Kalo ditanya, saya lebih memilih memegang naskah dari
penulis beken atau penulis baru ... jawabnya: bingung. Masing-masing punya
asyiknya dan nggak asyiknya.
Penulis beken asyiknya secara naskah dah enakeun ngeditnya.
Pokoknya, proses ini asyik banget. Bahkan si penulis beken biasanya dengan
mudah menjaring sendiri endorsment, bikin sinopsis yang keren. Pengantar yang
menarik (sendiri ataupun nodong tokoh beken lainnya).
Cuma ...
Yeah namanya juga udah beken. Pasti maunya juga nggak yang sekadarnya. Semisal,
bukunya harus diiklankan (Nggak tanggung2 mintanya KOMPAS), harus ada roadshow,
harus ini-itu, harus ngirim sekian eksemplar ke relasinya, blablablablabl,
bikin pusying.
Penulis pemula biasanya harus telaten membimbing dari awal.
Naskah kadang harus bolak-balik revisi. Kadang susah ngerti maunya kita, maunya
penerbit, maunya pembaca, maunya pasar. Tapi puas banget ketika membantu mereka
menciptakan sebuah karya yang membanggakan.
Karena belum beken, ya penulis baru biasanya percaya
segalanya sama penerbit. Termasuk urusan promosi. Tapi saking percayanya,
mereka juga nggak ngapa-ngapain untuk buku mereka. Belum mengerti gimana
promosiin ke teman-teman, ke komunitas atau ke manapun. Kadang hanya berharap
penuh sama penerbit.
Penulis pemula yang sok beken laen lagi. Dari awal sudah
minta macam-macam. Minta diedit sama editor senior. Minta ikut-ikutan ngedit
dan proof, tapi banyak salah dan tidak mengerti selingkung penerbit. Kadang
neror editornya. Nggak sabaran. Udah gitu kalo bukunya udah jadi, pengen
dipasang iklan bukunya di mana-mana. Minta dibuatin roadshow, de-el-el.
Penulis beken yang profesional. mereka mengirim naskah
dengan baik. nego naskah dan segalanya dengan profesional. Bahkan mereka punya
manajemen. Terus, punya tim yang siap me'roadshow'kan tidak cuma karyanya tapi
juga penulisnya. Tidak bergantung melulu sama penerbit untuk urusan promosi,
dll.
Sebenernya ada lagi jenis penulis yang saya kenal. Sejauh
ini saya melihat banyak penulis yang sudah mulai mengerti yang namanya self
editing sehingga tulisan mereka sudah bagus ketika dikirim ke penerbit. Sudah
diedit sendiri karena penulisnya mengerti dasar-dasar editing. Ada juga penulis yang
mengerti self promoting. Yang udah mempromosikan sendiri karyanya dan dirinya
tanpa ataupun dengan dukungan penerbit. Dan yang takjub yang juga self
marketing. Ikut menjual dirinya dan karyanya.
Kalau penulis mau promosi bukunya misalnya ngadain kuis, apakah harus konfirmasi pada penerbitnya dulu? Soalnya khawatir mendahului kebijakan penerbit.
ReplyDeletekalo udah terbit silakan aja. nggak usah nunggu penerbit.
ReplyDeleteHmm *mikir saya termasuk yang mana ya? penulis narsis? :p
ReplyDeleteFita: hahaha. bisa juga. Saya malah penulis matre.
ReplyDeleteAku tipe penulis yg mana ya? Hmmm... narsis pasti iyalah, wong bukunya belom terbit aja udah heboh ngasih kabar ke kampung. :P
ReplyDeletePengen buat buku,tp ga ada inspirasi :(
ReplyDelete