Tidak bisa ditampik, orang awam
masih banyak yang beranggapan bahwa pria-pria berotot kekar punya masalah
dengan kehidupan seksnya. Setidaknya ada tiga hal yang masih dipercayai.
Pertama, makin berotot seorang
pria, makin kecil ukuran alat kelaminnya. Kedua, para pria berotot tidak bisa
bereksi keras karena terkonsentrasi kepada otot-otot tubuhnya. Ketiga,
pria-pria kekar dianggap tidak bisa tahan lama dalam melakukan aktivitas seks
dengan pasangannya.
Saya akhirnya bertanya langsung
kepada salah seorang pegiat olahotot, yang juga seorang polisi dan menjadi
salah seorang penilai kegiatan pemilihan pria-pria berotot di Lampung, yakni
Rudi Antoni. Sebagai seorang pria yang
sudah berumahtangga tentunya punya pengalaman langsung dengan mitos tersebut.
“Secara medis bahwa asumsi-asumsi
kemampuan seks menurun dan pada laki laki alat kelaminya mengecil akibat
menjadi binaragawan jelas tidak tepat. Itu hanya anggapan yangg dibesar-besarkan.
Karena mungkin badannya membesar membuat alat kelamin jad seolah tampak lebih kecil,” jelas ayah satu
anak ini.
Semakin ganas karena metabolisme lancar |
Rudi menjelaskan, bila diteliti
di tubuh manusia terdapat serat-serat otot, sementara di alat kelamin pria
tidak ada. "Yang ada seperti karet busa, darah mengalir sehingga penis
menjadi kencang dan di penis tidak ada otot, jadi tidak ikutan membesar. Dengan
berolahraga maka metabolisme tubuh semakin bagus dan meningkat , begitu pula
aliran darah termasuk ke alat vital. Justru dengan latihan beban yang baik dan
nutrisi yang memadai maka kemampuan seks semakin besar,” jelasnya.
Pemilik akun Instagram @rudi.antoni ini menganjurkan bagi yang tidak
rajin berolahraga jutru dianjurkan melakukan latihan beban agar kemampuan seksnya
meningkat. “Saya sendiri merasakan kehidupan seks lebih bergairah dan semakin
ganas karena metabolisme lancar. Jadi lebih kuat di ranjang,” lanjutnya.
Bripka Rudi Antoni |
Meskipun asumsi yang berkembang
di masyarakat bahwa binaragawan sulit mendapatkan keturunan, memperkecil kepala,
hidung ,telinga dan lain-lainnya. bisa jadi benar seandainya sang binaraga
menggunakan doping/steroid. “Tapi di indonesia relatif tidak ada masalah karena
kondisinya berbeda dengan binaragawan di luar negri. Mereka banyak menggunakan
dopping dan steroid yang berakibat tidak baik untuk tubuh,” kata anggota
kepolisian Polda Lampung ini.