drinking di Bologna Italia. (Foto: Benny Rhamdani) |
Air minum keran, khususnya untuk publik,
di Indonesia jumlahnya belum telalu massal. Di Bandung misalnya, baru hadir
tahun lalu di di Taman Balai Kota, Jalan
Wastukancana, Bandung, Jawa Barat. Berbeda dengan di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang giat membangun
fasilitas air minum untuk masyarakat ini. Bisa jadi karena sejarahnya berasal
dari Eropa.
Air minum keran dalam bahasa Inggris
kerap disebut fountain drinking. Mengandung
kata air mancur, karena di masa kejayaan Romawi, air mancur dijadikan sumber
air bagi warganya. Mereka biasa mengambil air dengan ember di air mancur untuk
kebutuhan sehari-hari.
Air mancur yang bisa diminum baru
benar-benar dibuat pada April 1859 di London, Inggris, untuk mencegah
penyebaran kolera karena air yang kotor. Pembangunan air mancur untuk diminum
itu dibangun dengan dana dari para pengusaha yang peduli dengan kesehatan warga
miskin.
Hingga tahun 1879, sekitar 800 air
mancur untuk diminum berdiri hanya di London saja. Bahkan, belakangan air
mancur juga dipakai untuk kepentingan minum sapi, kuda dan anjing.
Susasana pembukaan fountain drinking pertama. (foto: Huffingtonpost) |
Hanya beberapa bulan setelah
diresmikan di London, air mancur untuk diminum juga didirikan di New York,
Amerika serikat, tepatnya pada Juli 1859.
Pada abad 19 kampanye air minum public
ini makin gencari dilakukan. Alasannya, selain menyediakan air minum yang
bersih bagi warga kota, juga mencegah warga minum alkohol sepanjang hari.
Pada pergantian abad 20, ide untuk
menyediakan cangkir logam permanen agar
warga bisa minum dengan baik pun muncul. Tapi tak lama kemudian dikritik karena
khawatir malah menyebarkan penyakit. Pada tahun 1907 mulai muncul cangkir plastik untuk digunakan di air mancur untuk minum warga tersebut.
Sekitar tahun 1920, Amerika Serikat
mulai memperkenalkan versi air minum keran. Jadi air keluar secara vertikal,
sehingga memudahkan orang untuk meminumnya. Pengembangan air minum keras pun
semakin berkembang seiring kemajuan teknologi.
Keran air siap minum di Taman Balai Kota Bandung. (foto: Benny Rhamdani) |
Pada tahun 1980 pernah terjadi
penelitian tentang kualitas air air minum kelas sekolah-sekolah di AS. Hasilnya
mengejutkan. Sejumlah contoh ditemukan fakta kandungan air yang tak baik bagi
kesehatan. Sejalan dengan itu air minum plastik pun mulai masuk ke pasaran.
Bahkan terjadi lonjakan besar-besaran mengonsumsi air minum dalam kemasan
botol plastik. Ada sejumlah alasan untuk itu: Orang-orang berpikir air minum
kemasan rasanya lebih baik, dan mereka tidak suka menghirup dari keran miring
atau air mancur.
Kenyataan ini membuat banyak
organisasi pecinta lingkungan balik melakukan kampanye untuk minum dari keran
air minum. Mereka berpendapat konsumsi air kemasan adalah pemborosan. Beberapa
instalasi air minum publik pun diperbaharui agar jauh lebih menarik dan
strategis. Bahkan ada sebuah aplikasi yang membantu orang menemukan lokasi
keran air minum untuk publik.
Di Indonesia, saya jamin masalah keran
air minum bakal lebih pelik lagi. Selain masyarakatnya yang kadung tergantung
dengan air minum kemasan botol plastik, hanya sedikit peran pemerintah yang mau
mendorong diperbanyaknya keran-keran air minum. Apalagi yang mau membangun
instlasi semenarik mungkin seperti di luar negeri.
^_^
0 komentar:
Post a Comment