Tuesday, May 2, 2017

Lima Hal Serunya Jadi Editor Buku

Seorang editor buku tak hanya berkutat di depan komputer. banyak serunya.
 (Foto: Benny)


Alhamdulillah, saya sudah melewati masa 12 tahun menjadi seorang editor buku.

Profesi editor buku masih awam bagi sebagian masyarakat. Bahkan pernah ketika menjawab pertanyaan tetangga sebelah bahwa pekerjaan saya adalah sebagai editor buku, dia langsung  menanyakan harga cetak buku Yasin. Memang,  tak jarang saya bertemu orang yang masih bingung antara bisnis penerbitan (buku) dan percetakan (buku).

Saya tidak ingin menjelaskan ihwal jenis-jenis pekerjaan saya sebagai editor buku. Kali ini saya akan berbagi hal-hal yang menyenangkan selama menyandang profesi editor buku. Banyak hal jika ditulis. Biar tidak letih membacanya, saya ringkas menjadi lima hal saja.

Pembaca Pertama Naskah (calon) Buku Best Seller
Menggarap naskah kumpulan puisi Prilly Latuconsia. (Foto: Benny)

Kebahagiaan pertama seorang editor adalah ketika mendapat naskah dari penulis terkenal. Bisa juga mendapat naskah bagus yang potensial laris dari penulis yang belum terkenal. Ujung kebahagiaan adalah ketika buku itu kemudian disukai masyarakat dan laris manis dari segi penjualan. Walaupun yang akan dikenal masyarakat adalah penulisnya, tapi sebagai ‘bidan’ yang membantu proses persalinan buku itu tentu akan ikut bahagia.

Saya sering merasa bangga ketika mendapat naskah, misalnya dari Pidi Baiq. Bangga karena sayalah yang pertama dipercaya membaca utuh karyanya. Saat penggemarnya masih menunggu buku terbit, saya sudah menamatkannya. Bahkan saya bisa bantu ikut memoles di beberapa bagian. Itu menyenangkan.



Mengenal Dekat Penulis Terkenal

Bertemu Djoko Lelono, penulis favorit ketika saya kecil. (Foto Benny)


Mungkin orang lain mengidolakan artis atau tokoh politik, saya sejak dulu selalu mengidolakan penulis. Jadi saya bangga jika bisa kenal dekat penulis terkenal.  Beruntunglah saya sebagai editor buku bisa mendekati beberapa penulis beken di Indonesia, tanpa harus kelihatan seperti fansnya.  Deretan nama penulis yang saya ingin temui sebagian besar sudah saya beri tanda centang karena akhirnya terwujud. Siapa saja? Maaf ini wilayah privasi.

Karena saya bekerja di penerbit buku nasional yang kerap menerbitkan buku-buku penulis asing, kesempatan untuk bertemu penulis luar negeri pun sangat besar. Ini sangat menyenangkan buat saya.
Sebagian penulis yang saya idolakan itu bahkan akhirnya menjadi sangat dekat dan bersahabat. Keren kan bisa bersahabat dengan seorang penulis. Saya tidak pernah merasa rugi sedikit pun berkenalan dengan seorang penulis. Malah semakain banyak bertemu penulis terkenal, wawasan penulisan saya makin bertambah.

Dilibatkan Acara Bergengsi

Terlibat dalam agenda internasional itu memperluas jaringan dan menambah wawasan.
(Foto: Benny)


Tidak sedikit orang mengira pekerjaan seorang editor buku hanyalah duduk di depan komputer. Mungkin itu editor buku pada masa lampau. Saya sendiri sejak tahun-tahun pertama menjadi editor buku kerap bekerja di luar kantor. Bekerja karena ditugaskan oleh perusahaan untuk menjadi pembicara pada acara seminar, pemateri workshop, menjadi anggota panitia kegiatan nasional, dan masih banyak lainnya.

Bahkan selama bertahun-tahun saya selalu terlibat dalam kegiatan besar seperti Konferensi Penulis Cilik Indonesia, maupun Akademi Remaja Kreatif Indonesia dari Kementerian pendidikan dan kebudayaan. Bekerjasama dengan Kedutaan besar republic Indonesia di India, saya juga pernah menjadi utusan meninjau New Delhi World Book Fair misalnya.

Traveling ke Luar Negeri

Dinas ke luar negeri sekaligus menjelajak negeri impian saya, India.
(Foto Benny)

Ini adalah hal yang sungguh di luar perkiraan saya. Tadinya saya sama sekali tidak terpikir akan melakukan perjalanan dinas keluar negeri jika menjadi seorang editor buku. Itu sebabnya saya sebelumnya memilih profesi sebagai wartawan. Tapi di dunia jurnalistik saya belum pernah merasakan dinas ke luar negeri sama sekali.

Dua tahun setelah menjadi editor buku saya sudah ditugaskan ke Malaysia, selanjutnya saya dinas ke Italia, Jerman, Thailand,  dan Italia. Maka, nikmat mana lagi yang tidak saya syukuri menjadi seorang editor buku?

Tak hanya luar negeri, saya pun bisa mengunjungi separuh total jumlah provinsi di Indonesia karena menjadi editor buku.

Menjadi Pejuang Literasi

Mamadukan passion saya dengan ikut gerakan literasi.
(Foto: Benny)

Minat baca Indonesia yang rendah membuat miris hati saya. Dan saya ingin bergabung dengan para pejuang literasi untuk meningkatkan nagka tersebut. Tak hanya jumlah tapi juga kualitas.  Dengan bekerja sebagai editor buku, dengan mudah saya bisa mendapat akses dan koneksi dengan para pejuang literasi. Bahkan saya bisa ikut memberi dukungan, misalnya informasi mendapatkan buku dengan harga diskon.

Sebagai editor buku, saya juga kerap mendapat hadiah buku dari banyak orang. Ketimbang menumpuk, biasanya saya donasikan ketika melakukan perjalanan ke daerah terluar yang sulit menjangkau buku. Senang rasanya bisa melihat wajah orang-orang yang bahagia ketika mendapatkan buku, terutama anak-anak.


Tentu saja duka dan bapernya juga saya terima sebagai editor buku. Tapi saya tidak akan menuangkannya sekarang. Kecuali jika ada 100 orang menandatangani petisi agar saya menuliskannya.

0 komentar:

Post a Comment