Saturday, November 30, 2013

Kota Wisata, Harmoni Tempat Tinggal, Belajar, Rekreasi dan Olahraga

Pernah ke Kota Wisata Cibubur? Dulu, saya pikir tempat itu merupakan arena rekreasi  semata. Apalagi, di televisi sering dijadikan lokasi syuting maupun pertunjukkan musik. Ternyata saya salah. Kota Wisata merupakan merupakan perpaduan ruang yang harmoni antara tempat tinggal, ruang belajar, rekreasi dan olahraga.

Kampung China, salah satu ikon Kota Wisata. (foto: Benny Rhamdani)
Hal itu baru saya ketahui ketika saya diundang berkunjung ke kantor sebuah majalah yang berlokasi di Kota Wisata. Saya merasa takjub karena  area di dalamnya sangat luas. Dari data yang saya peroleh kemudian, tahap awal mencapai luas 480 ha dan perluasan berikutnya 750 ha. Sampai-sampai saya nyasar ke sana-sini di dalam Kota Wisata mencari alamat yang dituju. Tapi karena nyasar itulah saya juga jadi tahu cluster-cluster perumahan  di dalamnya. Benar-benar menarik karena diberi nama berdasarkan kota-kota terkenal di dunia, seperti Barcelona, Madrid, sampai California. 
 

Akhirnya saya menemukan juga kawasan perkantoran di Kota Wisata. Rupanya, karena keasyikan melihat rumah tinggal yang keren dan megah itu, saya terseret ke jalan lain. Padahal mestinya saya mengarah ke kawasan perkantoran di dalam Kota Wisata. Ini lagi-lagi yang membuat saya takjub. Ternyata ada perkantoran juga di sini? Bahkan saya menemukan beberapa tempat makan, bank, mini market, sekolah, dan masih banyak lagi fasilitas utama. Tidak kebayang bisa sekomplet ini di kawasan Jakarta coret.

Usai kunjungan kerja, saya dibujuk oleh teman-teman untuk rekreasi dulu ke Kampung China yang memang sangat kondang itu. Isteri saya malah sudah pernah ke sana. saya yang belum. dan ternyata lokasinya tidak seberapa jauh dari kantor majalah yang kami kunjungan. Meskipun ternyata tidak seperti yang saya bayangkan kemegahannya, tapi cukuplah terhibur di Kampung China. Selain bisa beli oleh-oleh pernak-pernik China, juga bisa foto-foto narsis. Ketika saya pasang di Facebook, banyak yang mengira saya benar-benar ke China.

Masjid yang keren. (Foto: kota_wisata.com)
Saat itu saya pergi hari Jum'at. Tepat waktu Dzuhur, saya dan teman-teman bergegas mencari masjid. Lumayan agak jauh. Maunya sih, letak masjid tidak jauh dari lokasi yang ikonik di Kota Wisata. Kami pun sempat bertanya-tanya untuk menuju ke Masjid Jami' Darussalam. Untunglah cukup sekali, karena cukup dengan melihat rombongan bersarung, kami pun jadi tahu lokasi. Dan interior masjidnya membuat saya berdecak kagum meskipun menurut saya kalau lebih besar lebih baik. Apalagi, masjid ini dipakai juga oleh jamaah dari luar area Kota Wisata, termasuk para tamu maupun turis lokal.

Sepulang dari Kota Wisata dan pamer foto ke sana-sini, saya baru tahu ternyata sekitar sepuluh orang teman saya  dari (alumni) SMA 14 Jakarta saya  tinggal di sana. Mereka memang berprofesi bukan sembarangan, yakni pengacara, legislative, manajer di perusahaan telekomunikasi dan lainnya. 

Dari merekalah saya kemudian tahu bahwa Kota Wisata merupakan salah satu proyek imperium properti Sinarmas Land.  Tidak aneh jika area yang dibangun sejak 1997 tersebut tampak didesain sangat padu dan lengkap. Sinarmas Land sendiri telah memiliki 50 portofolio properti di seluruh Indonesia dengan bank tanah lebih dari 10.000 hektar.

"Betah tinggal di sini karena sarananya lengkap. Mau belanja, sekolah anak, rekreasi pun sudah tersedia. Nggak perlu pusing lagi. Dan kalau pun ingin variasi rekreasi ke puncak misalnya, dekat banget, tinggal masuk tol Jagorawi, " ucap Andi, teman saya yang sudah 10 tahun menetap di Kota Wisata.

Seandainya saya harus pindah tinggal dari Bandung ke Jakarta, saya pastikan pilihan utama saya adalah pindah ke Kota Wisata. Apalagi dekat sekali dengan tempat tinggal orangtua saya di Kranggan Bekasi. Semoga terkabul.


Wednesday, November 27, 2013

Monday, November 25, 2013

Terios 7 Wonders, Sahabat Blogger Petualang


Terios 7 Wonders. (foto: Daihatsu)
Jujur saja, bagi saya acara yang digelar PT Astra Daihatsu Motor, agen tunggal pemegang merek Daihatsu,  berlabel “Terios 7 Wonders, Hidden Paradise” pada 1-14 Oktober 2013 merupakan ajang impian yang ingin saya ikuti .  Sayangnya, saya hanya maju sampai tahap 50 besar di International Indonesia Motor Show 2103, Jakarta. Mimpi saya bisa  bertualang bersama Terios yang dikenal sebagai Sahabat Petualang  untuk menjelajah surga di Pulau Jawa sampai di titik akhir Pulau Komodo pun kandas.  

Meskipun demikian saya tak ingin kehilangan kesempatan mengikuti petualangan Terios  mengungkap surga-surga tersembunyi di sepanjang Pulau Jawa – Pulau Komodo. Lewat tulisan para peserta terpilih, saya seakan diajak mengikuti rute perjalanan dari Pantai Sawarna, Banten kemudian dilanjutkan ke Desa Kinahrejo, Gunung Merapi, Jawa Tengah. Menyusul penelusuran ke Tengger, Bromo dan melaju ke Taman Nasional Baluran. Tempat  berikutnya yang dikunjungi adalah Sade Rambitan, Lombok yang beken banget dengan Suku Sasaknya. Lalu, tempat keenam adalah  Dompu, Nusa Tenggara Barat, sebelum akhirnya megunjungi Pulau Komodo yang menjadi kandidat 7 Keajaiban dunia tahun 2012.

7 Bloggers yang beruntung. (foto: Daihatsu)

Beruntunglah blogger yang ikut serta di perjalanan kali ini.  Sebanyak 7 blogger terdiri dari  5 blogger dipilih 
melalui kompetisi blog dan 2 blogger lainnya adalah blogger traveler yang sudah cukup dikenal di kalangan blogger.

Kali ini saya akan memilihkan liputan paling menarik dari setiap blogger.

Mumun, Sawarna

Untuk sebuah pembuka perjalanan saya benar-benar senyum membaca tulisan Mumun. “For 2 weeks, I’ll be traveling in one of the 7 Daihatsu cars. An awesome coincident is that I’m born on the 7th of July and I was put in car number 7. I should be so lucky ….”
Keindahan Sawarna. (foto: indohoy)

Kok bisa ya cewek satu ini selalu terkait dengan angka 7. Saya jadi ingat salah satu kehebatan Terios yakni sebagai satu-satunya SUV yang memiliki kapasitas 7 penumpang.  Itu pun ada angka 7-nya.

Tulisan Mumun cukup khas. Selain berbahasa Inggris, juga simple. Saya yang mengikuti lomba ini dengan tulisan tentang Pantai Sawarna seolah terbawa suasan tulisannya ketika menyebut jalur yang dilaluinya. Saya termasuk tipikal penyuka tulisan minimalis namun disertai foto-foto yang mampu bicara banyak. Bukankah gambar bisa mewakili 1000 kata?

Dan tahukah berapa jumlah frame foto yang dipasang Mumun di blognya untuk tulisan Pantai Sawarna? Ya, ada 7 frame. Walau salah satu frame ada yang berisi kolase 4 foto, tetap saja hitungannya 7.

Haris, Kinahrejo

Membaca tulisan  Haris di Kinahrejo, saya jadi ingat saat dia ngetweet pagi itu. Saya membacanya, dan membalas tweetnya. “Udah mandi belum?”  Lalu, Haris yang saya kenal saat di IMMS 2013 menjawab,” Mandi sih udah. Tapi kaos belum ganti-ganti nih.”
Dihibur Tari Jathilan. (foto: haris)

Oke, lupakan tweet itu. Tapi saya benar-benar mupeng abis melihat foto-foto Haris. Saya sudah yakin Haris akan mengambil foto-foto bagus di sini, karena tulisan blog yang mengantarnya terpilih ke ajang ini juga tentang kehidupan di Gunung merapi. Jadi seperti mudik.  

Dan yang membuat saya bertambah mupeng adalah di sana tim 7 Terios Wonders ini juga dihibur oleh acara kesenian setempat. Kapan lagi bisa berpetualang sambil menikmati seni hiburan. Nah, lagi-lagi ini mengingatkan saya kepada salah satu kehebatan Terios yakni easy acces entertainment.

Wira, Tengger

Kalau boleh terus terang, saya termasuk yang bosan membaca tulisan tentang Tengger. Apalagi saya sudah pernah ke sana. Tapi melihat postingan Wira di blognya membuat saya merasa asing dengan tempat itu. Foto-foto malam hari yang menakjubkan membuat saya ingin sekali melangkah kembali ke Tengger.
Bed time story di Tengger. (foto: Wira)

Selama ini, bila ke Tengger saya jarang sekali memerhatikan suasana malam. Menurut saya foto-foto malam hari Wira bisa menjadi foto kampanye pariwisata malam hari yang indah. Dan saya ingin sekali bisa berada di tenda-tenda itu.

Foto malam di Tengger itu memberi kesan kejantanan di antara keindahan Tengger. Saya pun teringat salah satu keunggulan Terios yakni Tough Style, Macho Styling.


Luci, Taman Baluran

Keringnya Taman Baluran. (foto: Luci)
Saya belum pernah ke Taman Baluran. Karenanya saya menjagokan tulisan Luci yang panjang untuk tujuan satu ini. Informasi Luci tentang Taman baluran berhasil membuat saya mencatat destinasi ini menjadi salah satu tempat yang akan saya tuju bila jalan-jalan ke jawa Timur. Terutama ketika Luci menulis :
Sayang, waktu kami sangat terbatas. Taman Nasional Baluran juga mempunyai pantai yang koralnya cantik, namanya Pantai Bama. Di sana, kamu bisa snorkeling dan menemukan clown fish, itu lho ikan yang ada di film Finding Nemo. Kalau kamu malas membawa atau tidak punya peralatan snorkeling, mereka juga menyediakan dengan biaya sewa Rp. 35.000.

Foto-foto yang dipasang Luci banyak menujukkan suasana kering kerontang Taman Baluran tapi tetap eksotis. Tampak panas seperti di kota besar. Mengingatkan pada kehebatan Terios yakni City Cruiser, High Ground Clearence. Walau kotanya mungkin seperti kota di Afrika ataupun padang pasir.

Giri, Sade Rambitan

Pantai pink yang ngeping hati saya untuk ke sana. (foto: Giri)

Walaupun sepotong-potong tapi karena Giri bercerita runut perjalanan dari Taman Baluran ke Sade Rambitan maka saya jadi lebih jelas rute 7 Wonders kali ini.  Semua tampak berjalan lancar hingga ke tujuan, seperti kehebatan Terios, Easy Handling.

 Bagian yang  membuat saya penasaran adalah “… tim bergerak menuju pantai yang di kenal dengan sebutan “Pink Beach” walaupun menurut penduduk setempat hanya terlihat pada sore hari saja. Warna pink ternyata berasal dari kikisan batu karang yang berwarna Pink dan mengendap di tepian pantai menjadi pasir yang berwarna pink bercampur warna putih. Pada kesempatan itupun dilakukan pengambilan gambar mobil Terios di atas bukit di bawah terik sinar mentari.”

 Wira, Dompu


Pemerah susu kuda. (foto: Wira)
Lagi-lagi saya senang membaca blog Wira untuk destinasi selanjutnya, Dompu. Foto-foto petani susu kuda Sumbawa yang terkenal itu membuat saya kagum. Saya juga baru tahu sebab mereka mengonsumsi susu kuda, bukan sapi dari tulisan Wira. “Bukan apa-apa mas, karena memang disini tidak ada sapi, makanya kita pakai susu kuda,” kata seorang pemilik kuda.

Cara Wira membuka tulisannya cukup bikin saya nyaman membaca kisah perjalanannya lewat tulisan dan foto. Sungguh seperti keunggulan Terios, yakni Optimal Comfort.

Haris, Pulau Komodo

Sebagai tulisan penutup, saya suka sekali tulisan Haris. Lengkap, disertai foto-foto yang melengkapi tulisannya. Pemandanga dan hal-hal yang bisa dinikmati di Pulau Komodo membuat saya kembali berharap semoga tahun depan saya berkesempatan mengalami petualangan tersebut. Apalagi perjalanan  dilakukan bersama Terios yang tangguh, setangguh Haris yang bilang terus bertahan hingga waktu terakhir. Benar-benar Excelent Strength seperti halnya Terios.

Beremu komodo di habitat aslinya adalah satu kebanggaan.
(foto: Haris)


Sayangnya dua dari tujuh bloggers tidak bisa saya review. Tulisan Bambang menurut saya kurang komprehensif, sementara tulisan Puput rusak link-nya. Dua blogger favorit saya di ajang ini adalah Haris dan Wira.

OOOoooOOO


Referensi: http://daihatsu.co.id/terios7wonders/2013/blog




Tuesday, November 19, 2013

Pengalaman Meeting dan Menginap di Plaza Hotel Purwakarta


Depan Plaza Hotel Purwakarta (foto: facebook)


Ketika saya diundang untuk rapat holding di Plaza Hotel Purwakarta belum lama ini, agak kaget juga. Karena itu berarti sudah tiga kali holding menggelar rapat di sana. Ada apakah gerangan? Biasanya para pemimpin sering menolak meeting di tempat yang sama. Apalagi sampai tiga kali.

Saya tidak pernah ikut rapat holding dua sebelumnya itu. Jadinya saya penasaran merasakan Plaza Hotel. Satu-satunya alasan yang bisa saya terima adalah posisinya yang strategis antara Jakarta dan Bandung. Sebab peserta rapat datang dari Bandung (termasuk saya) dan Jakarta.


Ketika kendaran yang membawa saya melaju di Cipularang, saya mencoba bertanya kepada teman yang pernah ikut meeting di sana sebelumnya. Mereka bilang dulu namanya masih Hotel Radison. Nah, kalau itu saya sering mendengar. Rupanya saya telat info kalau Radison sudah lama ganti nama. keluar tol Cipularang kami melewati hutan jati yang sejuk.  Kami telah masuk kawasan  Kota Bukit Indah.

Perjalanan dari Bandung kurang dari 1,5 jam. Padahal kalau meeting di pinggiran kota  Bandung ya kurang lebih sama. Inilah enaknya kalau posisi hotel di dekat jalan tol.

Begitu turun dari mobil saya langsung merasakan suasana yang segar karena banyak peohonan. Cuman memang jauh ke mana-mana. Tak apalah. Toh saya memang datang hanya untuk rapat.

Rapat mulai pukul 10 pagi. Tapi ruangan dianggap terlalu kecil. Sehingga selepas istirahat (makan dan shalat Jumat),  saya dan rekan-rekan pindah ke ruang rapat yang lebih besar. Saya lihat ada banyak ruang rapat. Di ruang rapat terdapat fasilitas free WIFI. Sayangnya kurang stabil. Mungkin biar peserta rapat  tetap fokus, nggak sibuk sendiri browsing Internet.

Catatan dari saya adalah ruangan untuk shalat Jumat. Dengan ruangan darurat dan ukuran yang pas-pasan karena kedatangan rombongan kami, ditambah lagi pengeras suara yang tidak terdengar ketika shalat dua rakaat, membuat ibadah shalat kurang khusyu. Mungkin ada baiknya disiapkan ruangan yang lebih besar dan mike portabe (klip).

***

Yang paling menyenangkan di hotel ini adalah hidangan buffet nya yang lengkap dan menggiurkan. Masakannya berpadu antara masakan nasional dan internasional. Benar-benar bikin saya tak keberatan bolakbalik mengisi piring.

Suasanya nyaman. Apalagi ketika ada live music akustik. Keren banget. Dan di restoran itulah saya baru menyadari Plaza Hotel banyak didatangi tamu ekspatriat. Malumlah, tak jauh dari lokasi industri kelas berat. Bahkan saat makan malam, di bagian bar penuh disesaki tamu bule. 

Menu makan siang, malam dan pagi tak ada yang saya komplain. Semuanya enak dan lebih asyik karena bisa sambil  melihat pemandangan   kolam renang dengan pepohonan yang menjadi nilai lebih tersendiri di mata saya. 

***
Saya mendapat kamar dengan single bed menghadap kolam renang. Benar-benar asyik. Karena saya rapat sampai tengah malam, tak ada yang bisa saya lihat banyak di kamar karena langsung tidur. Subuh saya bangun, dan setelah itu tidak kuat menahan diri untuk berenang.

Kolam renangnya sejuk dan kedalaman sedang. Ada satu kolam renang untuk anak-anak dengan seluncuran. Rasa-rasanya, saya jadi ingin membawa keluarga saya menginap di Plaza Hotel saat liburan. 
Selepas sarapan saya berjalan-jalan di sekitar hotel. bagi yang suka bersepeda, pihak hotel menyewakan sepeda untuk mengitari kawasan Kota Bukit Indah. Yang mau lari di jogging track saja, juga asyik kok.

Sayang, saya tidak bisa berlama-lama menikmati karena harus kembali meeting. Dan setelah makan siang, saya herus kembali ke Bandung. Mungkin, dengan kenyamanan dan fasilitas di Plaza Hotel, tidak heran jika pihal holding saya bekerja akan menggelar meeting keempat suatu hari nanti. Buat saya, itu kabar baik.


(November 2013, foto2: Benny Rhamdani)

Monday, November 18, 2013

Adikarya, Apa Kabar?



Pada 2007, karya saya berjudul Jika Aku Jadi Kucing dinyatakan sebagai pemenang ketiga pada Penghargaan Adikarya IKAPI. Sebagai penulis, bohong kalau saya berkata tidak senang dengan penganugerahan tersebut. Bahkan sampai sekarang, saya masih ingat momen tersebut.

Seperti dikutip dari milis Pasar Buku, Penghargaan Adikarya Ikapi diberikan kepada beberapa pengarang dan ilustrator terbaik dalam buku cerita anak-anak, dan beberapa pengarang terbaik dalam buku cerita remaja. Awalnya di dalam penghargaan ini tercakup juga kritera-kriteria lain seperti desain terbaik danbuku terlaris. Tapi dalam perkembangannya, kriteria-kriteria tersebut semakin dikurangi.

Penghargaan Adikarya Ikapi ingin meniru tradisi Caldecott AwardNewbery Award atau Hans Christian Andersn Award yang bergengsi itu, yang hanya memberikan penghargaan terhadap cerita/tulisan dan gambar/ilustrasi yang baik. Dan pengertian baik disini tentu saja dalam kaitan dengan aspek sastra dan senirupa, bukan aspek popularitas.

Penghargaan ini diberikan untuk meningkatkan mutu cerita/tulisan dan mutu gambar/ilustrasi dalam buku fiksi anak serta buku fiksi remaja. Disebabkan oleh beberapa alasan, maka mutu (cerita/tulisan maupun gambar/ilustrasi) dalam buku fiksi anak-anak kita menjadi agak terabaikan. IKAPI cenderung lebih memperhatikan aspek popularitas. Karena itu para pengarang dan ilusrator (dan juga penerbit) perlu dirangsang agar juga mulai memikirkan aspek mutu dalam buku terbitannya.

Penghargaan Adikarya bukan jaminan bahwa sebuah buku akan menjadi bestseller. Di Indonesia mutu tidak selalu berjalan beriringan dengan popularitas. Tapi kalau para pengamat, pustakawan, pendidik dan kritikus buku bacaan anak mau membantu mempromosikan buku-buku yang telah memenangkan penghargaan itu, maka penjualannya tentu akan terangkat juga. Pada gilirannya, semakin banyak anak-anak/remaja yang berkesempatan untuk menikmati buku yang baik, dan hal ini tentu akan semakin memajukan childrens literature kita.

Tradisi pemberian penghargaan ini dilakukan setiap tahun, dan telah dimulai sejak tahun 1997. Biasanya Panitia menyurati seluruh penerbit (anggota maupun non- anggota Ikapi) agar mengirimkan buku fiksi anak/remaja yang diterbitkannya sepanjang tahun yang telah berlalu. Dan disamping menyurati para penerbit, maka Panitia juga memuat pengumuman di berbagai milis. Maksudnya tiada lain, agar para pengarang dan ilustrator mengingatkan penerbit agar jangan lupa untuk mengirimkan bukunya.

Sepanjang sejarah Penghargaan Adikarya-Ikapi "entry" yang diterima oleh Panitia tidak pernah lebih dari 30-an penerbit dan yang meliputi 300-an judul. Dulu Panitia pernah merasa bahwa tanggapan penerbit sangat rendah. Tapi setelah diteliti lebih jauh, memang inilah gambaran penerbitan buku fiksi anak dan remaja kita. Buku fiksi anak dan remaja yang serius tidak terlalu banyak.

Karena Penghargaan Adikarya diberikan setiap tahun, dan karena tujuannya adalah memacu kreativitas, maka yang dinilai adalah buku- buku yang diterbitkan sepanjang tahun yang baru berlalu sampai kepada saat pengumuman. Juri juga diambil dari kalangan yang dianggap menguasai aspek-aspek tersebut. Ada akademisi dan ada juga praktisi. Tapi penguasaan dan pengenalan terhadap sastra anak Indonesia juga merupakan sebuah aspek penting dalam merekrut juri.

Sejak 2009, saya tidak pernah lagi mendengar tentang penghargaan Adikarya Ikapi. Saat itu, ajang Indonesia Book Fair sebagai media pemberian Adikarya sudah kalah pamor dengan Islamic Book Fair. Dan muncullah IBF Award untuk beberapa kategori buku, termasuk buku anak. Hanya jenis bukunya khusus bertamakan agama islam, tak lagi seluas Adikarya.

Sudah lima tahun saya berharap Adikarya kembali muncul. Bukan karena saya ingin memenangkan penghargaan, namun karena di Indonesia minim sekali penghargaan untuk bacaan anak-anak Indonesia. Untuk karya, penulis, dan pekerja kreatif lain di buku anak. Padahal seperti yang saya rasakan, penghargaan dari pelbagai pihak bisa menjadikan motivasi kuat para insan perbukuan anak-anak untuk lebih baik lagi berkarya.

Sering saya merasa cemburu, ketika bermunculan penghargaan terhadap buku yang diterbitkan. Umumnya selalu mengabaikan jenis buku anak.  Terkadang malah buku anak dipetarungkan dengan buku umum.  Semakin tidak jelas penggolongannya.

Jika memang Adikarya Ikapi ingin mati suri lebih lama, semoga ada pihak swasta maupun lembaga pemerintah lain yang memberi penghargaan di dunia literasi anak. Terutama apresiasi terhadap buku-buku yang sudah diterbitkan. Setidaknya mendekati tujuan dan harapan Adikarya yang sesungguhnya amat bermakna.

Peran Masyarakat Dalam Pembangunan Jalan




Suatu hari saya pernah kesal ketika sedang mengendarai sebuah jalan di Bandung. Tiba-tiba saya dilarang melanjutkan perjalanan karena sedang ada perbaikan jalan. Padahal lebar jalan itu sangat sulit untuk dipakai berputar arah. Saya sempat menggerutu, apa alasannya pihak PU dan pemerintak kota Bandung tidak memberikan informasi tentang rencana perbaikan jalan di kota Bandung ini secara meluas. Sebab jalan tersebut sering saya lewati, dan tidak ada berita yang saya peroleh jalan tersebut akan diperbaiki sebelumnya.

Masyarakat dapat berperan dalam pembangunan jalan.
(foto: Benny Rhamdani)
Beberapa minggu kemudian jalan di depan kantor saya juga dilakukan perbaikan jalan. Saya lihat beberapa warga yang hendak melewati jalan tersebut kecewa berat karena tidak bisa melanjutkan perjalanannya dan harus memutar jauh. Saya yakin mereka merasakan hal yang sama seperti saya, sebab tidak mendapat informasi perbaikan jalan.

Agar tidak banyak warga pengguna jalan yang merasa kesal, saya pun memotret perbaikan jalan tersebut dengan smartphone. Foto itu kemudian saya sebarkan lengkap dengan keterangan perbaikan jalan dan lokasinya melalui jejaring social Facebook dan Twitter. Tak lupa saya sertakan beberapa akun yang aktif menginformasikan berita dari warga. Alhasil, saya menerima respon positif dari belasan pengguna jejaring sosial yang langsung menyebarkan lebih luas info tersebut. Beberapa juga mengucapkan terima kasih karena tertolong dengan adanya laporan saya itu.

***

Seperti diatur dalam Peraturan  Menter Pekerjaan Umum No.01/ 20112 tentang Pedoman Peran masyarakat dapat dilibatkan secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan jalan. Masyarakat dilibatkan dalam setiap tahap Penyelenggaraan Jalan mulai dari pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan penggawasan. Peran masyarakat dapat berbentuk apapun seperti sumbangan material, finansial, maupun pemikiran.

Dengan mengatur prosedur peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan, diharapkan masyarakat dapat berperan secara maksimal dalam penyelenggaraan jalan, sehingga perlu diupayakan berbagai kemudahan agar masyarakat dapat memberikan perannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Prosedur peran masyarakat ini dijabarkan dalam media peran masyarakat, bentuk peran masyarakat, serta tata cara peran masyarakat.

Dalam Penyelenggaraan Jalan masyarakat dapat berperan secara tidak langsung melalui berbagai media komunikasi, seperti media elektronik: telepon, faksimil, pesan singkat, radio, televisi,internet, email, website, surat kabar, majalah, buletin, dan sebagainya. Peran masyarakat secara tidak langsung dapat berupa penyampaian informasi, usulan, saran, dan kritik.

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan bertambahnya titik-titik berkumpulnya masyarakat, jalan semakin banyak dibutuhkan. Namun kemampuan pemerintah dalam menyelenggarakan jalan memiliki keterbatasan. Sehingga perlu dibuat sebuah pola peran yang saling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat.

Dengan pola tersebut masyarakat akan dilibatkan lebih luas, sehingga masyarakat dapat membantu dalam penyelenggaraan jalan. Tahap penyelenggaraan jalan terdiri dari  pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan.

BadanLitbang PU melalui Pusat Litbang Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan (Pussosekling)menerbitkan sebuah pedoman yang berisi tentang pola pembagian peran masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan jalan. Pedoman ini mengatur keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan jalan agar lebih berdaya guna.

Peran masyarakat tersebut dilakukan pada fungsi  pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan (TURBINBANGWAS), secara langsung maupun tidak langsung. Masyarakat dalam melakukan perannya wajib berhubungan dengan penyelenggara jalan di tiap-tiap tingkatan (nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan desa) melalui unit yang berfungsi melayani peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan.

Keunggulan TURBINBANGWAS adalah Sebagai langkah awal pengaturan peran masyarakat dalam penyeîenggaraan jalan. Membuka ruang bagi peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan. Menciptakan media komunikasi bagi masyarakat dalam penyelenggaraan jalan,


Karena sudah ada peraturannya, masyarakat tidak perlu lagi berpartisipasi dalam urusan jalan di lingkungannya. 

Kepada pihak PU, saya hanya menyarankan untuk menyediakan akun informasi di jejaring sosial seperti twitter,  khusus terkait jalan. Karena saat ini, twitter merupakan salah satu jejaring sosial yang paling banyak digunakan.