Monday, October 20, 2014

Empat Jenis Penulis Nyebelin Banget



Sebagai seorang editor buku dan berkecimpung di dunia penulisan juga, saya menemukan begitu banyak karakter penulis di Indonesia. Dari yang menyenangkan sampai yang nyebelin banget. Yang menyenangkan tentu saja disambut hangat oleh semua kalangan. Yang nyebelin, kemungkinan besar umurnya nggak akan lama, kecuali dia cepat sadar.

Di bidang apapun berkarya, yang namanya sikap, sifat, tabiat ataupun perilaku seseorang tentu penting banget dijaga sesuai etika yang berlaku. Sebagian mengganggap menjaga atittude adalah siksaan dan merasa ‘nggak gue banget’ sehingga dia akan bersikap semau gue. Alih-alih jadi trade mark, malah jadi cibiran banya orang di sekitar.

Berikut beberapa karakter yang membuat penulis jadi nyebelin banget.

Ratu Drama Sosmed

Saat ini, jejaring sosial sudah menjadi perangkat wajib bagi penulis. Ada yang memanfaatkannya untuk promosi buku, jualan buku, berbagi tips menulis, mengunggah foto-foto kegiatannya di penulisan. Selama masih positif sih nggak ada masalah ya.

Sayangnya, masih banyak penulis yang nggak nyadar kalau jejaring sosial itu bisa jadi bumerang bagi dirinya saat mengupdate status dengan hal-hal yang terlalu berlebihan dalam kehidupannya alias lebay alias drama queen (padahal berlaku juga untuk penulis cowok).  Dan … saya beberapa kali menemukan yang seperti ini. Bahkan drama yang dibuatnya lebih dramatis dari karya yang pernah ditulisnya.

Di statusnya sebentar-bentar nyinyir, nyindir, marah-marah (stres banget kayaknya hidup sebagai penulis). Dia akan senang kalau ada yang mendukungnya atau menghiburnya. Sebaliknya akan marah-marah kalau ada pembaca bukunya yang kepo atau ngasih kritik.  Malah ada juga yang main delete atau hapus pertemanan (karena dia menganggap itu adalah fansnya bukan teman).

Jutek Setengah Mati

Masa sih ada penulis jutek? Banyak! Saya beberapa kali bertemu di forum penulis. Ada penulis yang nggak mau nyapa duluan. Maunya disapa orang. Padahal baru nulis satu buku dan nggak meledak-meledak amat. Itu pun balasnya cuma dengan anggukan kepala. Senyumnya mahal, apalagi ngobrol. Kalaupun dia menyapa orang duluan atau beramah-tamah pastinya dengan orang penting banget yang bakal mendongkrak karirnya. Gimana kalo dia jadi penulis terkenal ya?

Ada juga penulis jenis ini yang kalo dimention sama fansnya nggak mau balas sama sekali. Bahkan mungkin baginya, “Siapa elo? Nggak dimention elo juga gue tetap ngetop kok.”

Mungkin dalam jajaran penulis, @pidibaiq terbilang yang paling bersahabat dengan penggemarnya. Nggak cuman membalas mention, tapi juga folbek langsung fansnya. Tentu saja mention yang penting dibalas. Jangan yang basa-basi.

Sotoy Berasa JK Rowling

Ini dia kadang yang bikin editor pusing. Baru nulis satu buku, dan belum laris, tapi lagaknya melebihi penulis best sellers. Permintaannya  ampun-ampunan. Naskahnya nggak boleh diedit, judulnya nggak boleh diganti, uang royalti minta tinggi, dan malah kalau bisa pakai uang muka royalti. Lebih parahnya lagi ikut-ikutan ngurus kaver buku. Padahal di setiap penerbit sudah ada editor dan desainer yang tentunya nggak akan sembarangan bekerja.

Masih mending kalau penulisnya punya latar belakang editor atau desain. Kalau nggak sama sekali, dan cuma berlandas selera subyektif, jadinya bikin repot.

Memang sah-sah saja penulis ikut nimbrung mengurus bukunya. Ya, namanya juga karyanya. Tapi akan lebih baik jika dia menyerahkan naskahnya ke penerbit (bukan penerbitnya sendiri) juga memberi kepercayaan kepada para profesional. Memberi saran oke, tapi janganlah memaksakan kehendak. Apalagi sampai mengancam,” Saya akan tarik naskahnya kalau usul saya nggak diterima.” Padahal sesama editor walaupun beda penerbit  juga suka saling berbisik, mewanti-wanti penulis tertentu yang bermasalah.

Raja Kepo

Ada lagi nih jenis penulis yang rajin dan sering banget bertanya-tanya ke sana-sini. Herannya nulisnya jarang banget. Mungkin lima tahun hanya satu buku. Ke sesama penulis dia rajin nanya. Kadang pertanyaan yang sudah terbilang common sense.


Penulis jenis ini juga sering bertanya-tanya kepada editor penerbit buku. Dari soal trend, permasalahan perbukuan, dan banyak lagi. Tapi nggak nulis-nulis juga walaupun segudang info dia dapatkan. Entah apa masalahnya, sepertinya penulis jenis ini kurang percaya diri dan motivasi untuk menulis sehingga butuh suntikan dari rekan sesama penulis.

Ada juga Raja kepo untuk penulis baru. Baru kirim naskah udah nanya, kapan naskahnya terbit. Lho, yang kirim naskah ke kantor penerbit bukan hanya dia. Perlu proses. Dievaluasi, dirapatkan, diputuskan dulu naskahnya. ada lagi proses editing, layout, desain dan banyak lagi sebelum dicetak dan didistribusikan. Penulis jenis ini bahkan rajin bertanya setiap hari kepada pihak penerbit. Kalau editornya menolak teleponnya, dia bertanya ke sekretaris redaksi, atau kalau perlu ke bagian keamanan :)

Itu hanya sebagian yang bisa saya ungkap. Menurut saya, jadi penulis jangan nyebelin di lingkungannya. Tetap ramah dan handap asor. Mengapa? Karena penulis adalah sosok cendikia, yang bekerja menggunakan otaknya. Masyarakat umum tentunya berharap penuh jika berhadapan dengan penulis, apalagi yang disukai karyanya, sesuai dengan harapan mereka.

Kalau kamu, jenis penulis bagaimana?

***

follow me @benyrhamdani_

0 komentar:

Post a Comment