Thursday, December 26, 2013

Ke Jogja, Jangan Lupakan Lumpia Ini




Saat jalan-jalan di Jalan Malioboro, Yogyakarta, saya benar-benar kelaparan setelah berburu batik dan aneka souvenir lainnya. Saya berusaha mencari makanan pengganjal yang tidak terlalu manis. Sampai akhirnya, di pojok Hotel Mutiara saya melihat sekelompok orang asyik menikmati makanan di piring kecil. Belakangan saya baru tahu itu adalah Lumpia Jogja yang sudah terkenal.

Setahu  saya, lumpia sebagai jajanan khas kota Semarang.  Nyatanya tak hanya Semarang yang memiliki lumpia sebagai kuliner andalan.

Saya  melihat  tulisan di gerobak, tiga jenis lumpia yang bisa dipesan dengan harganya yang berbeda tipis. Isi sayur, isi sayur & ayam, serta isi sayur, ayam dan telor puyuh. Sebenarnya saya ingin mencicipi semuanya. Tapi saya sudah lama menahan diri makan telor puyuh yang konon tinggi kadar kolesterolnya. Saya segera memesan dua potong lumpia isi sayur dan ayam.


Sambil menunggu pesanan, saya minta izin memotret proses pembuatan lumpianya. Mulanya, disiapkan dulu bagian kulit lumpia. Kemudian, diisi dengan bahan yang kita pesan. Saya senang dengan sayuran yang disiapkan karena banyak togenya karena saya penggemar toge. Setelah dilipat manis, barulah digoreng hingga matang.  Lumpia disajikan hangat-hangat  di atas piring bertilamkan kertas nasi lengkap dengan acarnya. Aroma yang terhirup langsung membuat air liur menetes. Apalagi ada stimulus dari saos bawang putih di atasnya.



Saya melahapnya sampai habis diselingi menggigit cabe rawit yang disajikan di sisi lumpia. Uh, sedapnya! Bikin seluruh badan meleleh. Bisa jadi karena Jogja sedang diguyur hujan bulan Desember.

Saya kemudian baru tahu nama beken lumpia ini adalah Lumpia “Samijaya”.  Sebenarnya lumpia ini tak memiliki nama resmi. Label “Samijaya” menjadi populer karena lumpia ini berada di depan toko Sami Jaya. Namun ada juga yang menyebutnya Lumpia Mutiara karena tempat tersebut juga berada di sudut depan Hotel Mutiara, Malioboro.

Konon pedagang lumpian ini sudah ada sejak  1976 dan menjadi buruan banyak orang yang berkunjung ke Malioboro. Meskipun berjualan dengan gerobak sederhana, orang rela mengantri lama untuk membeli lumpia ini. Bahkan ketika saya mencicipi lumpia, banyak sekali orang yang membeli untuk dibawa ke rumah, bahkan lebih dari 30 potong. Mungkin juga karena saya datang ketika liburan panjang.



Saya pikir, dengan banyak penggemarnya itu tentu omset per harinya besar sekali. Mungkin sudah bisa untuk membeli atau menyewa sebuah kios. Entah apa sebabnya masih bertahan di tempat yang sempit. Apalagi tenaga kerjanya sampai 4 orang.

Bisa saja, selain untuk mempertahankan ciri khas, juga menghemat biaya produksi Karena harga lumpianya menurut saya relatif murah. Satu lumpia biasa Rp. 2.000, lumpia ayam Rp. 3000 dan Lumpia spesial Rp. 3.500. Lumpia Samijaya buka dari pukul 10.30-15.00 dan selanjutnya kembali berjualan pada pukul 16.30 hingga habis. Saran saya, nikmati lumpianya saat buka menjelang siang.



(foto2: Benny Rhamdani)

Sunday, December 15, 2013

Pemenang Indian Idol Meninggal Dunia


Sandeep Acharya, pemenang musim kedua Indian Idol pada tahun 2006, meninggal di rumah sakit Gurgaon, India, Minggu (15/12). Penyanyi 29 tahun asal Rajasthan ini menderita penyakit kuning selama dua minggu. Namun, ia tampak mengabaikan kesehatannya. Hingga akhirnya  Sandeep harus dirawat di rumah sakit setempat di kota kelahirannya, Bikaner, dalam kondisi kritis .

Ketika kesehatannya tidak membaik, ia dibawa ke rumah sakit lebih besar di  Gurgaon. Namun, Ia menghembuskan nafas terakhir pada hari Minggu pukul 9:00 waktu setempat.

Sang adik, Akshay, mengatakan ," Tadi malam, dokter mengatakan kondisinya masih berada di bawah kendali dan menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Kami semua berharap kami akan segera membawanya pulang. Tapi tak seorang pun tahu bahwa ia akan meninggalkan kita selamanya . "

Sandeep meninggalkan seorang istri dan seorang putri berusia dua bulan. Upacara terakhir pembakaran jasadnya akan dilakukan di Bikaner, kutip timesofindia.

Sonu Nigam, musisi yang juga juri Indian Idol telah menuliskan tweet pada hari Minggu, " Sandeep Acharya meninggal ? Oh my God ...  Aku sangat sedih."

10 Karya Seni Paling Kreatif 2013



Setiap tahun selalu saja hadir kejutan di bidang karya seni dunia. Ini membuktikan bahwa dunia seni senantiasa dinamis dan kreatif. ICPress China telah memilih 10 karya seni paling kreatif dari seluruh dunia. Saya benar-benar tercengang dengan 10 karya seni terpilih ini. Tapi favorit saya adalah grafiti yang melukiskan gadis kecil sedang menyiram pohon. Bagaimana Anda?





Lotte van der Acker, 24 tahun, dengan tatoo kamera vintage 1970  Asahi Pentax 3,5mm SLR di lengannya. Foto diambil oleh ibunya,  Helma van der Weide, 15 Januari 2013.  Mereka tinggal di Brunssum, Belanda,





Satu karya seni lukis tangan yang terinspirasi sebuah dongeng dibuat oleh Svetlana Kolosova yang tinggal di Moskow, Rusia, 9 April 2013. Svetlana Kolosova menciptakan adegan yang rumit dan berwarna-warni di tangan kirinya menampilkan karakter aneh dari imajinasinyaTapi karya ini hanya bisa bertahan satu hari. Pengerjaan lukisan tangan umumnya bisa menghabiskan waktu antara satu hingga  tiga jam, tergantung pada kompleksitas gambar.



Sebuah proyek seni ruang perkotaan dari seniman Austria Willi Dorner, bertajuk Tidak Terlihat, di Serralves Museum di Porto, Portugal, 9 Juni 2013.

 

Dua dari karya patung di tepi pantai di Marseille, Prancis. Patung menakjubkan ini diciptakan oleh seniman Perancis Bruno Catalano. Ya, seperti yang kita lihat, terlihat obyek seperti kehilangan organ vital mereka.





Karya grafiti makin memasyarakat. Seperti  mural raksasa ini yang menggambarkan seorang gadis kecil manis dan lembut sedangpenyiraman pohon di bawahnya. Sangat berbeda dari karya grafiti sebelumnya. Karya yang dibuat 9 Oktober 2013 oleh Natalia Rak, 27, menghabiskan waktu 70 jam untuk menuntaskannya.



Karya kreatif yang tampak hidup ini dibuat dengan pensil oleh ilustrator Morgan Davidson, 21 tahun,  pada 13 November 2013Sepintas gambar ini seperti karya foto atau dengan alat lain selain pensil warna




Paul Baliker, 59 tahun,  dengan patung  kayunya yang berisi manusia dengan berbagai satwa liar diluncurkan ke publik pada 7 Agustus 2013.




Sebuah  karya duo kreatif, Ella dan Pitr,  ini telah mengambil ide mengubah kamar ke tingkat yang baru dengan ilusi 3D yang menakjubkan di sebuah bangunan kosong di St Etienne, Prancis, pada 24 Oktober 2013 Ella & Pitr menciptakan ilusi menakjubkan dengan membingkai berbagai orang, dari orang tua sampai anak-anak kecil, dalam situasi fantastis. Rangkaian bingkai gambar yang dilukis di lantai, dinding dan langit-langit menggunakan teknik seni anamorphic yang memungkinkan gambar sebenarnya hanya dapat dilihat dari satu perspektif.




Tembakan Matrix diciptakan oleh Brad Hammonds, 30 Juli 2013.  Foto-foto menarik yang disatukan oleh guru bahasa Inggris Brad Hammonds, 27 tahun, dalam konsep delay emosional. "Tema ini berpusat bagaimana seseorang tidak pernah bisa benar-benar mengalami sensasi penuh  sampai akhirnya berlalu," kata Brad.

 

Menggunakan cat air, karya ini  menunjukkan seorang pria membuka kulit di rongga dadanya, oleh Danny Quirk, Massachusetts, Amerika. Dia menunjukkan hal yang benar-benar ada di bawah kulit dengan ilustrasi anatomi tubuh yang rumit.

(foto-foto: ICPress)

Thursday, December 12, 2013

Pengalaman Meeting di Bumi Bandhawa



















Akhir tahun adalah masa-masa yang bikin kepala pening dengan serangkaian rapat dan membuat setumpuk laporan. Itulah resiko menjadi pegawai kantoran. Dan tambah bete lagi kalau meetingnya di tempat yang nggak nyaman. Hari ini saya merasakan meeting yang benar-benar nyaman di sebuah sudut kota Bandung.
Saat undangan  menyebut nama Bumi Bandhawa sebagai lokasi meeting, saya tak berani berekspetasi apa-apa. Terus terang, saya tidak pernah mendengarnya. Bagi saya, kalau rapat tidak di hotel berbintang 4 ke atas, ya begitu-begitu saja. Apalagi, saya ketika membaca lokasinya di daerah Perumahan Dosen Unpad, Cigadung, saya makin tak mau mencari tahu.

Rupanya saya salah. Ketika saya masuk ke halaman depan Bumi Bandhawa, seketika saya bertasbih. Benar-benar kagum dengan keasrian lingkungannya. Pohon pinus berjajar rapi, dengan pohon anggrek yang berbunga di sela-selanya. Sebuah bangunan utama  bergaya masa kolonial Belanda berdiri kokoh membawa kesan ke masa lampau. Di sisi lain ada bangunan bertingkat yang lebih modern.

Yang menyenangkan, saya melihat beberapa tempat duduk, ayunan, dan bale-bale untuk duduk santai menikmati udara segar. Sungguh, saya seperti berada jauh dari kota Bandung. Apalagi tak terdengar suara mesin kendaraan sedikit pun.

Tatkala saya melihat kolam renang, ingin rasanya nyebur langsung. Untung saja ingat, hari ini saya ke sini bukan untuk rekreasi tapi meeting.

Saya pun meeting dengan lancar di sebuah ruangan sebelah kiri bangunan utama. Desain ruangan sederhana, tapi dengan pemandangan yang indah di balik jendela kaca, rasanya meeting pun jadi nyaman. Apalagi saat istirahat, saya menikmati makan siang di Poppy’s Kitchen yang interiornya minimalis dan semi terbuka. 

Sambil makan saya bisa mendengar suara kicau burung yang terbang di antara pepohonan pinus.
Rasanya, kalau punya uang lebih entah dari mana, pengin sekali menginap di Bumi Bandhawa mengajak keluarga. Atau jika ada orderan menulis novel, menyepi untuk menulis di tempat ini rasanya cocok buat saya.  Entah kapan.

(foto2: Benny Rhamdani)

Baso Akung, Paling Beken di Bandung


Saya adalah penggemar kuliner yamin baso ceker. Di Bandung, nggak susah nyarinya. Beda banget kalo ke luar kota Bandung. Ampun-ampunan nyari yamin baso ceker. Salah satu yang ada di kepala saya tempat makan yamin baso ceker yang enak adalah di Baso Akung.

Terletak di Jalan Lodaya 123, tempat makan satu ini udah kesohor sejak lama. Bahkan boleh dibilang,” Nggak ke Bandung kalo nggak ngebaso di Akung.” Apalagi bagi penggemar baso, pantang banget melewati kedai Baso Akung.

Saran saya kalo bukan penggemar baso porsi besar, pesanlah setengah porsi. Karena di sini segalanya bikin perut kenyang. Saat meemsan, kita harus pilih sendiri campurannya. Pakai pangsit, tahu, ceker, baso, babat? Saran saya jangan sampai melewatkan baso dan ceker ayamnya. Karena di sinilah khasnya Baso Akung.

Kalo saya sih sudah jelas, olahan mie favorit saya adalah yamin manis. Sementara baso dan ceker diberi kuah dengan mangkuk terpisah.

Soal harganya tergantung porsi dan jenis makanan. Tapi masih sebanding dengan rasa dan tingkat kekenyangannya. Hehehehe. Kalo pengen yang segar-segar, di bagian pintu masuk ada yang jual rujak. Bisa dibungkus untuk di makan di rumah atau di jalan.

Sekarang ini, ruangannya sudah diperluas. Jadi nggak usah takut antre sambil berdiri kayak dulu. Hanya tempat parkir saja yang kadang bermasalah. Tak apalah parkir sedikit jaug untuk ke tempat satu ini.

Oh iya, jangan lupa siapkan kamera. Soalnya, beberapa kali saya makan ke sini, selalu bertemu artis. Siapa tahu ada ingin yang foto sama artis di baso Akung.

SPBU Pertamina COCO, Apakah Itu?








Awalnya saya mengira Stasiun Pengisian Bahan Bakar umum (SPBU) itu sama saja satu sama lain. Ternyata, ada tiga jenis SPBU secara kepemilikan.  Itu sebabnya voucher bahan bakar dari PT Pertamina nggak bisa dipakai sembarangan.
 
Bermula ketika saya mendapatkan voucher dari PT Pertamina hasil lomba nulis di Kompasiana. Hadiah hiburan yang menyenangkan. Nah, 5 voucher bernilai masing-masing Rp50.000 tentu saja ingin saya manfaatkan segera. Saya pun ke SPBU di dekat rumah.

 
“Maaf, Pak, vouchernya nggak bisa dipakai di sini,” kata operator SPBU ketika saya menyodorkan voucher itu.

Duh, bagaimana ini? Apakah vouchernya kadaluarsa? Saya pun penasaran, lalu segera browsing mencari jawaban soal penggunaan voucher itu. Tak berapa lama saya menemukan penjelasan tentang voucher yang hanya bisa dipakai di SPBU Pertamina COCO. Apa ini?

SPBU COCO (Company Operation Company Owner), merupakan SPBU yang dimiliki dan dikelola oleh PT Pertamina. Dalam hal ini yang mengelola adalah PT. Petamina Retail sebagai anak perusahaannya.

Selain SPBU COCO, ada juga SPBU DODO (Dealer Operation Dealer Owner), merupakan SPBU murni milik swasta atau perorangan. Jadi segala hal mengenai manajemen perusahaan di kelola oleh perorangan atau badan usaha.

Yang terakhir adalah SPBU CODO (Company Operation Dealer Owner), merupakan SPBU milik swasta atau perorangan yang bekerjasama dengan PT Petamina Retail.

Lalu, bagaimana mengenali SPBU COCO? Nah, ternyata gampang sekali. Kalau di Bandung, tinggal lihat angka depan nomor SPBU-nya, yakni yang angka 31. Kalau 34 berarti swasta. Kuncinya di digit kedua. Setelah saya lacak, ternyata di dekat rumah dan kantor saya ada dua SPBU COCO. Satu di Jl Soekarno Hatta (Gede Bage) dan satu lagi di Ujungberung.

Setelah itu saya pun menuju ke SPBU COCO di Gade Bage dan mengisi bensin dengan voucher dari lomba di Kompasiana. Kali pertama saya mengisi, operator SPBU sempat bimbang menerima voucher. Dia pun bertanya kepada supervisor dan baru tahu bahwa voucher yang saya berikan itu berfungsi sebagai alat bayar. Dua hari kemudian saya mengisi lagi, dan operator (beda orang) SPBU langsung menerima voucher yang saya sodorkan.

Lantaran saya ingin menulis tentang SPBU COCO, saya pun parkir sebentar untuk mengambil foto di area SPBU tersebut. Tak lama petugas satpam datang menghampiri saya dan bertanya,” Maaf, bapak dari mana?”

“Saya blogger, mau nulis tentang Pertamina,” jawab saya.

Satpam itu hanya mengangguk dan meninggalkan saya. Entah dia mengerti blogger itu apa, atau hanya sekadar menjalankan  formalitas kerja. Lepas dari sana, saya makin tahu SPBU COCO itu umumnya lebih lengkap karena ada supermarket Bright, bengkel, dan satpam yang kepo.

Tuesday, December 10, 2013

Cara Populer Atasi Jetlag







Dua kali saya melakukan perjalanan ke Eropa pulang-pergi. Tapi bekal pengetahuan yang cukup, akhirnya saya sempat merasakan yang namanya jetlag. Terutama susah tidur saat malam tiba waktu setempat. Jetlag sering membuat sakit kepala  bagi mereka yang melakukan perjalanan melalui zona waktu yang berbeda.

Situs pencarian wisata terkemuka  Tianxun.cn melakukan survei cara  mengatasi jetlag yang populer dengan responden 1.000 penumpang pesawat. Dan, 12 jawaban paling banyak ada di bawah ini.

1. Menjaga pola makan yang sehat dan ringan , seperti  buah-buahan dan sayuran.

2. Olahraga sebelum penerbangan.

3. Lakukan peregangan selama penerbangan.

4. Pasang arloji ke zona waktu yang dituju.

5. Tetap terjaga untuk durasi penerbangan itu.

6. Hindari alkohol selama 24 jam sebelum penerbangan.

7.  Tidur selama penerbangan jika Anda minum alkohol.

8.  Konumsi obat herbal.

9.  Konsumsi Viagra.

10. Minum Obat mabuk

11. Konsumsi Melatonin.

12. Konsumsi Obat tidur.

Diet ringan dan olahraga adalah pilihan yang paling efektif untuk penumpang pada penerbangan jarak jauh.
Sementara sekitar 22 persen berpikir orang harus menghindari alkohol sebelum penerbangan, 15 persen mengklaim minum alkohol selama penerbangan dapat membantu mereka.

Sebanyak 37 persen mengatakan mereka mencoba mengambil Viagra untuk mengatasi jetlag,  dan sekitar 7% mengatakan itu membantu.  Obat herbal  juga membantu, kata mereka.

"Tampaknya diet ringan dan olahraga sejauh ini paling populer mencegah jetlag, "kata Andy Sleigh, General Manajer Asia Pacific Tianxun.cn.

Sunday, December 1, 2013

Mereka Pantas Disebut Pejuang Sastra

Sayur lobak penuhi kereta
Benih sawi siap ditaburi
Berlomba pantun di Jakarta
Raih prestasi anak negeri

Rosa (kelas 6) dan Elita (kelas 4) sama-sama siswa SDN 08 Nangga Lauk, Kalimantan Barat. Beberapa bulan silam mereka mengirim pantun ke panitia Konferensi Penulis Cilik Indonesia 2013.  Sabtu lalu (16/11), nama mereka diumumkan sebagai peserta terpilih untuk babak final di Jakarta.

“Kami senang sekali begitu diumumkan terpilih berangkat ke Jakarta untuk lomba pantun,” kata Elita berbinar. Hal yang sama dirasakan pula oleh Rosa.  Keduanya pun memberi kabar bahagia itu kepada orangtua mereka yang sama-sama buruh penyadap getah karet di pedalaman Kalimantan Barat.

“Waktu itu ayah baru pulang dari kebun karet. Begitu aku kabari, ayah langsung berganti pakaian dan menemui guru di sekolah untuk memberi persetejuan,” tutur Rosa yang tak menyangka dorongan dari ayahnya begitu besar. Bahkan, ayahnya diam-diam menjual perahu untuk memberi bekal kepada Rosa, juga membelikan  pakaian yang layak untuk ke Jakarta. “Padahal perahu itu dipakai ayah untuk pergi ke tempat kerja yang jauh. Aku tidak tahu ayah sekarang berangkat pakai apa. Mungkin ikut teman-teman ayah.”

Sementara Elita pun disiapkan perbekalan pakaian dan tas oleh kedua orangtuanya. “Aku juga dibelikan handphone untuk komunikasi. Sebelumnya, aku tidak punyahandphone. Paling cuman pinjam punya ayah.”

Keduanya mengaku bangga bisa berangkat ke Jakarta yang bahkan orangtuanya belum pernah kunjungi. Setelah persiapan, mereka berangkat Selasa(19/11) dari Nanga Lauk menuju terminal bus terdekat naik perahu selama lima jam. “Walaupun lama kami sudah biasa naik perahu, jadi kami tidak mabuk,” kata Elita. Yang jadi masalah buat mereka justru perjalanan darat dua kali ganti bis sebelum sampai  Bandar Udara Internasional Supadio di Pontianak
.
“Kami mabuk karena belum terbiasa,” papar Rosa.  Malah, Elita berlanjut mabuk saat naik pesawat menuju ke Jakarta. “Naik pesawatnya tegang karena suara mesin pesawat,” tuturnya.

Karena perjalanan lebih dari 12 jam tersebut, mereka pun merasa letih ketika tiba di hotel tempat seluruh peserta dari berbagai provinsi berkumpul pada Rabu (20/21). Dan keesokan harinya, keduanya ternyata jatuh sakit. Banyak hal yang mereka ungkapkan. Mulai dari kangen orangtua, kurang nyaman dengan pendingin ruangan hotel, sampai terganggu dengan aroma hidangan hotel yang tidak terbiasa di hidung mereka.
1385347780132248683
Elita berjuang menulis pantun meskipun sambil terbaring sakit. (foto: Benny Rhamdani)
Padahal pukul 10.00 mereka harus berlomba lagi bersaing dengan hampir 40 finalis lomba cipta pantun. Untunglah, panitia lomba dari DAR! Mizan dan dewan juri yang diketuai Djokolelono memberi dispensasi untuk keduanya agar tetap mengikuti lomba di kamar hotel dengan didampingi satu pengawas.

“Kepalaku sakit sekali, tapi aku tetap berusaha menulis pantun dengan baik,” kata Elita yang selama menyelesaikan lomba terbaring lemas. Rosa pun demikian. Meskipun tampak lemas, dia tetap berusaha membuat pantun seperti yang disyaratkan oleh juri dengan baik.

Setelah lomba, mereka hampir tak bisa melakukan kegiatan karena harus banyak istirahat. Tapi keesokan harinya (22/11), Rosa dan Elita berusaha menghimpun tenaga mengikuti pengumuman lomba cipta pantun di kantor Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan sabar mereka mengikuti protokoler acara, hingga akhirnya nama-nama pemenang pantun disebutkan.

Nama-nama juara pun disebutkan dari peringkat terbawah. Sampai akhirnya peringkat satu disebutkan, ternyata nama Elita muncul sebagai pemenang. Air mata kebahagiaan menggenangi mata Elita saat menuju podium dan menerima hadiah pemenang pertama bersama pemenang lomba lainnya, yakni menulis syair, mendongeng dan menulis cerpen.

“Aku benar-benar tidak menyangka bisa menang. Sampai terkejut ketika namaku disebut,” ujar Elita sambil tersenyum.

Dengan kemenangan itu, Elita berjanji akan terus menulis pantun yang merupakan kekayaan sastra Indonesia. “Aku akan terus menulis pantun. Tidak ingin menulis yang lain. Karena pantun itu kan budaya Indonesia. Jadi aku akan terus menjaga,” ucapnya.

Padahal sebelumnya, Elita mengaku tidak tahu apa-apa tentang pantun. Bahkan guru di sekolah pun tidak mengajarinya. Dia hanya membaca sebanyak-banyaknya dari buku di perpustakaan tentang pantun. Dan dengan banyak membaca itu, Elita pun berhasil menulis pantun dengan baik. Sementara Rosa, pada malam harinya diumumkan sebagai pemenang harapan kategori menulis pantun.

Bila ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Bila ada umur yang panjang
Boleh  kita berprestasi lagi

Ngobrolin Penerbitan Buku Bareng Moammar Emka


Emka buka dapur Penerbit Gagas Media. (foto: Benny Rhamdani)

Jika bisnis penerbitan buku cetak di negara maju sudah mulai diusik buku digital, di Indonesia masih relatif jauh persaingan bisnisnya. Bahkan menurut salah satu pendiri Penerbit Gagas Media, Moammar Emka, buku digital masih lama bisa jalan di Indonesia. “Mungkin masih sekitar empat tahun lagi buku digital memasyarakat di Indonesia. Jadi bisnis penerbitan buku cetak masih menjanjikan. Apalagi jika dibandingkan dengan menerbitkan majalah saat ini,” papar Emka di acara ngobrol santai Model Bisnis Baru Penerbitan dan Percetakan, di ajang Indonesia Creative Power 2013, pada Jumat (29/11), 

Saya yang tahu persis perkembangan buku digital di Indonesia manggut-manggut setuju dan menyimak obrolan di sebuah cafe di Epicentrum, Jakarta tersebut. Lalu, Emka membuka beberapa rahasia dapurnya dengan memaparkan  cara yang dilakukannya membangun bisnis penerbitan buku cetak.

Diawali ketika Emka menerbitkan buku Jakarta Under Cover (JUC) di sebuah penerbit di kota Jogja. Buku tersebut hanya dicetak 3.000 eksemplar sementara di toko buku sudah ludes. Emka mengajukan permintaan agar bukunya segera dicetak ulang. Namun ternyata kapital penerbit tersebut tidak memadai. Akhirnya, Emka pun menggaet beberapa temannya untuk membiayai cetak ulang bukunya yang laris itu.

Secara resmi, Gagas Media berdiri pada 2003. Menurut Emka, saat ini peningkatan omsetnya sudah naik hingga 2000%.  Dalam sebulan, penerbitnya bisa meraup uang sekitar  3 M rupiah dengan 900 karyawan dan 15 kantor cabang.

Diakuinya, keberhasilan Gagas media salah satunya karena mendapat buku Raditya Dika yang rajin promosikan bukunya sendiri. “Minimal royalti  Rp500 juta setiap periode pembayaran,”  ungkap Emka.

Itu sebabnya, penerbitnya lebih dikenal sebagai penerbit buku  populer remaja. “Sebenarnya, kami juga membuat banyak jenis buku. Kecuali buku pelajaran yang sudah dikuasai beberapa penerbit,” kata Emka.

Emka juga menyebutkan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membuat penerbitan buku cetak. Mulai dengan menerbitkan 1-2 buku setiap bulan  sebenarnya sudah aman. Tentu saja naskahnya harus yang menarik dan sesuai pasar. Untuk hal ini, Emka membongkar rahasia dapurnya.

“Kami punya tim yang namanya first reader terdiri dari anak SMP dan SMA. Mereka kami minta menilai naskah yang sudah lolos seleksi redaksi. Terutama kekuarangan naskah itu. Para first reader itu kami gaji Rp1,7  juta hingga Rp2 juta per bulan. Lumayan kan buat anak-anak sekolah,” kata Emka.

Kalau pun kemudian bisnis penerbitan buku cetak menghadapi kendala, lebih kepada pendistribusiannya ke pasar. Terutama ketika harus berbagi rabat dengan toko buku. Dan karena tak mau terlalu mengandalkan toko buku, maka muncullah ide kreatif untuk mencari gerai buku lainnya dan membuat pameran di pelosok-pelosok, termasuk ke pesantren.

Acara ngobrol santai itu juga dihadiri sejumlah insan penerbitan seperti Intan Savitri dari Balai Pustaka, Gina S Noer dari Plot Point, termasuk dari penerbit indie yakni Olie dari nulisbuku.com. Ada juga penulis seperti Rachmania Arunita.

Selain tentang bisnis penerbitan buku cetak, muncul pula diskusi soal hak karya intelektual dan agen naskah
.
Menurut saya, ajang tersebut sangat bermanfaat untuk menjalin ikatan antara sesama penerbit mayor dan indie, penerbit digital, dan juga penulis. Mungkin nantinya bisa menjadi kekuatan baru untuk menggerakkan dunia perbukuan di Indonesia yang menurut saya masih sangat lambat. Melihat semangat mereka, saya sangat berharap mereka-mereka inilah yang berada di pengurusan lembaga yang direstui pemerintah seperti IKAPI.

Saturday, November 30, 2013

Kota Wisata, Harmoni Tempat Tinggal, Belajar, Rekreasi dan Olahraga

Pernah ke Kota Wisata Cibubur? Dulu, saya pikir tempat itu merupakan arena rekreasi  semata. Apalagi, di televisi sering dijadikan lokasi syuting maupun pertunjukkan musik. Ternyata saya salah. Kota Wisata merupakan merupakan perpaduan ruang yang harmoni antara tempat tinggal, ruang belajar, rekreasi dan olahraga.

Kampung China, salah satu ikon Kota Wisata. (foto: Benny Rhamdani)
Hal itu baru saya ketahui ketika saya diundang berkunjung ke kantor sebuah majalah yang berlokasi di Kota Wisata. Saya merasa takjub karena  area di dalamnya sangat luas. Dari data yang saya peroleh kemudian, tahap awal mencapai luas 480 ha dan perluasan berikutnya 750 ha. Sampai-sampai saya nyasar ke sana-sini di dalam Kota Wisata mencari alamat yang dituju. Tapi karena nyasar itulah saya juga jadi tahu cluster-cluster perumahan  di dalamnya. Benar-benar menarik karena diberi nama berdasarkan kota-kota terkenal di dunia, seperti Barcelona, Madrid, sampai California. 
 

Akhirnya saya menemukan juga kawasan perkantoran di Kota Wisata. Rupanya, karena keasyikan melihat rumah tinggal yang keren dan megah itu, saya terseret ke jalan lain. Padahal mestinya saya mengarah ke kawasan perkantoran di dalam Kota Wisata. Ini lagi-lagi yang membuat saya takjub. Ternyata ada perkantoran juga di sini? Bahkan saya menemukan beberapa tempat makan, bank, mini market, sekolah, dan masih banyak lagi fasilitas utama. Tidak kebayang bisa sekomplet ini di kawasan Jakarta coret.

Usai kunjungan kerja, saya dibujuk oleh teman-teman untuk rekreasi dulu ke Kampung China yang memang sangat kondang itu. Isteri saya malah sudah pernah ke sana. saya yang belum. dan ternyata lokasinya tidak seberapa jauh dari kantor majalah yang kami kunjungan. Meskipun ternyata tidak seperti yang saya bayangkan kemegahannya, tapi cukuplah terhibur di Kampung China. Selain bisa beli oleh-oleh pernak-pernik China, juga bisa foto-foto narsis. Ketika saya pasang di Facebook, banyak yang mengira saya benar-benar ke China.

Masjid yang keren. (Foto: kota_wisata.com)
Saat itu saya pergi hari Jum'at. Tepat waktu Dzuhur, saya dan teman-teman bergegas mencari masjid. Lumayan agak jauh. Maunya sih, letak masjid tidak jauh dari lokasi yang ikonik di Kota Wisata. Kami pun sempat bertanya-tanya untuk menuju ke Masjid Jami' Darussalam. Untunglah cukup sekali, karena cukup dengan melihat rombongan bersarung, kami pun jadi tahu lokasi. Dan interior masjidnya membuat saya berdecak kagum meskipun menurut saya kalau lebih besar lebih baik. Apalagi, masjid ini dipakai juga oleh jamaah dari luar area Kota Wisata, termasuk para tamu maupun turis lokal.

Sepulang dari Kota Wisata dan pamer foto ke sana-sini, saya baru tahu ternyata sekitar sepuluh orang teman saya  dari (alumni) SMA 14 Jakarta saya  tinggal di sana. Mereka memang berprofesi bukan sembarangan, yakni pengacara, legislative, manajer di perusahaan telekomunikasi dan lainnya. 

Dari merekalah saya kemudian tahu bahwa Kota Wisata merupakan salah satu proyek imperium properti Sinarmas Land.  Tidak aneh jika area yang dibangun sejak 1997 tersebut tampak didesain sangat padu dan lengkap. Sinarmas Land sendiri telah memiliki 50 portofolio properti di seluruh Indonesia dengan bank tanah lebih dari 10.000 hektar.

"Betah tinggal di sini karena sarananya lengkap. Mau belanja, sekolah anak, rekreasi pun sudah tersedia. Nggak perlu pusing lagi. Dan kalau pun ingin variasi rekreasi ke puncak misalnya, dekat banget, tinggal masuk tol Jagorawi, " ucap Andi, teman saya yang sudah 10 tahun menetap di Kota Wisata.

Seandainya saya harus pindah tinggal dari Bandung ke Jakarta, saya pastikan pilihan utama saya adalah pindah ke Kota Wisata. Apalagi dekat sekali dengan tempat tinggal orangtua saya di Kranggan Bekasi. Semoga terkabul.