Belum lama ini saya mendapat kiriman kain tenun dari Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Warnanya sangat cantik, hijau dengan garis vertikal kuning motif cantik yang kurang saya kenal. saya sudah lama menginginkan kain tenun Sumba sebab saya tahu pamornya sedang naik di kalangan pecinta fashion.
"Kalau dijahit hati-hati pasang motifnya jangan terbalik," demikian pesan dari Aris Ratu Djaga, mantal Lurah Maliti, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
kain tenun Sumba motif mamoli. |
Aris Ratu Djaga, mantan lurah Maliti, Kabupaten Sumba Barat, NTT |
Semula saya tidak memerhatikan detilnya. Ternyata setelah diberi tahu saya baru mengerti ada motif di bagian garis kuning. Bentuknya sangat unik karena ada lubangnya. Nama motifnya adalah mamoli. Nama mamoli diambil dari perhiasan anting-anting yang kemudian dijadikan bentuk motif kain tenun.
Bentuk dasar mamoli sebenarnya diambil dari bentuk alat kelamin wanita sebagai lambang kesuburuan dan penghargaan terhadap kaum wanita. Meskipun demikian, motif kain tenun mamoli bisa juga dipakai oleh kaum pria.
Mamoli hanya salah satu dari sekian banyak kain tenun di Sumba Barat yang berbeda dengan Sumba Timur. Di Sumba Barat motifnya lebih sederhana. Masing-masing wilayah memiliki ragam motif dan corak tersendiri. Di wilayah Wanokaka, Lamboya dan Tana Righu ada kain panggiling, pahikung dan pawora sementara di Loli terkenal dengan kain lambaleko.
Secara umum jenis kain terkait erat dengan teknik pembuatan motif dan pewarnaannya. Pahikung adalah jenis kain yang dibuat dengan teknik ikat. Pawora dibentuk dengan teknik anyaman yang kemudian diberi pewarna alami (wora), sementara lambaleko dibuat menggunakan lidi atau bilah bambu yang disisipkan pada sela-sela benang lalu diungkit dan ditekan mengikuti pola-pola tertentu.
Pada kain laki-laki motif seringkali berupa garis, titik-titik, dan mamoli di tepinya. Sementara motif yang terdapat pada kain wanita aslinya berupa belah ketupat (mata kerbau) dan segi tiga (ekor kuda).
Aneka ragam tenun sumba dalam pakaian resmi. |
Seiring perkembangan jaman, motif kain tenun Sumba barat tidak lagi mengikuti pakem tradisional. Misalnya mamoli, kini banyak muncul pada kain perempuan. Bahkan ada motif yang tidak memiliki makna apa pun, sekedar hiasan dekoratif yang dicontoh sang penenun dari buku-buku bergambar. Kecuali yang dianggap tabu.
Tenun Sumba di lingkungan Pemda Sumba Barat, NTT |
Kain tenun tradisional Sumba Barat juga memiliki makna mendongkrak prestise sosial seseorang. Makin banyak jumlah kain yang dimiliki, makin beragam corak dan warnanya, makin tinggi pula kedudukan pemiliknya di mata masyarakat.
Gregorius Pandango dengan kain tenun SUmba |
Ketua DPRD Sumba Barat Gregorius Pandango dalam percakapan tertulis dengan saya mengatakan saat ini pihaknya tengah mengupayakan promosi tenun Sumba secara gencar. "Kami berupaya melakukan promosi kain tenun sumba melewati kegiatan mode seperti fashion show," ujar Gregorius Pandango.
Bahkan, di lingkungan Pemda Sumba Barat upaya promosi juga digencarkan dengan menghimbau mengenakan tenunan Sumba. "Para Pegawai Negeri Sipil setiap Jumat diminta memakai pakaian dengan tenunan Sumba," tambah Gregorius.
Di wilayah Sumba Barat sendiri terus dilakukan peningkatan keterampilan kepada para pengerajin dan kelompok-kelompok tenun. "Kami ingin agar mereka terus menjaga kualitas dan motif-motif asli kain Sumba," harap Ketua DPRD Sumba Barat.
0 komentar:
Post a Comment