Siang ini saya mendapatkan satu buku anak-anak berjudul
Alien Terakhir. Buku ini ditulis oleh para penulis yang tergabung Fiksiana
Community. Saya bernapas lega, akhirnya buku ini terbit setelah lebih dari
setengah tahun menunggu, lantaran antrean terbit buku yang panjang.
Yang belum tahu infonya, buku ini terbit melalui seleksi
lewat ajang Festival Fiksi Anak (FFA)
tahun lalu di Kompasiana. Pesertanya, ada yang sudah menulis buku anak bejibun,
banyak pula yang pemula. Jam terbang memang tidak bisa dibohongi, kebanyakan
yang lolos memang yang sudah terbiasa menulis cerita anak. Lantaran ‘aura’
penulisan cerita anak sedikit berbeda dengan menulis fiksi lainnya. Terutama
menulis dengan sudut pandang anak.
Sejak awal, saya sudah jatuh hati dengan naskah peserta Ita
Fauziah dengan judul Alien
Terakhir. Judulnya tidak terlalu
panjang, namun bikin penasaran. Itu sebabnya saya kemudian mengangkatnya
menjadi cover story (judul utama di kaver buku).
Alien Terkhir berkisah tentang Ben dan Rhea yang tiba-tiba
mengalami kejutan demi kejutan, seperti
disapa bunga, mendengar kelinci bicara dan keanehan lainnya. Yang
bikin menarik karena ada kejutan di
akhir cerita (surprise ending). Dibandingkan naskah-naskah lain yang terbilang
normatif, saya memberi nilai tinggi untuk ide cerita dan plotnya. Apalagi pesan
moral yang disampaikan tidak terasa
menggurui. Meskipun dari sisi penggarapan ide (baca: penulisannya) masih
terbilang belum matang karena bertebarannya kalimat tidak efektif .
Keunikan lainnya, di buku ini bertaburan tokoh-tokoh lain
yang bukan manusia. Ya, namanya juga genre fantasi, jadi pensil pun di sini
bisa bicara seperti manusia seperti dalam cerita Cinta, Pensil, dan Penghapus
karya Arimbi Bimoseno. Tapi saya paling suka tokoh fantasi sawi dalam cerita
Penyesalan Mimi Sawi karya Rahab Garendra. Keunikan karakter, mendorong saya
untuk membaca terus ceritanya.
Dua penulis cerita anak yang sudah malang melintang di dunia
perbukuan seperti Firma Sutan (Bantal Ajaib untuk Raja), dan Wylvera W (Serbuk
Ajaib Tiko Kelinci) sungguh membuat kegembiraan tersendiri untuk saya. Setidaknya, bagi penulis pemula lainnya dapat
belajar cara menyusun kalimat-kalimat yang lebih efektif di dalam cerita ank.
Buku ini juga dikejutkan dengan satu peserta penulis cilik
Sellyn yang masih duduk di bangku SD. Sellyn dengan gaya khas anak-anak sangat
khas menulis tentang Ratu Peri dan Jam Weker Shabby. Amat terasa, jika
anak-anak menulis genre fantasi, maka fantasinya akan melompat-lompat ke sana
kemari, namun untungnya bisa dikendalikan dengan baik.
Insya Allah buku yang dihiasi ilustrasi berwarna oleh TOR
STUDIO ini akan terbit seminggu lagi. Juga akan disusul dengan buku berikutnya
dari penulis Fiksiana Community, berjudul Hantu Siul.
Nah, sekarang saya ingin sekali kedua buku tersebut diluncurkan,
walaupun secara sederhana. Kira-kira
menarik nggak ya?
@_@
Tulisan ini juga diposting di Kompasiana.com
@_@
Tulisan ini juga diposting di Kompasiana.com
0 komentar:
Post a Comment