Friday, August 29, 2014

Akibat Membaca Laporan Terios 7 Wonders Tangguh di Merapi



Efek membaca adalah mimpi. Dan mimpi bisa terwujud kapan saja. Itu yang terjadi setelah saya membaca laporan Terios 7 Wonders Tangguh di Merapi. Saya timbul hasrat untuk ke Merapi. Dan seminggu lalu mimpi itu terwujud. saya bisa melihat merapi dari dekat, dan mengenal sejarahnya, dari Ketep, Jawa tengah.


Yup, artikel bertajuk Blessing in Disguise Merapi adalah salah satu artikel yang saya suka dari sekian banyak tulisan menarik di e-mag Hidden Paradise.



Bermula ketika saya dan teman-teman kantor berkunjung ke tempat kediaman penulis novel Ayat-Ayat Cinta Habiburrahman el Shirazy atau Kang Abik, di Salatiga, Jawa Tengah, kami diajak melihat pertemuan dua gunung terkenal Merapi dan Merbabu. Tepatnya ke daerah Ketep. Agak asing, tapi bikin penasaran.




Dari Salatiga, perjalanan menuju Ketep harus melintasi jalan kecil yang berliku serta naik turun karena medannya memang mengitari kaki Gunung Merbabu. Kurang dari satu jam dengan mobil pribadi, akhirnya sampai juga di Ketep. Orang menyebutnya Ketep Pass.



Ketep Pass merupakan  objek wisata di Ketep, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah. Obyek Wisata alam ini dikembangkan dengan ciri khas wisata pegunungan api, khususnya Gunung Merapi. Tepat 17 Oktober 2002, Ketep Pass diresmikan sebagai kawasan wisata jalur Solo–Selo–Borobudur (SSB) oleh Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri. 


Ketep Pass berada pada ketinggian 1200 meter dpl dan luasnya kurang lebih 8000 meter persegi. Ketep pass ini berjarak 21 km dari Mungkid, 17 km dari Desa Blabak ke arah timur, 30 km dari Kota Magelang, 35 km dari Kota Boyolali, dan 30 km dari Candi Borobudur. Dari Kota Salatiga yang berjarak sekitar 32 km, Ketep Pass dapat dicapai melalui Kopeng dan Desa Kaponan. Asal mahir berkendara, semua kendaraan bisa lewat jalan. Tapi tetap hati-hati karena banyak truk perkebunan, kadang mereka mogok pas di tanjakan.



Salah satu fasilitas menarika di Ketep Pass adalah Museum Vulkanologi. Museum ini memiliki luas kurang lebih 550 m persegi. Di dalamnya berdiri miniatur Gunung Merapi, komputer interaktif yang berisi tentang dokumen kegunungapian, beberapa contoh batu-batuan bukti letusan dari tahun ke tahun, poster puncak Garuda yang berukuran 3x3m, poster peringatan dini lahar Gunung Merapi, dan juga beberapa foto dan poster yang menggambarkan kisah dari aktivitas Gunung Merapi.




Di sini juga terdapat foto-foto para penunggu setia Gunung Merapi, seperti Mbah Marto dan yang lainnya. Keluar dari ruangan ini, pengunjung jadi tahu soal Merapi mulai dari letusan pertama pada 1006 hingga terkini. 





Eh, ada  teropong berjumlah dua buah. Masing-masing berada di puncak Panca Arga dan Gardu Pandang.Dengan alat ini, para pengunjung dapat melihat dengan jelas keindahan panorama Gunung Merapi, Merbabu dan gunung-gunung yang lain. Kalau kurang puas juga ada penyewaan teropong daria penjaja jasa di sana.

Terus terang, saya betah berada di ketep menikmati keindahan Merapi dan Merbabu. Cukup lama kami duduk sambil ngopi di jajaran warung di area Ketep Pass. Tapi waktu yang terbatas, membuat kami harus segera meninggalkan.

So, berikutnya saya berharap bisa menjelajah ke tempat lainnya. Apalagi bersama tim Terios. Pasti Mantap!


foto-foto: Benny Rhamdani



Wednesday, August 27, 2014

Philips Buka Home Lighting Store di Banceuy Bandung



14091289821706530726
Memilih lampu untuk pencahayaan di rumah harus cermat.

Masih banyak orang yang membangun rumah tanpa merencanakan pengaturan pencahayaan dari awal. Akibatnya, makin sulit mengatur pencahayaan yang benar sekaligus baik bagi kesehatan. Hal itu disampaikan oleh Product Manager PT Philips Indonesia, Indah Susanti, saat talk show ringan bertemaPencahayaan Kreatif di Philips Home Lighting Store, Banceuy, Bandung, Minggu (24/8).

"Pencahayaan rumah yang baik bisa membuat penghuninya merasa nyaman," ujar wanita yang biasa disapa Bu Susan ini.
1409127884309322529
Bu Susan memaparkan tentang Pencahayaan Kreatif.
Pencahayaan di rumah juga disarankan Bu Susan agar berlapis, dari terang sekali hingga temaram. Karena pencahayaan bukan berarti asal terang benderang. Terutama di living room yang banyak sekali aktivitas. Di dapur juga penting sekali pencahayaan agar tidak terjadi kecelakaan. Terutama di atas kitchen set.

"Sebaiknya juga di atas meja makan diberi pencahayaan agar masakan yang dihidangkan bisa terlihat jelas warnanya. Sayang kan kalau sudah capek-capek masak karena kurang cahaya, makanan di atas meja tidak terlihat menarik," tambah Bu Susan.

Bahkan Bu Susan meluruskan anggapan bahwa lampu kamar mandi tidak perlu terang karena terkait dengan penampilan dan kebersihan.

Bu Susan juga menyarankan agar kamar anak-anak diberikan lampu yang sesuai untuk anak. Saat ini, Philips sudah bekerja sama dengan Walt Disney menjual produk untuk anak-anak. Tak hanya pengaturan cahaya, Bu Susan juga menguraikan pentingnya cahaya lampu karena bisa memengaruhi mood.

Bingung menentukan lampu yang cocok di setiap ruangan? Jangan khawatir, karena Philips Home Lighting Store  memberikan konsultasi gratis kepada konsumennya. "Tapi sebaiknya dimulai dari saat merencanakan pembangunan," imbuhnya.

Peresmian Store Banceuy Bandung

Seusai talkshow, acara dilanjutkan dengan rangkaian seremoni Grand Opening Philips Home Lighting Store di Banceuy, Bandung tersebut. Head of Country Marketing Philips Indonesia, Ryan Tirta Yudhistira memberikan pengantar terlebih dahulu. Di antaranya tentang keunggulan produk lampu Philips jenis LED.
Ada tiga keistimewaan dengan penggunaaan LED, yakni hemat energi, ramah lingkungan, dan lebih sehat di mata dibandingkan lampu pijar.

14091279831531081583
Grand opening Philips Home Lighting Store di Banceuy, Bandung

Bapak Ryan memastikan bahwa ketangguhan lampu Philips bertahan 16.000 jam sudah diujicoba, bukan asal-asalan. Bahkan Philips memberikan garansi dua tahun untuk produknya. "Bahkan produk kami turut membantu pemerintah karena listrik merupakan bidang terbesar nomor dua yang disubsidi pemerintah," imbuhnya.

Grand opening ditandai dengan penakanan tombol sirine, lalu pembacaan doa dan pemotongan tumpeng. Dengan begitu, Bandung kini sudah memiliki dua Philips Home Lighting Store. Toko lampu Philips di Banceuy ini sekaligus toko ke 17 di Indonesia.

Mengapa Banceuy? Karena bisa dibilang, kawasan ini adalah pusat belanja lampu warga Bandung.  Yang membedakan, di toko lain tanpa ada layanan konsultasi gratis. Jika tidak percaya, datang saja sendiri  ke Jalan Banceuy 66 dan dapatkan diskon serta hadiah lainnya  pada masa promo hingga 7 September 2014.

14091290791974372888
Philips Home Lighting Store di Jalan Banceuy 66, Bandung
Foto-foto: Benny Rhamdani

Thursday, August 21, 2014

"Alien Terakhir" dari Penulis Kompasiana







Siang ini saya mendapatkan satu buku anak-anak berjudul Alien Terakhir. Buku ini ditulis oleh para penulis yang tergabung Fiksiana Community. Saya bernapas lega, akhirnya buku ini terbit setelah lebih dari setengah tahun menunggu, lantaran antrean terbit buku yang panjang.

Yang belum tahu infonya, buku ini terbit melalui seleksi lewat ajang  Festival Fiksi Anak (FFA) tahun lalu di Kompasiana. Pesertanya, ada yang sudah menulis buku anak bejibun, banyak pula yang pemula. Jam terbang memang tidak bisa dibohongi, kebanyakan yang lolos memang yang sudah terbiasa menulis cerita anak. Lantaran ‘aura’ penulisan cerita anak sedikit berbeda dengan menulis fiksi lainnya. Terutama menulis dengan sudut pandang anak.


Sejak awal, saya sudah jatuh hati dengan naskah peserta Ita Fauziah  dengan judul Alien Terakhir.  Judulnya tidak terlalu panjang, namun bikin penasaran. Itu sebabnya saya kemudian mengangkatnya menjadi cover story (judul utama di kaver buku).

Alien Terkhir berkisah tentang Ben dan Rhea yang tiba-tiba mengalami kejutan demi kejutan, seperti  disapa bunga, mendengar kelinci bicara dan keanehan lainnya. Yang bikin  menarik karena ada kejutan di akhir cerita (surprise ending). Dibandingkan naskah-naskah lain yang terbilang normatif, saya memberi nilai tinggi untuk ide cerita dan plotnya. Apalagi pesan moral yang disampaikan tidak  terasa menggurui. Meskipun dari sisi penggarapan ide (baca: penulisannya) masih terbilang belum matang karena bertebarannya kalimat tidak efektif .

Keunikan lainnya, di buku ini bertaburan tokoh-tokoh lain yang bukan manusia. Ya, namanya juga genre fantasi, jadi pensil pun di sini bisa bicara seperti manusia seperti dalam cerita Cinta, Pensil, dan Penghapus karya Arimbi Bimoseno. Tapi saya paling suka tokoh fantasi sawi dalam cerita Penyesalan Mimi Sawi karya Rahab Garendra. Keunikan karakter, mendorong saya untuk membaca terus ceritanya.

Dua penulis cerita anak yang sudah malang melintang di dunia perbukuan seperti Firma Sutan (Bantal Ajaib untuk Raja), dan Wylvera W (Serbuk Ajaib Tiko Kelinci) sungguh membuat kegembiraan tersendiri untuk saya.  Setidaknya, bagi penulis pemula lainnya dapat belajar cara menyusun kalimat-kalimat yang lebih efektif di dalam cerita ank.

Buku ini juga dikejutkan dengan satu peserta penulis cilik Sellyn yang masih duduk di bangku SD. Sellyn dengan gaya khas anak-anak sangat khas menulis tentang Ratu Peri dan Jam Weker Shabby. Amat terasa, jika anak-anak menulis genre fantasi, maka fantasinya akan melompat-lompat ke sana kemari, namun untungnya bisa dikendalikan dengan baik.

Insya Allah buku yang dihiasi ilustrasi berwarna oleh TOR STUDIO ini akan terbit seminggu lagi. Juga akan disusul dengan buku berikutnya dari penulis Fiksiana Community, berjudul Hantu Siul.


Nah, sekarang saya ingin sekali kedua buku tersebut diluncurkan, walaupun secara sederhana.  Kira-kira menarik nggak ya?

@_@

Tulisan ini juga diposting di Kompasiana.com


Friday, August 15, 2014

Pantai Lawar, Surga Tersembunyi di Sumbawa Barat


 
Berburu sunset Pantai Lawar




Bisa menjejakkan  kaki di Pulau Sumbawa merupakan pengalaman istimewa dalam hidup saya. Apalagi ketika bisa menemukan surga tersembunyi bernama Pantai Lawar di Sekongkang, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, benar-benar seperti sebuah mimpi.

Sore itu, saya bersama teman-teman sesame blogger dan media televisi langsung bersorak girang ketika akhirnya tiba di Pantai Lawar. Pasalnya, kami takut banget ketinggalan momen sunset. Untunglah matahari belum benar-benar tergelincir di balik cakrawala. Tak ada pelancong selain kami, kecuali beberapa penduduk lokal yang sedang menggembalakan ternaknya.

Jalan kecil menuju Pantai Lawar.
Hilang sudah penat setelah bekerja membuat liputan di kawasan pertambangan dan sekitarnya yang menguras tenaga sejak pagi. Saya langsung melepas sepatu, dan jalan-jalan menapaki pasir pantai yang basah dan lembut.

Pantai Lawar benar-benar tersembunyi dalam arti sebenarnya. Untuk mencapat tempat ini harus melewati jalan tanah berkerikil yang hanya bisa dilalui satu mobil. Dari Jalan Raya Sekongkong, kami harus belok masuk ke area perkebunan percobaan. Nyaris tak ada bangunan yang kami jumpai hingga 300 meter ke dalam berjumpa bibir pantai Sekongkang.

Di sisi pantai, saya melihat beberapa bangunan setengah jadi. Menurut penduduk setempat, bangunan itu tadinya untuk semacam hotel. Tapi sepertinya batal diteruskan. Ya, ada untungnya juga sih, jadinya pantainya tampak bersih tanpa sampah kecuali ranting kering yang dibawa ombak. Cuman, repotnya adalah kalau haus itu.

Foto bareng dulu ya.


Sambil meneguk minuman, saya memerhatikan teman lainya. Harris Maulana, blogger beken yang sering juara ngeblog tampak asyik bereksprimen membuat foto dengan ponsel androidnya yang canggih.  Seleb blogger lainnya adalah Valencia Silly yang juga asyik foto-fotoan dengan fotografer Griska. Icha, satu-satunya kru TV berjenis kelamin cewek tak mau ketinggalan beraksi dengan tongsisnya.

Nikmatnya menapakai pasir Pantai Lawar.
Tadinya saya pengin banget berenang, tapi karena waktu makan malam telah tiba, dan di sekitar Pantai Lawar tak ada restoran, jadinya kami cukup puas hanya foto-fotoan dengan latar matahari tenggelam.

Untuk teman-teman yang mau ke Pantai Lawar, bisa dicapai dari Mataram, Lombok, dengan menaiki bus Damri jurusan Terminal Mandalika – Sekongkang. Perjalanan sekitar 5 jam, termasuk menyebrang dari Lombok ke Sumbawa Barat. Kalau saya karena memakai fasilitas untuk media, maka langsung mencarter mobil dari Bandara dilanjut naik boat menuju Batu Hijau, disambung lagi dengan mobil sewaan.


Meskipun tersembunyi, jangan kaget jika Pantai lawar tiba-tiba ramai dipenuhi pada bulan Agustus sampai September. Karena ternyata, banyak wisatawan asing yang sudah tahu keindahan tempat ini. Mereka datang dengan speedboat dan berselancar di Pantai Lawar.

Suatu saat nanti, ketika saya kembali, semoga keindahan alam pantai Lawar ini tetap terjaga.

Pantai Lawar dari atas. Indah kan? (foto: @Cumilebaycom)


foto: dokumen pribadi.