Cerpen atau cerita pendek di media cetak anak-anak biasanya ditujukan untuk cerita kehidupan realitas, bukan dongeng atau fantasi.. Cerita pendek senantiasa menarik untuk dikonsumsi anak-anak. Karena isinya yang variatif, terkadang jalan cerita merupakan refleksi aktualisasi dari anak-anak penikmatnya. Sehingga mereka seolah membaca cerita dunia mereka. Kadang, cerpen juga memberikan solusi atas problema anak-anak yang belum terpecahkan. Karena beragamnya bentuk cerpen di majalah yang ada di Indonesia, berikut saya bagi dalam beberapa jenis (mungkin bisa berkembang) berdasarkan pengalaman di media cetak selama lebih dari 20 tahun:
1. Cerpen Realis
Ini cerpen yang paling banyak ditulis dan menjadi induk bagi
genre jenis cerpen anak berikutnya.
Bercerita soal kehidupan anak-anak sehari-hari. Baik di lingkungan keluarga, tetangga, pertemanan, sekolah,
atau tepat les, tempat liburan, dlll. Cerpen ini mudah dibuat untuk pemula
karena formulanya juga bisa dibuat sederhana, yakni : pembukaan, konflik,
penyelesaian konflik (biasanya dengan melibatkan tokoh teladan ; guru, ortu,
dll).
Misalnya saja Seorang anak yang suka iseng menukar isi tas
teman-temannya di kala istirahat, ia kemudian dimusuhi (konflik), tapi ia tetap
melakukannya. Sampai kemudian anak-anak mencari tahu binatang yang ditakutinya.
Lalu ketika si bandel ini menukar isi tas temannya, tiba-tiba di dalamnya ada
kodok. Ia menjerit ketakutan, pucat! Bahkan pingsan. Penyelesaian konflik?
Belum. Si guru bisa terlibat menengahi, bahwa menjahili teman ada batasnya,
baik bagi si takut kodok maupun teman-temannya. (ssst, cerpen ini belum saya
tulis. Jangan dijiplak, ya!)
2. Cerpen misteri/ Detektif-detektifan
Cerpen ini juga digemari,
karena mengundang rasa penasaran. Namun demikian kasus yang dipecahkan
bukan sesuatu yang besar, ambil saja misalnya: hilangnya serutan di kelas, pencuri
di rumah sebelah, bayangan di malam hari, dll. Karena keterbatasan halaman,
pengarang harus memiliki trik untuk mengatur cerpen agar tetap menarik. Umumnya
cerpen ini langsung dibuka oleh konflik (kasusnya), kemudian penyidikan,
pengungkapan, dan penangkapan si pelaku.
3. Cerpen misteri/horor
Cerpen ini juga menarik minat dan punya kavling khusus di
beberapa media anak-anak. Ceritanya kadang agak tidak logis dan berbau mistis.
Namun saya tetap beranggapan bahwa cerita misteri jenis ini sebisa mungkin
menghindari hal yang berbau klenik dari anak-anak. Pembaca dapat kita giring
melalui sudut pandang metafisika yang memiliki penguraian lebih masuk akal,
misalnya anak indigo.
4. Cerpen Komedi.
Ini cerpen yang dibumbui cerita-cerita berbau komedi. Kadang
terselip unsur fantasi. Jujur saja, saya sendiri agak kesulitan menulis cerpen
untuk anak jenis ini. Salah satu yang pernah saya tulis adalah Princess Kribo. Tentang anak perempuan
berambut kribo yang ingin ikut lomba princess-princess-an.
5. Cerpen Futuristik
Cerpen futuristik dari namanya kita bisa tahu bahwa cerpen
ini mengambil setting waktu masa depan. Untuk pengenalan teknologi,
cerpen-cerpen ini baik sekali untuk dikembangkan. Kendala dalam menggarap
cerpen ini adalah cara menuangkan ide-ide teknologi ke dalam bahasa yang mudah
dimengerti anak-anak.
6. Cerpen momentum
ini cerita berhubungan dengan momen tertentu, misalnya
cerpen tentang puasa, cerpen lebaran, cerpen agustusan, dll. Untuk jenis ini
sebaiknya kita membuat tanda khusus do sudut kanan atas halaman muka cerpen
yang dibuat, misalnya “Cerpen Hari Kartini”. Sehingga sang Redaksi bisa segera
mengetahui bahwa cerpen kita, cerpen momentum hari Kartini. Jangan mengirim
cerpen momentum terlalu mepet. Usahakan paling tidak 6 bulan sebelumnya.
Ada beberapa tips dari saya kalau mau membuat cerpen
anak-anak dan mengirimkannya ke media cetak:
1. Pelajari dulu
cerpen-cerpen yang dimuat di majalah yang akan kita kirim. Dengan demikian kita
bisa tahu selera pembacanya dan selera redaksinya. Termasuk jumlah halaman yang
harus kita buat.
2. Kirimkanlah
beberapa cerpen sekaligus dalam satu amplop jika melalui ekspedisi atau diantar
langsung, dengan cerita yang bervariasi, baik seting maupun jenis ceritanya.
Tapi bila melalui e-mail sebaiknya satu kiriman satu cerpen saja.
3. Jangan pernah
menunggu cerpen dimuat, baru mengirim lagi. Antrean cukup panjang. Dan banyak
penulis cerpen anak yang bermutu. Jadi, teruslah menulis dan mengirim. Agar
redaksi pun tahu bahwa kita benar-benar disiplin dalam menulis cerita anak.
4. Yakinkan kita
punya copy cerpen, karena beberapa kali saya menemukan naskah yang hilang.
Sebaiknya kita tuliskan dalam surat pengantar, bila dalam setahun cerpen kita
tak ada kabar, maka kita akan mencabut cerpen tersebut. Selanjutnya bisa kita
lempar ke media cetak lainnya. Tapi belakangan antrean dimuat di media cetak
pun bisa setahun lebih.
5. Ikutilah
lomba-lomba penulisan yang diselenggarakan media cetak tersebut tersebut,
karena membuka peluang nama kita dikenal oleh Redaksi.
6. Tetap
semangaaaaat!
(Penulis beberapa kali
memenangkan lomba cerpen di majalah Bobo. Karyanya sudah dimuat di media cetak
anak seperti majalah Bobo, Kawanku, Tomtom, Ananda, siaga, Kompas Anak, Suara
pembaruan minggu. dll)
wiiih, keren :)
ReplyDeletemakasih :)
ReplyDeletemakasih tips nya kak benny
ReplyDeleteTips yang mudah dicerna.
ReplyDeleteTerima kasih..
eemm,,,perlu dicoba nih..., makasih infonya :)
ReplyDelete