Jalur angkutan kota (angkot)
Soreang – Leuwi Panjang, Bandung, boleh dibilang banyak macetnya ketimbang
lancar. Terutama karena kepadatan kendaraan pada pagi dan sore hari. Jangan tanya
betapa kesalnya penumpang angkot saat menghadapi kemacetan.
Salah seorang pengemudi angkot
bernama Muhammad Pian Sopian berusaha membuat hal yang menarik di angkotnya
agar penumpang tidak kesal. Di bagian kaca belakang, dia merancang sebuah rak
buku, dan meletakkan sejumlah buku agar bisa dibaca oleh penumpang. Terkesan
sederhana tapi banyak manfaatnya.
“Saya ingin menaikkan minat baca
masyarakat walaupun dengan hal kecil. Minimal saat penumpang turun dari angkot
mendapat ilmu,” ujar Sopian yang sudah menjadi supir angkot sejak 15 tahun
silam sebelum menikah.
Niatnya ini mendapat dukungan
dari sang isteri, Elis Ratna, yang sama-sama pegiat literasi. Sekitar setahun
silam Sopian mulai memikirkan mendirikan angkot pustaka. “Saat itu saya masih
bawa mobil orang lain, jadi belum berani bikin angkot pustaka. Setelah beberapa
bulan lalu ada hamba Allah yang menitipkan uang muka untuk mobil dan ikhlas
mobilnya saya pakai fulltime, barulah saya kerjakan angkot pustaka,” tutur
Sopian
Tidak banyak persiapan yang
dilakukan, karena koleksi buku sudah dimilikinya walau tak banyak. “Persiapannya
hanya masang rak di bagian belakang,” ujarnya. Rak yang dibuatnya jika penuh
bisa menampung 80 eksemplar buku. Tapi Sopian membatasi sekitar 25 hingga 40
buku saja setiap hari.
Niat baiknya ini memang tidak
melulu mendapat dukungan. Bahkan dari teman-teman supir angkot. “Teman-teman
supir pada menertawakan saya,” senyumnya. Tapi bukan Sopian jika gentar. Dia
terus saja menjlankan pustaka angkotnya.
Setiap kali dari spion dalam dia
melihat penumpang mengambil buku dari rak buku, ada rasa bahagia yang membuncah
di dadanya. Apalagi ketrika penumpangnya kemudian asyik membaca. Terkadang rasa
bahagia dan keharuan menyelimutinya.
“Belakangan, penumpang juga ada
yang minta judul-judul atau tema tertentu.
Biasanya penumpang ibu- ibu lebih banyak meminta buku dengan tema
keluarga dan resep makanan,” jelas Pian yang hingga saat ini belum mendapatkan
donasi buku untuk menambah buku-bukunya dari pihak manapun.
Apakah Sopian pernah merasa takut
buku-buku itu dicuri?
“Ah, saya nggak takut buku di
angkot dicuri. Setidaknya kehilangan satu buku memberikan nutrisi buat otak si
pelaku. Soalnya kan jarang maling yang tahu literasi. Daripada kehilangan uang
yang habis hanya untuk kepuasan perut di pencuri,” kilah Pian.
Nah, jika ke Bandung, jangan lupa
cari angkot pustaka ini. Siapa tahu ingin naik angkot sambil membaca buku
koleksinya. Atau malah ingin memberi donasi buku?
0 komentar:
Post a Comment