Tuesday, June 25, 2013

Antara ‘Ibu’ dan ‘Bunda’: Lagu Paling Menyentuh Hati





Sejak kecil saya paling mudah menyukai dengan lagu-lagu bertema 'Ibunda'. Ingat lagu Kasih Ibu? Lirik akhirnya membuat saya tersentuh: Hanya memberi | Tak harap kembali |Bagai sang surya menyinari dunia.

Lagu tentang Ibunda lain di masa kecil yang mampu membuat saya meneteskan air mata adalah berjudul Mama dan dipopulerkan oleh penyanyi Eddy Silitonga. Lirik lagu yang nelangsa, irama musik mendayu dan suara lirih penyanyinya benar-benar membuat saya dengan mudah meresapi pesan lagunya. Beberapa teman masa kecil saya juga mengaku paling gampang menangis dengan menghayati lagu  Mama itu. Betapa sedihnya membayangkan ditinggal seorang mama.

Lagu di masa kecil saya tentang Ibunda yang juga membuat saya tersentuh adalah Tabahlah Mama yang dinyanyikan grup vocal bersaudara D’Jollies dengan leader Julius Sitanggang. Tabahlah Mama menjadi lagu anak-anak terpopuler di era 1980-an setelah tenggelamnya angkatan Adi Bing Slamet.

Semakin beranjak usia, semakin banyak lagu-lagu bertema Ibunda yang saya temukan. Bahkan saya menyukai lagu musik dangdut Muara kasih Bunda yang dipopulerkan Errie Suzan. Namun, hanya dua lagu tentang Ibunda yang benar-benar membuat saya tersentuh: Ibu yang dinyanyikan Iwan Fals dan Bunda yang dinyanyikan oleh Melly Goeslow.

Ibuku Pedagang Keliling

Ingin kutidur di atas pangkuanmu,
seperti masa kecil dulu.
(Foto: Benny Rhamdani)
Mendengar lirik ‘Ribuan kilo jarak yang kau tempuh …’ saya segera membayangkan Ibu saya yang harus berjuang menghidupi tiga anaknya setelah ayah saya meninggal. Ibu saya setiap hari harus berjualan keliling beberapa komplek perumahan di kawasan Cijantung, Jakarta,  menawarkan dagangannya berupa sepatu dan kain. Kebanyakan masih kenalan Ibu saya, dan barang-barang itu dibeli dengan cara mencicil.

Ibu saya membeli barang dagangannya dari pertokoan Kings di Bandung. Dan saya tahu hal itu tidak mudah karena beberapa kali saya menemani Ibu saya. Memilih sandal atau sepatu dengan warna dan ukuran sesuai pesanan. Apalagi begitu diberikan kepada teman ibu, belum tentu mau menerima. Ada yang ukurannya kekecilan sedikit, atau warna beda saja, pasti Ibu saya harus menyimpannya untuk ditukar bulan depannya.

Saya juga tahu siapa saja pelanggan ibu saya yang baik hati dan lancar dalam pembayaran, karena kadang saya diminta Ibu menagih kepada para mereka. Terutama bila Ibu merasa letih, karena juga harus mengurus tiga anaknya yang kecil-kecil, termasuk saya. Ada juga beberapa pelanggan Ibu yang susah ditagih, sampai Ibu kelihatan pusing memikirkannya.

“Uangnya harus dipake buat beli barang pesanan yang lain,” kata Ibu yang masih terus berjalan menjinjing barang dagangannya di tangan kanan dan kiri.

Kadang saya cemas bila menjelang magrib Ibu saya tak pulang. Khawatir ada sesuatu terjadi pada Ibu. Khawatir juga adik saya merengek minta makan karena di atas meja makan tak ditinggalkan makanan apapun.

Bila mengingat saat-saat itu saya sering merasa sedih. Tapi seperti kata lagu Iwan Fals … Seperti udara kasih yang engkau berikan | Tak mampu kumembalas …. Ibu.


Bunda Tak Punya Album Foto

Satu lagu tentang ibu yang bisa membuat saya sedih adalah Bunda nyanyian Melly Goeslow. Dari lirik awal: Kubuka album biru … sungguh saya langsung merasa miris. Terus terang, ibu saya tidak pernah memiliki album foto keluarga. Apalagi yang menyimpan foto masa kecil saya.

Setelah meninggalnya Ayah, kami kemudian harus meninggalkan rumah dinas. Pada saat pindahan itulah, barang-barang penuh kenangan tercecer tidak jelas. Apalagi kami pindah ke rumah yang lebih sempit, sehingga banyak barang yang harus disortir. Dalam waktu tiga tahun kami pindah tiga kali rumah kontrakan. Dan setiap kali pindah, banyak barang yang harus ditinggal. Termasuk buku-buku koleksi kesayangan saya..

Biasanya saya menemukan foto-foto masa kecil saya di album foto saudara. Dari sanalah saya bisa mengingat kisah di masa kecil saya.

Sekarang, saya tinggal terpisah kota dengan ibu. Tapi saya selalu mengirim doa untuknya. Karena seperti yang dinyanyikan Melly: … ada dan tiada dirimu | Kan selalu ada di dalam hatiku.




0 komentar:

Post a Comment