Pagi itu saya diantar sahabat
saya Made Parwita Yasa, warga Klungkung, Bali, menyambangi Taman Gili Kerta
Gosa dan Museum Semarajaya yang merupakan obyek wisata andalan kabupaten
Klungkung. Selain terpana melihat lukisan tradisional Bali bergaya Kamasan di
langit-langit, saya juga kaget melihat arca bule di dalam museum.
Saya masuk ke Taman Gili Kerta
Gosa atau yang lebih terkenal dengan nama Kerta Gosa saja melalui gerbang kecil
di seberang Pasar Klungkung. Taman yang dibangun
pada tahun 1686 oleh raja pertama Kerajaan Klungkung yaitu Ida I Dewa Agung
Jambe ini langsung terlihat begitu saya masuk. Tampak anggun dan asri.
Kerta Gosa adalah sebuah bangunan
terbuka (bale) yang secara resmi merupakan bagian dari kompleks Puri
Semarapura. Lokasinya kisaran 40 km ke
arah timur dari Kota Denpasar, dan
sangat mudah ditemukan, karena terletak di tengah Kota Semarapura, ibukota Kabupaten
Klungkung.
Malam sebelumnya saya pernah
masuk ke Kompleks Keraton Semarapura.
Rupanya Kerta Gosa adalah bagian dari keraton. Namun
lepas Puputan Klungkung pada tanggal 28 April 1908 di mana raja terakhir
Kerajaan Klungkung Raja Ida I Dewa Agung Putra Jambe dan pengikutnya gugur,
bangunan inti Keraton Semarapura dihancurkan dan dijadikan pemukiman penduduk,
menyisakan Kerta Gosa, Bale Kambang dengan Taman Gili, dan Gapura Keraton.
Kejadian puputan sendiri diabadikan dalam Monumen Puputan Klungkung
yang terletak di seberang Kerta Gosa.
Terdapat dua bangunan di Kerta
Gosa , yaitu Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang. Keduanya punya ciri arsitektur tradisional Bali yang sangat
kental. Keunikan dari kedua bangunan ini adalah di langit-langitnya yang
dihiasi lukisan tradisional Bali gaya Kamasan. Semula lukisan ini terbuat dari
kain dan parba.
Lukisan wayang kamsan di langit-langit bale Kertagosa. |
Dapat dikatakan bahwa lukisan di
langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan kerohanian
berupa hukum sebab-akibat dari perbuatan manusia. Ketika kerajaan Klungkung
ditaklukan oleh Belanda, Kerta Gosa masih digunakan sebagai balai sidang
pengadilan.
Saya masih bisa melihat kursi dan meja dari kayu berukir yang
digunakan untuk pengadilan adat tradisional di masa lalu.
Setelah puas melihat Bale Kerta Gosa,
saya berjalan menuju Bale Kambang yang terletak di tengah-tengah kolam teratai
yang disebut Taman Gili. Secara sekilas saya lihat Bale Kambang seperti
mengambang di atas permukaan air.
Fungsi bale ini adalah sebagai tempat ritual keagamaan Manusa Yadnya
(upacara kehidupan) bagi putra-putri raja, misalnya upacara mepandes (upacara
potong gigi) bagi putra-putri raja yang memasuki usia akil balik.
Lukisan-lukisan yang terdapat di
langit-langit Bale Kambang mengambil tema dari kisah Ramayana dan Sutasoma. Di
sepanjang dinding jembatan menuju Bale Kambang terdapat patung-patung yang
menggambarkan tokoh-tokoh dari kisah pada lukisan di langit-langit.
Dari berbagai ulasan tentang Taman Gili Kerta Gosa, jarang sekali bahwa di
lokasi yang sama juga terdapat sebuah museum daerah. Namanya Museum Semarajaya.
Bli Made mengatakan, Museum Semarajaya dibangun pada Gedung Bekas Sekolah MULO (Sekolah Menengah Jaman Belanda) dan bekas SMPN I Klungkung yang terletak dalam komplek Kertha Gosa dan Pemedal Agung (pintu bekas kerajaan Klungkung), tepatnya di Jalan Untung Surapati, Klungkung. Nah, Bli Made yang mengatar saya ini adalah lulusan sekolah tersebut.
Di dalam museum yang diresmikan
pada 28 April 1992 ini dipamerkan
barang-barang dari jaman prasejarah sampai benda-benda yang dipergunakan selama
perang puputan Klungkung. Dalam Museum ini dapat dilihat barang-barang yang
dipergunakan sebagai perlengkapan upacara adat oleh raja-raja Klungkung serta
foto-foto dokumentasi keturunan raja-raja di Klungkung.
Satu yang membuat saya merasa
takjub adalah terdapat koleksi arca yang tidak lazim, yakni menyerupai orang
eropa. Patungnya berhidung mancung dan memakai topi tinggi. Sayangnya saya
tidak mendapatkan informasi yang lengkap
dari sahabat saya ihwal keberadaan arca tersebut. Namun kemungkinan besar arca
tersebut dibuat ketika masa terjadinya puputan.
Sesampainya di rumah dan mencoba browsing untuk mencari tahu ihwal arca bule itu, saya tidak berhasil mendapatkan info apapun. Jadi buat saya, arca itu masih misterius.
Foto-foto: Benny Rhamdani
Foto-foto: Benny Rhamdani
0 komentar:
Post a Comment