Chef Nanda Hamdalah mungkin bagi
masyarakat awam belum terlalu dikenal. Tapi di dunia kuliner namanya sudah
mengukir banyak prestasi. Apalagi berkat kepeduliannya menciptakan sajian yang
cocok untuk anak-anak autis. Tak heran jika kemudian dia mendapat gelar Pemuda
Pelopor Pangan 2015.
Pria kelahiran 4 September 1990
semula tertarik menyelami dunia autis setelah menyaksikan tayangan video music Malaikat Juga Tahu (Dewi
Lestari). Di video musik itu, Lukman Sardi berperan apik menjadi seorang autis.
“Dari sanalah saya jadi ingin tahu bagaimana sebenarnya kehidupan anak-anak
autis,” tutur sarjana jurusan Tata Boga Universitas Negeri Jakarta yang saat SD juga pernah punya teman autis.
Saat itu Chef Nanda masih bekerja
di sebuah hotel berbintang pada tahun 2010.
Dia memikirkan tentang produk pastry yang selalu menggunakan gluten free. “ Saya mencoba membuat
resep baru di tempat kerja. Jadi beres kerja saya nggak pulang ke rumah. Malah
otak-atik resep sampai pagi,” ujar pemenang pertama Oxone Battle Chef ini.
Resepnya mulai dari roti gluten free, scones gluten free, sampai cake gluten free. Setelah berhasil,
Chef Nanda membawa hasil uji coba ke dosen pembimbing. “Masih banyak gagal.
Malah saya sering bolak-balik bikin yang baru atau merevisi resep. Sempat stress
gara-gara nggak maksimal juga hasilnya karena memang susah menggantikan tepung
terigu biasa untuk pembuatan cake atau roti digantikan tepung non-gluten,” kata
pemilik akun instagram @nandayoung_ ini.
Lantaran harus fokus skripsi,
Nanda kemudian berhenti bekerja. Barulah kemudian dia membuat formula gluten free dengan komposisi tapioka,
tepung maizena, dan tepung beras dengan komposisi 1:1:1.
“Formula itu saya aplikasikan ke
pancake. Dan pancake itu hasilnya nggak maksimal. Cepat kering, bantet dan
rasanya kurang enak,” kenang Host
Cooking Show di salah satu saluran TV ini.
Chef yang selalu berusaha memberi aksen batik pada kostumnya ini kemudian melakukan
penelitian di Rumah Autis Jatiasih Bekasi. Dia mencari makanan kesukaan
anak-anak di rumah tersebut. Akhirnya,
Chef Nanda berhasil menemukan produk Gluten Free dorayaki dengan dua bahan isian
berbeda, yakni kacang merah dan ubi ungu. “Saya kemudian cobakan ke anak-anak autis dan mereka ternyata sangat
suka. Terutama yang isian ubi ungu,” paparnya.
Tujuan Chef nanda membuat makanan
untuk anak autis lantaran susah menemukan kudapan sehat untuk mereka. “Kalaupun ada harganya mahal dan hanya ada di
tempat tertentu. Rasanya juga nggak enak-enak banget,” tambah pria yang selalu
disambut gembira kedatangannya di rumah autis itu.
Respon dari para orangtua
anak-anak autis pun sangat positif dengan upaya Nanda. "Intinya produk saya itu bebas tepung terigu,
bebas gula, bebas ragi dan bebas susu. Karena anak-anak autis tidak boleh
mengonsumsi unsur-unsur tersebut,” jelas chef yang beberapa kali merayakan
ulangtahunnya bersama anak-anak autis ini.
Saking cintanya Nanda kepada
anak-anak autis, dia pernah membuat cake bentuk hati berwarna biru saat Hari
Kepedulian Autis Dunia, dan dibagikan ke rumah-rumah anak autis langsung. “Tahun ini bareng Yayasan Autisma Indonesia dan komunitas
lainnya saya hadir di acara ‘biruin Monas’.
Kami menyalakan lampion biru di sekitar Monas. Dan Monasnya sendiri diberi cahaya biru,”
tutupnya.
Inspiratif!