Menginap di hotel gratis? Yiay, itu selalu menjadi impian semua orang. Termasuk saya. Apalagi kalau hotelnya berbintang seperti Hotel Novotel Gajah Mada Jakarta. Sehari saja sudah senang, apalagi lima malam.
Saya bisa menginap lima malam karena diundang mengikuti sebuah workshop penerbitan buku anak. Karena diundang jadinya gratis alias dibayarin. Semula lokasinya bukan hotel ini, melainkan hotel di bilangan Slipi. Entah mengapa dipindahkan.
Saya datang Minggu malam setelah berjuang mati-matian mencari travel ke Jakarta yang semuanya penuh. Akhirnya dapat juga sih yang jurusan Grogol. Enak, banget karena terbilang dekat. Naik taxi juga cuman Rp25.000. Itu juga karena ada macet sedikit.
Pas masuk lobi hotel seorang helper dengan siaga menawarkan jasa membawa gembolan saya yang emang berat. Oke, sementara dia nungguin gembolan, saya pun check in. Room mate saya dari Solo ternyata udah masuk kamar sejak sore. Jadi agak tenang deh udah ada yang bersih-bersih kamar duluan. Eh, bukan deng. Ada yang ngisi kamar maksudnya.
Saya pun diantar sama roomboy sampai pintu kamar. Di lift dia sempat nawarin jasa spa hotel. Saya menolaknya karena belum perlu. Baru juga sampai, udah minta spa. Kolokan amat.
Pintu kamar 1112 dibuka, dan teman kamar saya yang nggak mau disebut namanya pun telihat. Sumpah saya baru kenal dan ketemu. Soalnya dimention di Twitter nggak balas juga.
Saya pun diantar sama roomboy sampai pintu kamar. Di lift dia sempat nawarin jasa spa hotel. Saya menolaknya karena belum perlu. Baru juga sampai, udah minta spa. Kolokan amat.
Pintu kamar 1112 dibuka, dan teman kamar saya yang nggak mau disebut namanya pun telihat. Sumpah saya baru kenal dan ketemu. Soalnya dimention di Twitter nggak balas juga.
Setelah merapikan semua pakaian ke lemari, saya duduk santai di bed sambil ngobrol sama room mate. Nggak lama kemudian dia ngajak makan. Tapi saya tolak karena nggak biasa makan malam.
Nah, begitu sendiri saya mulai deh perhatikan kamarnya yang modern. Pemandangan keluar ya lampu-lampu gedung begitu. Namanya juga di kawasan perkotaan.
Nggak terasa malam pun bikin saya ngantuk. Capek karena perjalanan.
Esok subuhnya saya bangun awal banget (biasalah masih adaptasi) dan mulai gelisah pengen segera sarapan. Ternyata baru buka pukul enam. Saya pun cek-cek internet pake wifi hotel. Sayangnya sinyal wifi nggak nendang sama sekali. Mungkin masukan saja buat pihak hotel, agar meningkatkan sinyal wifi hotel.
Beres sarapan langsung menuju ruang workshop di lantai lima yang nama ruagannya nama-nama negara di ASEAN, Siangnya makan lagi di tempat yang sama. hidangan berbeda. Lalu workshop lagi sampai sore. Malamnya saya seperti lainnya dapat jatah makan malam di hotel, tapi saya nggak manfaatin. Takut bosan. Jadi nangkring di Kopi Oey di dekat hotel yang klasik banget suasananya.
Jujur aja, karena selama empat hari akan mengalami rutinitas yang sama, saya berusaha variasikan waktu dan tempat makan. Karena saya sudah mengalami kalau menginap lebih dari dua hari di sebuah hotel dan makannya selama tiga kali di restoran yang sama akan cepat terasa bosan. Apalagi kalo menunya kurang lebih sama.
Sebenarnya saya lebih suka makan pagi dan siang saja di hotel. Makan malam diberikan saja voucher makan untuk jajan di tempat lainnya. Kecuali kalao makan pagi, siang dan malam berbeda restorannya.
Nah ini poin penting yang saya rasakan menginap lima malam di Novotel Gajah Mada Jakarta:
1. Pelayanannya ramah. Bahkan saat telepon informasi malam dan subuh hari tetap diladeni dengan ramah.
2. Suasana restoran sering kali penuh. Dan kadang sangat berisik, semisal karena ada demo mie tarik. Belum lagi tamu-tamu asing dari Tiongkok yang biasanya kalo ngomong memang nyaring sekalipun dia berdekatan dengan lawan biacaranya.
3. Kalo berenang sebaiknya jangan terlalu malam karena anginnya sangat kencang. Mungkin karena terhalang tembok jadi anginnya ngubek di sekitarkolam renang. Lebih baik pagi atau sore.
Nah ini poin penting yang saya rasakan menginap lima malam di Novotel Gajah Mada Jakarta:
1. Pelayanannya ramah. Bahkan saat telepon informasi malam dan subuh hari tetap diladeni dengan ramah.
2. Suasana restoran sering kali penuh. Dan kadang sangat berisik, semisal karena ada demo mie tarik. Belum lagi tamu-tamu asing dari Tiongkok yang biasanya kalo ngomong memang nyaring sekalipun dia berdekatan dengan lawan biacaranya.
3. Kalo berenang sebaiknya jangan terlalu malam karena anginnya sangat kencang. Mungkin karena terhalang tembok jadi anginnya ngubek di sekitarkolam renang. Lebih baik pagi atau sore.
4. Pada jam-jam tertentu ruang gym yang kecil itu penuh. Apalagi kalau mau lari di treadmil, kadang antre. Sebaiknya pagi-pagi lebih lengang.
5. Sinyal di kamar kurang begitu bagus (saya pake XL, teman sekamar pake lainnya juga sama). Jadi saya kalau menelepon ke rumah di saat di luar kamar. Di dalam kamar bisa saja nyambung tapi tiba-tiba teroutus atau timbul tenggelam. Kecuali sekadar SMS. Jangan pula berharap bisa mengandalkan wifi, karena untuk buka satu web saja saya harus sabar menunggu. Bawa saja modem sendiri. Mudah-mudahan sinyalnya lagi bagus.
6. Colokan, lampu, dan fitur lainnya di kamar sangat baik. Juga saluran televisi . Buat saya ada National Geography Channel sudah cukup. Nggak suka nonton TV pula saya.
7. Kamar mandi juga baik. Antara shower dan toilet terpisah. Tapi hati-hati jangan sampai salah pencet karena tiba-tiba tirai kamar mandi bisa terbuka dan tembus pandang. Karena antara kamar mandi dan ruang tidur disekat dinding kaca.
8. Hal paling saya sukai di restoran adalah banyaknya makanan tradisional. Sayangnya saya punya banyak pantangan, jadi nggak bisa nikmati semua. Tapi bagus buat memperkenalkan berbagai kuliner Indonesia karena banyak tamu dari dari luar negeri menginap di hotel ini. Bahkan ada jamu tradisional lho.
9. Hotel ini sangat strategis. Bisa naik busway bagi yang ingin jalan-jalan jauh tanpa macet. Mau ke pusat belanja seperti Asemka, Mangga Dua, apalagi Glodok sangat dekat. Jadi sangat efektif buat saya yang ingin belanja oleh-oleh untuk anak dan isteri. Sebagai selingan juga bisa mampir ke Cagar Budaya Candra naya untuk refreshing. Cuman beberapa langskah dari hotel. Mau ke kawasan kota Tua pun relatif dekat. Paling hanya lima menit kalau jalanan lengang.
10. Kalo kelaparan tengah malam juga jangan khawatir karena tersebar minimarket sampai jajanan kakilima sampai malam. Tapi hati-hati ya bagi yang muslim, karena kawasan ini adalah kawasan pecinan.
11. Bagi penggemar dugem, kawasan sekitar hotel banyak sekali pilihan hiburan malam. Tapi kalo saya sih milih tidur aja.
Jadi, di hotel manapun kita menginap kalau kita menyiasati agar betah ya nggak ada masalah.
Untuk info lengkap langsung aja ya mampir di websitenya :)
0 komentar:
Post a Comment