Wednesday, August 29, 2012

[Travelling] Venesia, Kangeeen ...



Tulisan ini dimuat di HU PIKIRAN RAKYAT, 4 Agustus 2012





Venesia, Kota Wisata Romantis

Rasanya, kurang lengkap jika bepergian ke Italia namun tak mengunjungi Venesia. Itulah yang penulis lakukan ketika perjalanan dinas ke Bologna. Dari stasiun kereta api Centrale Bologna di piazza delle Medaglie d'Oro, saya langsung menuju mesin otomatis tiket. Tidak perlu antre di loket.

Sengaja penulis memilih kereta express dengan harga tiket 29 euro agar tidak terlalu lama di jalan. Bagi yang mau menghemat bisa memilih tiket 10,75 euro dengan waktu tempuh 30 menit lebih lama. Setelah 1,5 jam perjalanan, akhirnya tiba juga di stasiun kereta Venezia Santa Lucia.

Begitu tiba, penulis segera mencari loker bagasi. Tidak nyaman rasanya keliling arena wisata sambil menarik-narik koper atau menggendong ransel yang berat. Biaya penitipan bagasi 1 euro per jam. Saya menitipkan untuk 5 jam. Jika terlambat mengambil semenit saja, kita akan dikenai biaya 1 euro untuk jam berikutnya.

Keluar dari pintu selatan stasiun, mata penulis langsung disambut kanal besar yang biasa disebut Canal Grande. Di seberangnya laguna Venesia berdiri dengan sejuta pesona.  Kota yang terkenal dengan gondola ini sering kali dijuluki juga kota terapung dan merupakan salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO. Terletak di pantai Adrian, siapa menyangka keseluruhan bangunan di kota ini berdiri di atas beribu-ribu kayu yang ditancapkan di dalam air.

Tanpa membuang waktu, penulis menaiki bus air dengan tiket seharga 6 euro. Jika ingin lebih nyaman dan cepat, pengunjung bisa naik taxi air yang harganya bisa sampai 40-70 euro, tergantung tujuan. Bus air berjalan tidak terlalu cepat dan beberapa kali singgah di halte di sisi kanal. Asyiknya, bisa menikmati lingkar luar Venesia sambil menghirup udara pantai, serta menikmati pemandangan di sisi pantai yang dihiasi bermacam bangunan tua. Kita bisa juga melihat burung-burung camar yang berterbangan.



Setelah lebih dari 30 menit, penulis sampai di halte bus air San Marco. Rasanya bangga bisa menginjak tanah Venesia pertama kalinya ini, dan tujuan penulis langsung ingin melihat alun-alun Piazza San marco yang terkenal itu. Penulis sempat berhenti sebentar di dekat Ponte dei Sospiri atau Jembatan rintihan. Pada masa lampau, jembatan ini berfungsi sebagai penghubung penjara lama ke ruang interogasi di Doge Palace. Sebelum dibawa ke sel, para tahanan yang melalui jembatan ini biasanya menghela napas dan merintih saat melihat keindahan Venesia. Pemandangan dari jembatan rintihan adalah pandangan terakhir Venesia sebelum para tahanan merasakan hukuman penjara. Nama jembatan ini sendiri diberikan oleh Lord Byron di abad ke-19.


Mitos yang beredar kini malah jauh dari rintihan yang memilukan. Masyarakat setempat mengatakan bahwa para pecinta akan diberikan cinta abadi dan kebahagiaan jika berciuman di gondola di bawah jembatan ini saat matahari terbenam. Lumayan untuk sebuah daya tarik wisata.

Tiba di alun-alun San Marco, saya memasuki Basilica Cattedrale Patriachale yang merupakan gereja katedral paling terkenal di antara gereja-gereja lainnya di Venesia dengan arsitektur byzantine-nya yang indah. Interior yang berlapis emas, membuat saya terkagum-kagum di dalamnya. Sayangnya, di sini dilarang keras memotret. Namun, pengunjung boleh naik ke menara gereja untuk melihat pemandangan sekitar asal mebayar tiket masuk 5 euro.

Di pelataran gereja, penulis menemukan sejumlah pedagang kaki lima yang menjual souvenir. Mulai dari gantungan kunci, stiker kulkas, hingga kartu pos. Semua tertib. Saya jadi teringat pelataran Masjid Agung Bandung yang  semrawut oleh PKL dan pengunjung yang makan semaunya. Semestinya, semua warga punya kesadaran memelihara ketertiban dan keasrian tempat ibadah.

Di sekitar alun-alun San Marco kita bisa mengagumi keindahan bangunan lain seperti Palazzo Ducale, Bell Tower, Clock Tower dan Procuratie. Mau bersenang-senang dengan merpati juga silakan. Atau rehat di kafe-kafe yang tentu harganya relatif mahal.

Untuk mengelilingi setiap sudut kota Venezia, membutuhkan waktu berjam-jam karena luasnya mencapai 414.57 km2. Untungnya, penulis didampingi  seorang mahasiswa Universitas Venesia. Dengan begitu, penulis tidak berlama-lama menghabiskan waktu di penjual souvenir yang kebanyakan justru didatangkan dari China.

Penulis dipandu melihat sisi kehidupan penduduk asli Venesia, pasar tradisional, kafe-kafe dengan harga miring, dan kanal-kanal yang justru dijadikan arena balap speedboat oleh pemuda setempat. Penulis juga menemukan perkampungan geto Yahudi yang resik dan bangunannya lebih tinggi dari sekitarnya karena tidak boleh memperluas wilayah mereka. Sambil menghabiskan creamy venetian cod fish "Baccala" on bruschetta saya menikmati senja yang indah di pinggir kanal di Venesia.


 
Gondola

Hal yang tak boleh dilewatkan saat ke Venesia adalah naik gondola. Tapi kalau tidak menganggap itu sebagai atraksi penting, cukuplah memotret mereka. Apalagi bila harus menghemat kocek. Untuk perjalanan 40 menit kita harus menyiapkan uang 80 euro. Terkadang, bila sedang bukan musim turis bisa saja tawar menawar dengan gondolier (supir gondola). Tapi, biasanya mereka tidak akan membawa ke tempat-tempat yang pemandangannya indah.

Harga Gondola mulai sore hingga malam akan melonjak hingga 100 euro. Bahkan, di musim turis atau akhir pekan bisa lebih. Apalagi jika kita minta disediakan pemain musik dan makan-minum. Banyak paket-paket untuk turis yang ditawarkan untuk bergondola di malam hari.


Tingginya tiket gondola ini harap dimaklumi. Investasi mereka untuk membuat gondola sekitar 22.000 euro
yang harus balik dalam waktu kurang dari setahun. Para gondolier juga harus melewati kursus khusus mengemudikan gondola. Belum lagi mengurus perijinan. Jadi mereka benar-benar professional. Bahkan mereka harus menggunakan seragam garis hitam putih.

Turis yang naik gondola akan merasa nyaman, apalagi para gondolier secara penampilan terlihat bersih, enak dilihat, santun bercerita dan siap membantu. Saya membayangkan sais delman atau tukang kuda di jalan Ganesha dan samping Gedung Sate berasosiasi, lalu menciptakan kenyaman bagi turis. Rasanya membayar lebih, tapi mendapat kenyamanan jadi tak masalah.

Sayangnya, waktu penulis di Venesia hanya 7 jam berkeliling Venesia. Mudah-mudahan bisa berkunjung lagi di waktu lain. Sekadar catatan, bagi wisatawan yang ingin berhemat. Jika ingin menginap agar bisa berkeliling Venesia sampai puas, dapat menghemat dengan mencari hotel di kawasan Mestre. Hotel-hotel di Venesia nyaris semahal di kota metropolitan, padahal dengan fasilitas yang minim. Dijamin akan sulit mencari kamar di bawah 50 euro. Begitu juga makan berat.


Dari Mestre yang hanya 10 menit dengan bus menuju Venesia, penulis menemukan hotel seharga 40 euro semalam dengan fasilitas prima. Bila pergi berdua bisa berbagi biaya penginapan. Mencari makanan halal pun mudah karena kita bisa menemukan kedai kebab. Bagi yang lebih cocok dengan masakan China pun sangat mudah. Yang jelas harganya lebih terjangkau dibandingkan harga makanan di Venesia.
(Benny Rhamdani, traveler tinggal di Bandung)

Wednesday, August 15, 2012

[TIPS] Mengirim tulisan 'JALAN-JALAN' ke HU REPUBLIKA

Tulisan saya ketika 'Jalan-jalan' ke Milan, Bologna dan Venesia
dimuat di HU Republika




Mari berbagi kisah pengalaman wisata dengan menuliskannya untuk rubrik Jalan-jalan di Leisure, Republika. Apa yang bisa ditulis dan bagaimana caranya? Berikut panduannya:

Rubrik Jalan-jalan menempati halaman 10 dan 11. Ini adalah tulisan tentang perjalanan secara umum. Bisa berupa liburan ke museum di Singapura atau liburan ke Phuket. Karena tulisannya dimuat dua halaman, jadi kebutuhan karakternya cukup panjang, minimal 7.500 sampai 11.000 karakter.

Apa yang bisa ditulis?

1. Tentunya apa yang dirasakan, dilihat, dan dinikmati selama liburan. Misalnya, selama ke Phuket ke mana saja.

2. Halaman Jalan-Jalan memuat pula panduan singkat yang diberi judul besar Naik Apa. Sesuai judulnya, tulisannya memuat tips memilih maskapai penerbangan atau musim kunjungan yang paling tepat. Kemudian berapa sih biaya VISA (jika diperlukan). Termasuk harga hotel dan kira-kira berapa total biaya yang dihabiskan selama liburan, untuk pesawat, hotel, makan, dan transportasi. Biayanya di luar suvenir. Ini tujuannya untuk memberi gambaran bagi pembaca lain, berapa kira-kira yang harus disiapkan untuk negara tujuan wisata.

3. Sertakan aneka tips perjalanan. Kira-kira bentuknya, Do’s and Don'ts. Misalnya, kalau ke Paris apa yang harus diperhatikan dan apa yang harus dihindari.

Secara umum tulisan Jalan-Jalan intinya seputar itu, dengan fokus utama poin ke satu.

Jangan lupa sertakan foto dalam resolusi sedang sebanyak-banyaknya. Minimal tujuh foto dan satu lagi foto diri.

Suplemen Leisure juga memiliki halaman Jalan-Jalan yang sifatnya religi atau melihat suatu tempat wisata dari sisi Islaminya. Misalnya, Ke Beijing dan mengunjungi empat masjid terbesar di sana.

Sama seperti halaman Jalan-Jalan, apa yang bisa ditulis patokannya adalah di tiga poin tadi. Sertakan pula foto-foto. Bedanya, halaman Jalan-Jalan religi ini terbit satu halaman di halaman 12. Karakter tulisan yang dibutuhkan berkisar di 5.000 karakter dan minimal lima foto.


Untuk alamat pengirimannya: leisure@rol.republika.co.id.

[TIPS] Mengirimkan Naskah Parenting ke HU REPUBLIKA - lembar Leisure - kolom Buah Hati




Assalamu alaikum wr wb,

Pengasuhan merupakan topik yang selalu menarik untuk dibahas. Apalagi, tiap keluarga menjalankan pola pengasuhan tersendiri yang sesuai dengan tantanan nilai yang diyakininya. Saban hari, ada saja kejadian unik, lucu, menggemaskan, menggelitik, atau malah membuat orang tua kelabakan memikirkan solusi dari pertanyaan-pertanyaan cerdik si kecil.

Rubrik Buah Hati ada sebagai sarana bagi para orang tua untuk berbagi pengalaman pengasuhannya. Naskah ditulis dengan sudut pandang 'saya', menceritakan cara ayah dan bunda mengatasi suatu tantangan pengasuhan. Temanya beragam, mulai dari cara menjelaskan makna demonstrasi seperti yang ditulis Ali Muakhir, mengenalkan anak guna menabung seperti yang dibahas Haya Aliya Zaki, atau pengalaman puasa di luar negeri seperti yang diulas Sri Widyastuti beberapa edisi lalu.

Bagaimana teknis penulisannya?

* Pilih satu tema utama, usahakan temanya spesifik dan berisi diaog antara orang tua dengan anandanya
* Sertakan informasi nama dan usia anak yang diceritakan, jumlah anak dalam keluarga
* Sertakan foto penulis dengan anak yang diceritakan dalam naskah. Foto dengan seluruh anggota keluarga akan menyulitkan pembaca untuk mengenali anak mana yang diceritakan. Foto harap dilampirkan dalam attachment terpisah dari naskah. Untuk tampilan yang lebih bagus, foto sebaiknya bukan merupakan jepretan kamera ponsel dan berukuran lebih dari 150 KB.
* Tulisan berkisar antara 2500 hingga 3000 karakter
* Naskah dan foto dapat dikirimkan melalui email leisure@rol.republika.co.id
* Mohon mencantumkan nama lengkap, alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi, dan nomor rekening.

Semoga tulisan-tulisan yang dimuat dapat menginspirasi ayah dan bunda serta calon orang tua ya...aamiin ya rabbal alamin...Semangat menulis!

Salam,
Redaksi Leisure

[TIPS] Mengirimkan Naskah Cerpen dan Dongeng ke Majalah Bobo

Yuk, kirim naskah cerpen-Dongeng ke majalah Bobo!

Syarat Teknis Penulisan Naskah Cerita


1. Font: Arial

2. Ukuran font: 12
3. Jarak baris: 1,5
 
4. Banyak kata: 600 – 700 kata untuk cerita 2 halaman
250 – 300 kata untuk cerita 1 halaman
 
5. Di bawah naskah cerita tersebut, cantumkan:
a. Nama lengkap
b. Alamat rumah
c. Nomor telepon rumah/kantor/ handphone
d. Nomor rekening beserta nama bank, dan nama lengkap pemegang rekening bank tersebut (seperti yang tertera di buku bank)
 
6. Lampirkan biodata singkat yang berisi poin nomor 5, tempat tanggal lahir, riwayat pendidikan, dan
pekerjaan.
 
7. Naskah berserta biodata bisa dikirimkan via pos, ke alamat:
Redaksi Majalah Bobo
Gedung Kompas Gramedia Majalah Lantai 4
Jalan Panjang No. 8A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530
 
Syarat Umum Penulisan Naskah Cerita:
1. Cerita harus asli, tidak menjiplak karya orang lain.
 
2. Cerita tidak mengandung unsur kekerasaan, pornografi, atau yang menyinggung SARA
(suku, agama dan ras)
 
3. Tingkat kesulitan bahasa, kira-kira yang bisa dimengerti oleh anak kelas 4 SD.
 
4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
 
5. Kata-kata berbahasa asing/daerah atau dialek tertentu, diketik dengan huruf italic.
 
6. Alur cerita dan permasalahan cocok untuk anak-anak usia SD.
 
7. Penulis yang naskahnya diterima, akan mendapat honor setelah ceritanya dimuat, dan kiriman majalah
Bobo sebagai nomor bukti pemuatan cerpen.
 
8. Naskah yang tidak diterima, tidak akan dikembalikan. Diharapkan penulis menyimpan naskah asli.
 
9. Berhubung banyaknya naskah yang dikirim ke redaksi Majalah Bobo, maka waktu penantian pemuatan
cerita bisa memakan waktu minimal 4 bulan.
 
10. Penulis yang ingin menarik kembali naskahnya untuk dikirim ke majalah lain, diharapkan
pemberitahuannya terlebih dahulu ke redaksi Majalah Bobo, agar tidak terjadi pemuatan ganda.

Tuesday, August 14, 2012

Friday, August 10, 2012

Editor Nyasar

Jangan sembarangan bermimpi!

Itu yang sering saya ingatkan pada diri saya sendiri. Gara-gara kalo baca novel, suka merhatiin nama editornya, sering banget saya ngebayangin enaknya kerja jadi editor. Nah, dulu yang ada di kepala tuh senengnya bisa baca naskah penulis terkenal sebelum diterbitin.

Sampai suatu hari, saya dihubungi Mbak Martini (alm) dari Elex untuk mengedit novel-novel remaja terjemahan dari Jepang. Mulanya saya bingung, kenapa saya? Ternyata, Elex memerhatikan kiprah beberapa penulis di majalah Bobo. Lha, saya memang rajin nulis di Bobo kala itu.

Kerjaan mengedit buku terjemahan, meski novel ternyata nggak gampang. Apalagi kadang saya nggak ngerti masalah yang dibahas. Untungnya, editor in chief-nya ngasih kebebasan buat saya menulis ulang terjemahan itu. Jadi, suka-suka saya bahasanya, selama nggak mengganggu ceritanya.

Bret-bret, kadang saya harus membabat habis terjemahan yang nggak penting.

Sebenernya, mengedit bukanlah hal asing buat saya. Karena saya biasa menulis cerita, kemudian mengeditnya dengan rapi. Di koran pun, saya sudah mencapai posisi asisten editor yang kerjanya ngedit berita. Tapi lain buku dengan berita. Berita sih, 3-4 jam habis satu halaman. Apalagi kalo reporternya udah senior. Tinggal cek dikit aja.

Lalu, Mas Ali Muakhir membuka peluang saya bekerja di kantor yang sekarang jadi tempat saya bekerja. Saya menyanggupinya karena bidang yg diedit adalah novel populer remaja. Waduh, senengnya bisa menangani satu naskah menjadi buku. Meski kadang ada juga lika-likunya, yang terus terang aja baru saya ketahui. Pokoknya banyak.

Belum puas benar jadi editor, saya udah diminta jadi editor in chief. Lebih banyak di akuisisi naskah sih ketimbang ngedit. Ada enaknya, ada nggaknya. Tapi entahlah, sekarang saya makin nyadar kalo yang namanya kerja editor itu sungguh hebat banget. Apalagi kalo ngelihat teman-teman yang kebanyakan pintar-pintar secara akademis. Kok mau-maunya ya pinter, cerdas ...  tapi kerja di industri buku yang gajinya kecil. Yah ... kalo bukan karena dedikasi agak sulit juga kerja di industri perbukuan di Indonesia. Makanya saya nggak kaget, kalo kemudian ada orang yang  nggak nerusin profesi sebagai editor buku.

Enaknya jadi editor yang saya rasain tuh bisa baca banyak buku. Bisa jalan-jalan ke pameran buku dan toko buku dengan biaya dinas.  Bisa ke luar negeri pula. ^_^

Duh kalo mau diungkapin banyak deh lika-likunya editor buku itu. Yang jelas kalo saya ditanya enakan mana: jadi penulis buku atau jadi editor buku, maka saya akan menjawab lebih enak jadi penulis buku.

*maaf ya tulisannya belum diedit.*

Thursday, August 9, 2012

[BUKU] E-mail dari Pak Ikranegara



Buku prequel “Mimpi Sang Garuda”sudah saya terima. Dan sudah habis saya baca sekali duduk kemarin.

Sebuah prequel biasanya ditulis setelah crita utamanya lahir, sehingga tidak bisa dikatakan merupakan sebuah flashback, meskipun kejadiannya berlangsung sebelum yang terjadi di dalam cerita utamanya itu. Namun demikian, prequel haruslah konsisten sebagai "yang sebelumnya" sedangkan yang di cerita utama adalah sebagai "yang sesudahnya" antara lain menyangkut beberapa unsur ceritanya, antara lain perkembangan tokoh cerita ataupun karakternya. Sehingg, sebuah proquel harusnya bisa tampil sebagai sebuah cerita yantg utuh juga, sama utuhnya dengan cerita utamanya itu, sehingga bisa berdiri sendiri sebagai sebuah cerita.

Di dunia film, yang mudah dijadikan contoh adalah film "Star War" yang kemudian prequelnya diproduksi setelah film itu beredar luas.

Jadi pertanyaannya, apakah prequel “Mimpi Sang Garuda” juga akan digarap menjadi sebuah film juga nantinya? Lalu, di kulit belakang buku disebut-sebut "Gruda Menantang Matahari" apakah itu merupakan cerita sesudah "Garuda di Dadaku" dan juga akan difilmkan nanti, sehingga keseluruhannya nati akan merupakan sebuah trilogi Sang Garuda?
 
Buku “Mimpi Sang Garuda” ini mudah dicernak oleh anak-anak, karena tampaknya memang ditulis untuk anak-anak oleh penulis cferita anak-anak yang namanya sudah kondang dan menghasilkan banyak cerita anak-anak. Artinya, nama Benny Rhamdani mrupoakan nama yang sudah dikenal ramai di kalangan anak-anak, bukan?

Karyanya “Mimpi Sang Garuda” merupakan bacaan bermutu dan bermanfaat bagi anak-anak, juga orang tua, antara lain dalam upaya mendidik anak-anak untuk mencintai karya sastra, selain merupakan pendidikan perasaan terutama sekali yang menyangkut semangat anak-anak untuk  bekerja keras dalam mencapai yang benar-benar menjadi keinginannya.

Bagi orang tua, karya ini juga memberikan cermin jelas bahwa anak-anak itu masing-masing punya dunia sendiri yang berbeda-beda satu dengan lainnya, maka para pendidik (baik guru maupun orang tua dan masyarakat) hendaknya memberi dan menyediakan peluang dan dukungan kepada mereka untuk mengembangkan dunianya itu msing-masing semaksimal mungkin, agar perkembangan jiwa dan raganya berada di jalan yang sehat dan fitriah. Insya Allah!

Maka paling tidak, saya menduga bahwa anak-anak dan orang tua setelah membaca prequel ini akan termotivasi untuk mengetahui lanjutan kisahnya dalam "Garuda di Dadaku" dan "Garuda Menantang Matahari" sebagai bagian dalam belajar saling memahami antara anak-anak dan orangtuanya masiing-masing. Mudah-mudahan demikian. Amien!

Ikranagara

[TIPS] Jago Nulis Jago Nyari Duit Juga Dong!

Menurut buku 55 Surefire Home Based Businesses You Can Start for Under $5,000, ada banyak peluang usaha bagi yang ingin bekerja dari rumah. Dari 55 peluang bisnis tersebut, jasa penulisan ada di urutan kesebelas. Kita bisa mengerjakan dari rumah, tanpa harus meninggalkan karir yang masih ingin dipertahankan. Jika pun And memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan sebelumnya, dan menjadi pekerja dari rumah, tak perlu khawatir penghasilan akan menurun. Asalkan, Anda dapat memastikan jaringan sudah cukup luas dan bisa menjalin hubungan kerja dengan rekanan untuk rutin mendapatkan proyek tulisan.

Lalu apa saja profesi di bidang penulisan yang bisa dikerjakan dari rumah?

1. Copyediting

Editor banyak dibutuhkan oleh penerbit, media, atau perusahaan yang memiliki divisi penerbitan internal. Kebutuhan editor sebagai freelance pun semakin terbuka lebar. Cukup membawa bahan tulisan yang harus diedit ke rumah, lalu tentukan tenggat waktu yang disepakati bersama, dan Anda pun bebas mengatur waktu kerja asalkan memenuhi target.

2. Ghost writing


Banyak profesional yang punya ilmu khusus, tapi tak memiliki kemampuan menulis. Maka ia membutuhkan seorang penulis buku untuk menuangkan isi pikirannya ke dalam tulisan. Namun penulis buku ini tak dapat mencantumkan namanya sebagai penulis buku tersebut, karena ide dan konsep buku adalah milik profesional yang memiliki proyek tersebut. Nah, penulis buku inilah yang disebut ghost writer.
Tugas Anda termasuk melakukan riset, wawancara, dan menulis sesuai pesanan si pengarang yang namanya tercantum di buku. Memang tidak bisa membuat Anda populer, tetapi baik untuk menjaga relasi dan mengasah skill menulis. Selain itu, anggap saja pekerjaan ini untuk menambah portofolio.

3. Copywriting

Disebut juga sebagai penulisan bisnis. Bentuknya bisa berupa penulisan laporan tahunan pada sebuah perusahaan, atau penulisan untuk promosi produk dan jasa. Tim kreatif dari advertising agency juga mempekerjakan seorang copywriter untuk membuat iklan yang menarik. Meski semua pekerjaan menulis menuntut kreativitas, untuk yang satu ini butuh keahlian khusus.

4. Book writing

Penulisan yang satu ini bisa berasal dari ide dan atau keahlian Anda sendiri, artinya Anda menjual ide ke penerbit. Atau menerima pesanan dari penerbit seperti buku bisnis, interior, keuangan, dan sebagainya. Jadi tak melulu harus memiliki skill khusus secara profesional. Anda bisa mewawancarai profesional untuk kemudian menjadikannya tulisan dalam bentuk media buku.

5. Menulis artikel untuk majalah

Mirip seperti sebelumnya, hanya saja medianya berbeda, yakni majalah. Biasanya editor majalah akan menugaskan apa yang harus Anda tulis, sesuai tema yang ingin disajikan setiap periodenya. Jika Anda punya stok tulisan menarik seperti cerpen atau juga catatan perjalanan, Anda juga bisa menawarkannya pada media. Jika berjodoh, Anda bisa rutin berkontribusi, kan?

6. Web page content provider

Penulis konten website pun butuh skill khusus dalam menulis. Anda bisa menghasilkan uang dari sini. Apalagi media elektronik sudah menjadi pilihan yang menguntungkan di saat kondisi percetakan makin tergusur karena harga kertas yang mahal. Selama internet hidup, selama itulah pekerjaan ini terbuka luas.

[Profil] ENID BLYTON si Penulis yang Jago Main Piano


Saya mengenal Enid Blyton di kelas 5 SD, gara-gara dieacunin sahabat saya, Yadi. Mulanya yang saya baca adalah Lima Sekawan, Sapta Siaga, Pasukan Mau tahu dan Seri Petualangan. Ketika SMP Saya mulai membaca seri Enid yang soal kehidupan borderschool gitu, lengkap dormitory-nya. Akhinya, saya malah lebih menggilai cerita serial si Kembar, Malory Towers, dan tentu aja yang paling favorit serial si Cewek Badung, Elizabeth! Kalo udah gini, saya suka sirik sama temen-temen yang dimasukin pesantren sama orangtuanya. Hmmm, mungkin kalo saya melalui pendidikan pesantren, bisa menghasilkan tulisan sekelas Malory Towers ... :P Dengan kata lain, belum ada kisah kehidupan boarding school atau  pesantren yang semenarik Blyton yang saya baca ....

Masa sih saya harus masuk pesantren sekarang?

Enid Blyton lahir di East Dulwich, South London pada tanggal 11 Agustus 1897 (saya gembira sekali sewaktu pertama kali mengetahui ini karena bintang beliau sama dengan saya, Leo!). Pada usia 14 tahun
Enid menjuarai kompetisi membuat puisi dan mulai menulis berbagai puisi dan cerita2 pendek untuk dimuat di majalah2. Puisinya yg pertama kali dipublikasikan berjudul `Have You' dimuat di majalah Nash tahun 1917. Walaupun Enid adalah seorang pianis andal, ia tidak meneruskan bakat musiknya karena belajar untuk menjadi guru untuk mensupport biaya hidupnya. Enid pernah mengajar di sekolah Bickley
dan Surbiton. Enid sendiri bersekolah di St. Christopher's School for Girls, dan pengalaman2nya di sekolah berasrama inilah yg memberikannya ide menulis tentang buku2 sekolah berasrama khususnyauntuk anak2 perempuan (Malory Towers, Si Badung, St. Claire).

Buku pertamanya dirilis tahun 1922, berjudul `Child Whispers', sebuah kumpulan puisi. `The Famous Five' yg kita kenal dengan Lima Sekawan dirilis tahun 1942 dan merupakan bukunya yg paling sukses dan dikenal di seluruh dunia. Pada tahun 1950-an diberitakan bahwa Enid dapat menulis 12.000 kata per hari, sehingga mungkin saja ia hanya membutuhkan waktu 2 hari untuk menulis sebuah seri `Noddy', 4 hari untuk menulis sebuah seri Lima Sekawan dan 6 hari untuk seri Petualangan! Luar biasa!

Enid menikah dua kali, pertama dengan Hugh Pollock, dengannya Enid memiliki dua orang anak: Gillian dan Imogen. Setelah bercerai dengan Pollock tahun 1942, tahun berikutnya Enid menikah kembali dengan seorang ahli bedah bernama Dr. Kenneth Darrell Waters. Mungkinkah nama tengah suaminya ini yg ia pakai untuk tokoh utama di buku Malory Towers: Darrell Rivers? Yang pasti penerbitnya bernama Darrell Waters Ltd. Malory Towers dirilis pertama kali tahun 1946.

Buku2 Enid telah diterjemahkan ke dalam 40 lebih bahasa termasuk Medieval Latin! Enid Blyton meninggal dunia tanggal 18 November 1968 di Hampstead Nursing Home, dan telah menulis 700 judul buku dan 10.000 cerita pendek. Rumahnya kini dijadikan museum dan kita masih dapat melihat mesin ketik Remmington tua yg dipakainya untuk menulis cerita2nya yg melegenda.

[MOVIE] NEW YORK, di mata Bollywood



Judul NEW YORK

Directed by Kabir Khan
                           
Starring John Abraham, Katrina Kaif, Neil Mukesh, Irrfan Khan, Nawazuddin Siddiqui








***

Amrik 2008, FBI menjebak Omar (Neil Nitin Mukesh). Agen Roshan (Irrfan Khan) meminta Omar menyelidiki Sam or Samir Sheikh (John Abraham). Siapakah Sam?

Tujuh tahun silam, Omar bersahabat dengan Sam dan Maya. Omar mencintai Maya. Tapi Maya mencintai Sam. Akhirnya Omar meninggalkan mereka.

Omar akhirnya menerima permintaan Roshan. Tujuannya adalah membuktikan bahwa tudingan FBI keliru. Omar ingin membuktikan bahwa Sam sama sekali tak terlibat sel teroris

Hampir aja Omar membatalkan niatnya ketika tahu Sam menikahi Maya dan memiliki anak bernama Danyal. Dan, betapa terpuruknya perasaan Omar begitu tahu Sam ternyata benar seorang teroris.
Wow, keren banget alurnya.

Film drama thriller ini membuat saya kagum dengan permainan John Abraham. Meskipun castingnya saat dia mahasiswa kurang pas. Abis mukanya kan lebih cocok jadi dosen.

Oh iya, ini pertama kali saya nonton Neil Nithin Muskesh. Aktingnya menjanjikan. Sementara Katrina Kaif yang berperan sebagai Maya juga nggak mengecewakan banget, dan tetap cantik dalam situasi kayak apapun.

Tiga pemain utama di film ini semua berwajah bule. Jadi kadang nggak berasa nonton film Bollywood. Kecuali ketika ada agen Roshan yang mukanya india banget.

Meskipun ada original soundtrack, tapi nggak ada adegan nyanyi lipsinc. Semua lagu benar-benar sebagai background semata.

Nonton deh. Filmnya seru kok. Ini produksi 2009. Kalo di India sama, film ini laris lho.

Wednesday, August 8, 2012

[BUKU] Jika Editor Buku Curcol di Novelnya

***

Judul: Because She Can
Penulis:  Bridie Clark

Saat membaca judul novel ini diterjemahkan oleh Gramedia Pustaka Utama; Bos dari Neraka, yang terbayang oleh saya adalah cerita sejenis Evil Wears Prada. Saya nggak terlalu tertarik! Tapi begitu saya baca review di sana-sini, bahwa isinya mengenai dunia penerbitan buku, saya buru-buru ingin membacanya! Halah, jarang banget kan novel dengan setting dunia penerbitan.

Oke, ceritanya tentang Claire Truman. Dia memutuskan pindah kerja ke penerbitan yang dipimpin Vivian Grant. Alasannya, jabatan lebih tinggi dan gaji tiga kali lipat. Dia tak peduli sejumlah e-mail yang memrotes keputusannya.

Dinamika dunia penerbitan membuat saya geli sendiri membayangkan beberapa kejadian yang mirip dengan situasi kantor. Ada juga yang agak lebay, atau bisa jadi terjadi di penerbit lain. Misalnya soal disuruh boss menerbitkan buku dengan tema-tema yang tidak disukai sama sekali oleh editornya.

Maaf, saya nggak bisa spoiler lebih banyak. Tapi tentu saja ada urusan percintaan yang klise. Tentang keputusan ngak jadi married di last minute.

Duhai para editor, asisten editor, penulis, calon penulis cobalah baca buku ini. Biar setidaknya bisa saling berempati. Karena pada beberapa bagian yang dilukiskan di buku ini juga terjadi di sebagian besar penerbitan Indonesia. Bisa dimaklumi, karena penulisnya sendiri pernah jadi editor penerbitan buku. Jadi, mungkin cerita ini adalah banyak curcolnya juga.  ^_^

[MOVIE] FASHION ; Dunia Abu-abu Supermodel



***
Directed by         Madhur Bhandarkar
Starring      :          Priyanka Chopra, Kangna Ranaut, Mugdha Godse, Samir Soni, Arbaaz Khan,


Alasan  pengen nonton film ini:
1. Priyanka Chopra dapat best actress
2. Kangna yang gue nggak kenal menyabet best supporting actress

Maka nontonlah gue, walaupun tak ada subtitlenya. Untungnya film ini nggak pure Hindi. Mix English (teuteup pake dialek Hindi). Jadinya, nggak banyak kata yang lolos. Toh, bahasa Hindi gue kalo sekadar dengerin juga nggak jelek-jelek amat.

Fashion nyeritain model bernama Meghna Mathur (Priyanka Chopra) yang kebelet pergi ke Mumbai mewujudkan impian jadi supermodel. Meski ayahnya nggak ngijinin, Meghna tetap ngotot pergi.

Nah, di Mumbai cerita pun bergulir. Dari satu audisi ke audisi lainnya, Meghna menemukan banyak penolakan. Akhirnya di ketemu Rohit (Ashwin Mushran), asisten desainer dari perancang konda Vinay Khosla (Harsh Chhaya). Meghna juga ketemu model cowok yang lagi berjuang Maanav (Arjan Bajwa).

Seperti diduga, Meghna akhirnya bisa menduduki posisi puncaknya. Tapi cerita nggak berhenti di sini. Masih ada lagi sisi temaram dunia modelling di Mumbai yang ditelanjangi habis di film ini.

Akting Priyanka sangat keren. Juga Kangna yang berperan sebagai model pecandu drug bernama Sonali Gujral. Film ini sama sekali ngak ada tokoh antagonis ataupun protagonis. Semua yang hitam bsia jadi putih, yang putih juga bisa jadi hitam. Dan yang hitam di sini bisa mendapat hukuman bisa juga tidak ... sangat realis.

Salut buat Madhur Bandhakar yang udah buat film ini, juga memilih pemeran yang semuanya pas!

Pesan moral yang saya ambil; lebih sulit mempertahankan prestasi ketimbang meraihnya. ^_^

[Profil] Jacqueline Wilson, Penulis yang Selalu Membawa Buku


Saya mengenalnya baru pada 2004, tapi karyanya langsung mengena di hati. Caranya mengolah dark side dalam kehidupan anak, mengolahnya jadi bacaan yang menarik, dan tetap anak-anak itu yang bikin saya kesengsem. Hebat banget deh. Meski ada beberapa karyanya yang tak begitu berkenan di hati, tapi dalam perkembangan karir saya menulis bacaan anak, Jacky telah mengajarkan saya beberapa hal baru....

Jacky,panggilan akrab Jacqueline Wilson, lahir di Bath,Somerset,17 Desember 1945, ia mulai bekerja di majalah sejak berumur 17 tahun.Ia sangat suka bercerita.Ketika masih muda, ia membuat beratus-ratus boneka kertas yang dijadikannya tokoh-tokoh dalam ceritanya.Mereka adalah anak-anak perempuan yang punya banyak masalah dalam kehidupan nyata dan mengatasinya dengan melarikan diri ke dalam dunia khayalan mereka.

Buku pertamanya,novel kriminal,terbit saat usianya 24 tahun.Selain itu,ia telah menulis buku untuk anak-anak sejak tahun 1973.Ia sudah menulis lebih dari 50 buku anak-anak dan memenangkan banyak hadiah, termasuk Children`s Book Award dua kali.Kalau tidak sedang menulis,ia pasti sedang membaca. Tidak pernah ia bepergian tanpa membawa buku,walaupun hanya ke toko sebentar.
Jacqueline Wilson mungkin tidak seterkenal JK. Rowling, penulis Harry Potter, dan sekaligus pula tentu tidak sekaya Rowling, yang dari karya-karyanya dilaporkan berhasil mengumpulkan 100 juta Poundsterling.

Tapi Wilson sebenarnya tak kalah terkenal di kalangan anak-anak dan remaja Inggris. Ibu berusia 67 tahun ini merupakan penulis yang bukunya paling banyak dipinjam di perpustakaan Inggris. Dan itulah yang membuat dia terpilih sebagai Pujangga Anak Inggris, status yang akan diembannya selama 2 tahun sebagai duta untuk mengangkat minat baca di Inggris.

Selama ini Ibu Wilson menulis 80 judul buku dan total terjual 20 juta eksemplar. Dan dalam dua tahun berturut-turut bukunya juga merupakan yang paling laris dipinjam dari perpustakaan Inggris, dengan catatan 2 juta pinjaman atau lebih banyak dari peminjaman buku karya sastrawan ternama Inggris, Shakespeare.

Beberapa karyanya sudah pula diangkat ke teater maupun film maupun TV, dan salah satunya, The Story of Tracy Beaker amat populer di saluran TV anak-anak BBC, CBBC.

Dampak TV dan komputer

Walau film seri di TV Tracey Beaker amat populer, Jacqueline Wilson mengeluhkan kehadiran TV dan komputer di kamar anak-anak yang mengurangi minat baca.

"Saya bukan anti TV atau komputer, karena memang ada waktunya untuk itu, tapi membaca buku bersama anak juga mendekatkan anak dan orang tua," kata Jazcqueline Wilson ke sejumlah media di Inggris.

Sebagai Pujangga Anak, Ibu Wilson bertekad untuk mengembalikan kegembiraan membaca yang, menurutnya, pada masa lalu pernah ada di rumah-rumah tangga Inggris.

Wilson menjelaskan bahwa orang tua yang membaca bersama anaknya, sebenarnya bukan saja membaca tapi berinteraksi atau bahkan bermain bersama.

Mengulang kalimat yang lucu supaya anak tertawa, atau melompati halaman yang membosankan, atau menjelaskan kata yang sulit --kata Wilson-- adalah hal yang bukan saja kelak meningkatkan minat baca anak, juga membuat hubungan anak dan orang tua menjadi lebih hangat.

Membaca bersama anak setiap malam itu juga dianjurkan oleh sekolah-sekolah Inggris.

Penulis di Mata Editor


Kalo ditanya, saya lebih memilih memegang naskah dari penulis beken atau penulis baru ... jawabnya: bingung. Masing-masing punya asyiknya dan nggak asyiknya.

Penulis beken asyiknya secara naskah dah enakeun ngeditnya. Pokoknya, proses ini asyik banget. Bahkan si penulis beken biasanya dengan mudah menjaring sendiri endorsment, bikin sinopsis yang keren. Pengantar yang menarik (sendiri ataupun nodong tokoh beken lainnya).

Cuma ...
Yeah namanya juga udah beken. Pasti  maunya juga nggak yang sekadarnya. Semisal, bukunya harus diiklankan (Nggak tanggung2 mintanya KOMPAS), harus ada roadshow, harus ini-itu, harus ngirim sekian eksemplar ke relasinya, blablablablabl, bikin pusying.


Penulis pemula biasanya harus telaten membimbing dari awal. Naskah kadang harus bolak-balik revisi. Kadang susah ngerti maunya kita, maunya penerbit, maunya pembaca, maunya pasar. Tapi puas banget ketika membantu mereka menciptakan sebuah karya yang membanggakan.

Karena belum beken, ya penulis baru biasanya percaya segalanya sama penerbit. Termasuk urusan promosi. Tapi saking percayanya, mereka juga nggak ngapa-ngapain untuk buku mereka. Belum mengerti gimana promosiin ke teman-teman, ke komunitas atau ke manapun. Kadang hanya berharap penuh sama penerbit.


Penulis pemula yang sok beken laen lagi. Dari awal sudah minta macam-macam. Minta diedit sama editor senior. Minta ikut-ikutan ngedit dan proof, tapi banyak salah dan tidak mengerti selingkung penerbit. Kadang neror editornya. Nggak sabaran. Udah gitu kalo bukunya udah jadi, pengen dipasang iklan bukunya di mana-mana. Minta dibuatin roadshow, de-el-el.


Penulis beken yang profesional. mereka mengirim naskah dengan baik. nego naskah dan segalanya dengan profesional. Bahkan mereka punya manajemen. Terus, punya tim yang siap me'roadshow'kan tidak cuma karyanya tapi juga penulisnya. Tidak bergantung melulu sama penerbit untuk urusan promosi, dll.

Sebenernya ada lagi jenis penulis yang saya kenal. Sejauh ini saya melihat banyak penulis yang sudah mulai mengerti yang namanya self editing sehingga tulisan mereka sudah bagus ketika dikirim ke penerbit. Sudah diedit sendiri karena penulisnya mengerti dasar-dasar editing. Ada juga penulis yang mengerti self promoting. Yang udah mempromosikan sendiri karyanya dan dirinya tanpa ataupun dengan dukungan penerbit. Dan yang takjub yang juga self marketing. Ikut menjual dirinya dan karyanya.

Tuesday, August 7, 2012

Buku Anak yang Cocok Untuk Umurnya


Varian Buku Cerita Anak
=====================


Baby books

Untuk bayi dan batita (bawah tiga tahun). Kebanyakan
materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and nursery
rhymes), permainan dengan jari, atau sekadar ilustrasi cerita tanpa
kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta
kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi). Panjang cerita
dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Buku-buku untuk
batita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata.
Ceritanya terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan
edukatif tentang pengenalan warna, angka, bentuk, dan lain-lain.
Jumlah halaman sekitar 12 dan banyak yang berbentuk board books (buku
yang kertasnya sangat tebal, seperti karton), pop-ups (buku yang
halamannya berbentuk tiga dimensi), lift-the flaps atau buku-buku
khusus (buku-buku yang dapat bersuara, memiliki format unik atau
dengan tekstur tertentu).

Picture books

Pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman untuk
anak usia 4–8 tahun. Naskahnya bisa mencapai 1.500 kata, namun rata-
rata 1.000 kata saja. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter
utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat
penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang
sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak pada genre
ini bisa menggunakan lebih dari 1.500 kata, biasanya sebagai
persiapan bagi pembaca yang memasuki masa-masa puncak di spektrum
usianya. Buku genre ini sudah membicarakan topik serta menggunakan
gaya penulisan yang luas dan beragam. Cerita nonfiksi dalam format
ini dapat menjangkau sampai usia 10 tahun, dengan tebal sampai 48
halaman, dan berisi hingga 2.000 kata dalam teksnya.

Early picture books

Sebentuk dengan picture books, namun dilengkapi
sedemikian rupa untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun.
Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1.000 kata. Banyak buku
genre ini yang dicetak ulang dalam format board book untuk melebarkan
jangkauan pembacanya. The Very Hungry Caterpillar (Philomel
Publishing) karya Eric Carle salah satu contohnya.
Easy readers. Juga dikenal dengan sebutan easy-to-read, buku-buku
genre ini biasanya untuk anak-anak yang baru mulai membaca sendiri
(usia 6–8 tahun). Masih tetap ada ilustrasi berwarna di setiap
halamannya, tapi dengan format yang sedikit lebih "dewasa": ukuran
trim per halaman bukunya lebih kecil dan ceritanya dibagi dalam bab-
bab pendek. Tebal buku biasanya 32–64 halaman dan panjang teksnya
beragam antara 200–1.500 kata, atau paling banyak 2.000 kata. Cerita
disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif, menggunakan
kalimat-kalimat sederhana (satu gagasan per kalimat). Biasanya ada 2–
5 kalimat di tiap halaman. Seri I Can Read yang diterbitkan Harper
Trophy merupakan contoh terbaik buku genre ini.

Transition books

Kadang disebut juga sebagai "chapter books tahap
awal", untuk anak usia 6–9 tahun. Merupakan jembatan penghubung
antara genre easy readers dan chapter books. Gaya penulisannya persis
seperti easy readers, namun lebih panjang (naskah biasanya sebanyak
30 halaman, dipecah menjadi 2–3 halaman per bab), ukuran trim per
halamannya lebih kecil lagi, serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam-
putih di beberapa halaman. Serial The Kids of the Polk Street School
karya Patricia Reilly Giff (Dell Young Yearling Publishing) dan seri
Stepping Stone Books yang diterbitkan Random House masuk dalam
kelompok genre ini.

Chapter books

Untuk usia 7–10 tahun. Terdiri dari naskah setebal 45–
60 halaman yang dibagi dalam tiga hingga empat halaman per bab.
Kisahnya lebih padat dibanding genre transition books, walaupun tetap
memakai banyak ramuan aksi petualangan. Kalimat-kalimatnya mulai
sedikit kompleks, tapi paragraf yang dipakai pendek (rata-rata 2–4
kalimat). Tipikal dari genre ini adalah cerita di akhir setiap bab
dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca
penasaran dan terstimulasi untuk terus membuka bab-bab selanjutnya.
Serial Herbie Jones karangan Suzy Kline (Puffin Publishing) dan
Ramona karya Beverly Cleary (Morrow Publishing) dikatakan masuk dalam
genre buku anak ini.

Middle grade

Untuk usia 8–12 tahun, merupakan usia emas anak dalam
membaca. Naskahnya lebih panjang (100–150 halaman), ceritanya mulai
kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan
yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup
modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan
karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri
petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang
sama. Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer,
sejarah, hingga science-fiction atau petualangan fantasi. Sementara
yang masuk kelompok nonfiksi antara lain biografi, iptek, dan topik-
topik multibudaya.

Young adult
Naskahnya antara 130–200 halaman, genre ini untuk anak
usia 12 tahun ke atas. Plot ceritanya bisa sangat "ruwet" dengan
banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter yang
difokuskan. Tema-tema yang diangkat seringnya relevan dengan
kehidupan remaja saat ini. Buku The Outsiders karya S.E. Hinton
menjadi tonggak sejarah buku cerita anak di genre ini yang
menceritakan permasalahan remaja saat itu ketika pertama kali
diterbitkan pada tahun 1967. Kategori new-age (usia 10–14 tahun)
perlu diperhatikan, terutama untuk buku-buku kelompok nonfiksi
remaja. Buku-buku di kelompok ini sedikit lebih pendek dibanding
untuk kelompok usia 12 tahun ke atas, serta topiknya (fiksi dan
nonfiksi) lebih cocok untuk anak-anak yang telah melewati buku genre
middle grade, tetapi belum siap membaca buku-buku fiksi atau belum
mempelajari subjek nonfiksi yang materinya ditujukan untuk pembaca di
kelas sekolah menengah.

Misteri Buku Best Seller

Pada 2003, Agne William Morris menawarkan naskah debutan Curtis Sittenfeld bertitel 'Chiper'. Sebanyak 24 editor penerbit besar menolak novel tentang sekolah berasrama itu. Tinggal Random House satu-satunya yg menerima dan menawar uang muka $40.000.
 
Pada 2005, naskah itu diterbitkan dan diganti judul 'Prep'. Meski pemasaran dilakukan dengan cara cerdik, namun mereka hanya berani mencetak pertama 13 ribu eksemplar. Sangat minim untuk uang muka yang sudah mereka keluarkan.

Ternyata 'Prep' mampu menempati list best seller di New York Times.  Edisi hardcovernya terjual lebih dari 133.000 copy! Edisi papperback terjual 329.000 copy! Right untuk dialihbahasakan terjual 25 bahasa, serta dibelinya hak untuk memfilmkan oleh Paramount! Hebat!

(apa yang ada di pikiran 24 editor yang menolak?)

Publikasi yang dilakukan: liputan surat kabar bergengsi dan informasi getok tular.
Lho, padahal buku-buku yang lain juga melakukan hal yang sama. Trus, kenapa 'Prep' yan berhasil? Masih banyak buku yang awalnya sangat diunggulkan tapi jeblok di penjualan.

Jawabannya kira-kira menurut Agen Brian De Fiorre:
1. Kovernya
2. Judulnya
3. Tidak ada promosi
4. Waktunya tidak pas
5. Isinya memang tidak menarik
Jawaban yang diberikan editor Strachan adalah: "Nggak ada yang benar-benar tahu. Kalau Anda tahu kuncinya, Pasti Anda sudah sangat kaya!"
Oh iya, sebuah penerbit besar pernah mengeluarkan uang $8 juta untuk draft buku 'Thirteen Moons' karya Charles Frazier (sebelumnya sukses menjual Cold Mountain 1.6 juta copy). Akhirnya dicetaklah 750.000 copy. Meski masuk best seller tapi hanya terjual 240 ribu eksemplar.
heheheh ...
langsung aja ngutip kata si penulis Prep.
"Orang mengira penerbitan adalah sebuah bisnis. Tidak betul. Ini adalah arena perjudian."

Mengapa buku saya tidak dibuatkan acara launching?




Beberapa kali saya menemukan seorang penulis bertanya kepada saya, mengapa sih buku saya tidak dilaunching oleh penerbit seperti buku penulis lainnya?
Keterangan ini mungkin bisa memberi penjelasan.

1. Sebuah penerbit besar, tidak hanya menerbitkan satu-dua buku dalam sebulannya. Bahkan di tempat saya bekerja, bisa sampai lima puluh tiap bulan. Nah, kebayang kan jika semua buku  harus dilaunching.

2. Penerbit memiliki dana yang terbatas, sehingga harus dipilih buku mana yang harus dilaunching oleh penerbit. Tentu saja kategori launching buku pun disesuaikan dengan bukunya.

3. Buku yang dilaunching dipilih dengan kriteria tertentu: misalnya buku itu punya kans besar untuk laku bila diketahui banyak orang. Tema buku itu menarik untuk diangkat dalam sebuah diskusi pada launching buku >>> dan ini juga menarik untuk diberitakan. Penulis juga jadi salah satu faktor. Kalo penulisnya bisa menyedot mediamassa untuk memberitakannya, punya kans besar. Dan masih banyak kriteria lainnya.

so ...

1. Jangan sedih jika bukumu tidak dilaunching oleh penerbit. Ingat tidak semua buku yang dilaunching itu kemudian jadi bestseller. Sebaliknya, tidak jarang buku yang tidak dilaunching oleh penerbit tapi kemudian laris manis di pasaran.

2. Manfaatkan komunitas kamu, atau kamu biayai sendiri aja untuk bikin launching buku.  Hm, paling tidak kamu bisa minta doorprize ke penerbit. Membuat launching buku virtual juga bukan hal yang patut diremehkan.

3. Launching itu intinya adalah pemberitaan buku baru kamu melalui media. Jika acara digelar tanpa kehadiran media, juga sepi publikasi ya acara itu pun jadi mubazir. Mendingan biaya launching dipake buat yang lainnya.

4. Jika tak sempat melakukan launching, cara publikasi lainnya adalah bedah buku, diskusi, dll yang waktunya tak harus mepet dengan buku itu dirilis ke pasar.

5. Launching buku oleh penerbit bukan segala-galanya. masih banyak publikasi cara lain. Tapi kita harus bersyukur banget jika ketiban hoki buku kita dilanuching oleh penerbit.

6. Sesama penulis kalau bisa saling menghadiri launching buku rekan kita.

Buku Hardcover Bekas Jauh Lebih Baik dari Softcover yang Baru



Ketika saya browsing di Internet, saya menemukan kalimat dari seorang blogger bernama Raul Gutierrez ihwal jenis buku yang pantas dibeli seorang rekannya:

"Always buy hardcover. A used hardcover is usually better than a new softcover. If your kids loves a book, he will read it hundreds of times. Softcover books just don't hold up."

Saya terus terang setuju banget! Ada beberapa alasan mengapa buku-buku hardcover sangat direkomendasikan untuk anak:

1. Buku hardcover lebih kukuh ketimbang buku softcover. Ingat kebiasaan anak yang belum terlalu hati-hati memperlakukan buku mereka. Berdasarkan pengalaman, buku-buku softcover yang ringkih umurnya tidak pernah sampai lebih satu bulan. Setelah itu covernya robek, copot, dan hilang. Biasanya kalau sudah rusak begini, anak tidak mau lagi membaca buku itu.

2. Buku Hardcover memang lebih mahal ketimbang buku softcover. Tapi karena berkesan lux, ada hasrat untuk menjaganya lebih hati-hati. Menyimpannya di rak buku pun terlihat menarik. Apalagi dengan punggungnya yang lebar, sehingga masih lebih mudah dicari ketimbang buku softcover (apalagi yang tipis). Karena terlihat lux pula, memberi hadiah buku hardcover kepada seseorang sepertinya jauh lebih asyik.

3. Buku anak-anak biasanya adalah buku untuk dibawa orangtuanya mendongeng di tempat tidur. Anak cenderung membolak-balik ulang cerita yang disukai. Posisi membaca juga lebih menyenangkan dengan buku hardcover. Dan jika ketiduran, bisa dibayangkan kalau buku softcover itu tertindih anak.

4. Mewariskan ataupun menjual kembali buku hardcover lebih laris dipilih ketimbang buku softcover karena lebih awet.

Karena keterbatasan dana yang dimiliki untuk membeli buku hardcover, kita memang harus selektif. Yang harus dipilih:

1. Buku referensial untuk anak: misalnya kitab suci, buku ensiklopedi, kamus dll
2. Buku cerita klasik dengan cerita-cerita pilihan yang menarik
3. Buku cerita dengan visualisasi fullcolor yang disukai anak-anak

Mengapa Islamic Princess?


 

.









Terus terang saya rada prihatin kalo lihat buku-buku princess dari luar. Terutama busananya. Pakai belahan dada, kadang perut terlihat (Princess Jasmine) ... weleh-weleh ... Belum lagi ceritanya yang kadang kurang tepat untuk anak-anak Muslim.

Nah, dari pada ngedumel terus, mendingan buku dilawan buku lagi kan? Maka saya konsep sebuah seri buku cerita bergambar untuk anak-anak (terutama pembaca pemula), namanya Islamic Princess.

Seri ini:

1. Mengunakan nama-nama berdasarkan Asmaul Husna. Agar anak-anak mudah mengingat asmaul husna. Mereka juga bisa merasa bangga ketika diberi nama ortunya berdasakan asmaul husna. Lebih pede.

2. Bilingual. Anak-anak bisa belajar membaca cerita dalam teks berbahasa Inggris pula. Sangat membantu anak-anak yang lagi belajar Bahasa Inggris. Selain itu, saat ini banyak orangtua muslim yang tinggal di mancanegara memiliki anak berbahasa Inggris, tapi kesulitan mendapat bacaan yang islami.

3. Gambar-gambar yang indah, bisa membuat anak-anak jatuh cinta untuk membaca buku ini. Pada pembaca awal, seringkali gambar yang indah menempati posisi penting sebagai penarik perhatian mereka.


Alhamdulillah sekarang judul seri ini sudah 50 judul dan ditulis oleh banyak penulis. Bahkan, sudah diterjemahkan untuk penjualan di Australia dan Malaysia.

[Profil] Penulis yang memotivasi: Shirley Cheng




Dia buta sejak usia 17 tahun.  Tapi penglihatan tak menghalanginya untuk menulis. Sejak usia 20 tahun dia menulis. Dalam setahun dia bisa menyelesaikan tiga buku. Dia menulis sendiri menggunakan layar baca khusus. Awalnya, dia sama sekali gelap soal menerbitkan buku. Internet membantunya memudahkan urusan berhubungan dengan penerbit.
Karyanya banyak dipuji. Banyak pula mendapat penghargaan.

Bagi yang ingin membakar motivasi menulisnya bisa mengunjungi websitenya:  http://www.shirleycheng.com/