(dimuat di HU Republika 22 Januari 2013)
Saat diajak seorang teman untuk bertandang ke Brussel yang
singgah di kepala adalah wafel. Namun, bukan makanan lezat itu yang menjadi
keputusan saya untuk mengunjungi ibukota Negara Belgia itu pada pertengahan
Oktober lalu.
Saya tiba di stasiun kereta Gare du Midi hampir pukul 10,
setelah tiga jam lebih berada di kereta cepat ICE dari Frankfurt, Jerman. Mas Andi Yudha yang tinggal di Brussel menjemput saya, dan langsung
membawa saya berkeliling Brussel yang baru saja diguyur hujan.
Kekaguman saya terhadap kota Brussel sudah terbangun ketika
melihat cantiknya stasiun kereta bawah tanah yang masing-masing memiliki tema
dekorasi berbeda. Stasiun Anneessens dihiasi oleh karya seniman Alechinsky dan
Dotremont, stasiun Bourse dipenuhi lukisan Paul Delvaux, stasiun Montgomery
dilukis oleh Folon, dan yang paling menarik adalah stasiun Stockel yang
memajang komik Tintin.
Tujuan pertama saya adalah mengunjungi landmark terkenal
kota Brussel, yakni Grand Place yang diakui UNESCO sebagai warisan dunia.
Alun-alun seluas 68 x 110 meter ini dikelilingi bangunan tua yang terkenal
dengan gaya arsitektur gothic dan baroque. Kawasan ini dibangun pada abad 10
semula untuk pasar induk. Turis yang berkunjung sangat padat karena akhir
pekan.
Seperti umumnya kota tua di Eropa, jalanan di Grand Place
terbuat dari batu granit persegi. Satu hal yang sedikit mengganggu untuk
menghapal nama-nama jalan dan bangunan adalah digunakannya dua bahasa utama di
Belgia, yakni Prancis dan Belanda. Akibatnya, semua tulisan dalam dua bahasa.
Giliran saya yang bingung mengingat.
Bangunan yang megah, di sebelah kiri jalan masuk adalah
balai kota atau Stadhuis dalam bahasa Belanda, dikenal juga sebagai Hotel de
Ville (bahasa Perancis). Bangunan ini merupakan kantor walikota Brussel.
Bangunan dengan menara dan bergaya gothic ini selesai dibangun pada tahun 1444.
Di seberang Town Hall, berdiri bangunan yang disebut dengan
Maison du Roi (bahasa Perancis). Ada yang menyebutnya dengan Wisma Raja atau
King’s house. Bangunan ini bercorak neo-gothic. Disebut juga Broodhuis dalam
bahasa Belanda atau Breadhouse karena bangunan ini semula rumah kayu untuk
berdagang roti pada awal abad 13. Kemudian pada abad ke 15 dibongkar menjadi
bangunan megah dari batu. Bangunan megah ini dengan gaya baroque dengan ukiran
yang detail di tiap pilar jendelanya. Dinamakan Wisma Raja karena memang pernah
dijadikan tempat tinggal raja. Namun kini bangunan ini dijadikan museum.
Gedung megah lainnya adalah La Pigeon dan La Maison des
Boulangers yang konon merupakan tempat tinggal penulis Perancis terkenal Victor
Hugo. Namun kini dipakai untuk restoran, kafe dan keperluan lainnya. Gedung
megah lainnya adalah Maison des Ducs de Brabant yang dulunya adalah tempat
tinggal juga, namun sama seperti bangunan lainnya bagian bawah salah satunya
difungsikan menjadi restoran.
Everard 't Serclaes
Keluar dari kawasan alun-alun, di sudut jalan Charles Buls,
saya melihat kerumunan orang berusaha mengusap patung perempuan yang sedang
berbaring. Semula, saya pikir itu patung Maryam, ternyata bukan. Patung itu
adalah sosok pahlawan Brussel bernama Everard 't Serclaes.
Patungnya melukiskan sosok Everard yang terluka saat
berjuang mempertahankan kota Brussel dari serangan musuh pada abad 14.
Patungnya sendiri dibuat Julien Dillens pada abad 19. Konon, siapapun yang
mengusap luka di patung itu sambil mengucapkan keinginannya, akan terkabul ada
juga yang menyebut akan mendapat keberuntungan. Namun kabar lain menyebutkan,
jika kita mengusap tangannya, suatu hari akan kembali berkunjung ke Brussel.
Percaya atau tidak, tapi banyak yang melakukannya.
Saking seringnya dipegang dan diusap, ketika saya perhatikan
patung itu, bagian lapisannya banyak yang terkelupas. Patung itu jadi benar-benar
mengundang iba hati saya bukan karena sejarahnya, tapi karena kondisinya.
Mannekin Piss
Perjalanan saya akhirnya sampai di perempatan Rue de l'Étuve
dan Rue du Chêne. Cukup kaget karena melihat banyak orang berkerumun di sudut
perempatan. Ternyata di sanalah berdirinya patung bocah terkenal Mannekin Piss.
Patung perunggu setinggi 61 cm itu aslinya dibuat Hieronimus
Duquesnoy pada 1619. Namun karena beberapa kali dicuri, sejak 1965 yang
dipajang adalah replikanya. Patung aslinya masih disimpan di Maison du Roi,
Grand Place.
Banyak cerita dibalik patung ini. Salah satunya adalah
tentang keberanian anak kecil bernama Jualiaanske mengencingi bekas bom yang
meledak di Grand Place. Cerita lainnya adalah tentang keluarga kaya yang
berwisata ke Grand Place, lalu tiba-tiba anak mereka hilang karena keramaian
pasar. Saat ditemukan, anaknya sedang buang air kecil di sebuah taman. Sebagai
hadiah, keluarga kaya itu membangun air mancur berbentuk bocah yang sedang
buang air kecil.
Uniknya patung ini selalu berganti pakaian setiap bulan.
Pada Agustus lalu, patung ini sempat memakai baju batik karena diusulkan oleh
warga Indonesia yang bermukim di Brussel dalam rangka HUT Proklamasi RI.
Saking terkenalnya Mannekin Piss, jangan heran jika melihat
banyak replika patung ini di Brussel. Baik sebagai dekorasi toko maupun cendera
mata.
Wafel dan Cokelat
Berjalan di
Brussel kita akan menemukan banyak kios wafel dan cokelat. Jangan bingung
memilih. Cari saja yang paling banyak dikerumuni pembeli. Biasanya, itulah kios
yang paling tua dan terkenal.
Saya beruntung bisa masuk ke kios cokelat Neuhaus.
Perusahaan Neuhaus ini didirikan pada tahun 1857 di Brussels oleh Jean Neuhaus,
seorang imigran Swiss, yang membuka toko pertamanya di Royales Galeries
Saint-Hubert . Semua produk Neuhaus masih dibuat di Vlezenbeek, dekat Brussels
,dan diekspor ke seluruh dunia.
Keunikan cokelat Neuhaus adalah pada kemasannya. Karena
cokelatnya premium, maka harganya pun di atas rata-rata cokelat biasa. Jika
ingin membeli dengan harga lebih murah, cobalah membeli di pabriknya. Agar
tidak menyesal dengan cokelat yang dipilih, jangan sungkan meminta sampel
cokelat.
Selain cokelat, wafel adalah makanan khas khas Belgia yang
terkenal. Di sekitar Grand Place banyak ditemukan kios wafel. Rata-rata mereka
menawarkan harga 1 euro. Tentu saja jika ingin topping harus merogoh kocek
lagi. Jadi jangan terkecoh dengan papan reklame harga wafel 1 euro di depan
kios mereka. Topping-nya bisa memilih, mau krim, karamel, buah-buahan sampai
cokelat pun ada.
Jika kocek kita pas-pasan, sebaiknya tidak memilih makan di
kawasan Grand Place. Menjauh sedikit, kita akan menemukan tempat makan dengan
harga jauh lebih murah.
Cendera mata
Jangan khawatir bila ingin membeli cendera mata di kawasan
Grand Place. Harganya hampir sama dengan di kota-kota eropa untuk cendera mata
magnet kulkas, piring hias, kartu pos sampai gantungan kunci. Jika beruntung
ada juga toko yang menjual diskon. Kalau masih ragu, kita bisa juga membelinya
di kios-kios di dalam stasiun kereta.
Ingin oleh-oleh yang eksklusif? Silakan berbelanja tas
tapestry yang klasik, berbahan kain yang ditenun tanpa mesin. Tapi buat saya,
cendera mata yang unik ada di butik Tintin yang komiknya sangat terkenal di
seantero dunia. Di butik ini, selain membeli komik, bisa juga membeli kartu
pos, kaos, tas, karakter figur, hingga merchandise langka lainnya. Jangan coba
memotret benda-benda yang ada di dalam butik, jika tidak ingin ditegur
penjaganya.
Atomium dan Mini
Europe
Saya meneruskan perjalanan dengan subway menuju Bruparck. Kali
ini saya ingin melihat Atomium dan Mini Europe yang masih dalam satu area.
Atomium adalah sebuah monumen dibangun untuk Pameran
Industri Dunia pada 1958. Dirancang oleh André Waterkeyn, monumen ini memiliki
tinggi 102 meter, dengan sembilan bulatan baja yang saling terhubung seperti
sel atom yang diperbesar.
Awalnya, monumen ini didesain untuk berdiri selama 6 bulan
namun bisa bertahan sampai sekarang dan kepopulerannya sebagai tujuan turis
bisa menyaingi Manneken Pis. Maret 2004, renovasi dimulai termasuk mengganti
lapisan aluminium menjadi baja tahan karat. Untuk meringankan beban, lapisan
aluminium yang dilepas dijual sebagai suvenir pada publik. Atomium dibuka
kembali pada Januari 2006.
Karena waktu yang terbatas, saya tidak sampai naik ke atas.
Akhirnya, saya masuk ke dalam Mini Europe bertepatan dengan gerimis turun.
Karena yakin, udara yang bersih di Brussel, saya tidak khawatir hujan-hujanan.
Mini Europe adalah taman miniatur Eropa yang memuat 350
model bangunan dari 80 kota. Di taman ini juga ada benda-benda bergerak,
seperti kapal di pelabuhan, pesawat di bandara, hingga bus dan kereta.
Berjalan-jalan di Mini Europe ini sungguh membuat saya
seperti Guliver di negeri Liliput. Sayangnya, hujan semakin deras dan tak mau
berhenti hingga senja tiba. Saya pun harus segera kembali ke stasiun kereta
terdekat dan bergegas meninggalkan Brussel.
Harus Diingat
1. Hindari taksi, kenali jalur kereta sebelum ke Brussel.
Naik taksi dari bandara ke pusat kota 55 euro dengan waktu tempuh 30 menit.
Dengan kereta cukup 3 euro dengan waktu tempuh 20 menit.
2. Berjalan kaki saja di pusat kota. Tapi untuk mencapai
obyek wisata yang agak jauh, manfaatkan kereta bawah tanah. Manfaatkan diskon
tiket terusan agar tidak repot dengan antrean. Untuk bepergian satu hari cukup
dengan 4,5 euro. Meskipun memungkinkan untuk menerobos tanpa bayar tiket, tapi
jangan coba-coba. Jika ada razia akan kena denda 50 euro.
3. Hujan sangat akrab dengan Brussel. Siapkan jas hujan
ataupun payung jika ingin tetap menikmati wisata outdoor. Jika tidak, silakan
menikmati wisata indoor dengan memilih mengunjungi museum dan gereja-gereja
tua.