Wednesday, January 18, 2012

[Profil] Esti Budihabsari : Biarkan Naskah yang Bicara


Esti Budihabsari merupakan seorang editor fiksi di Mizan Pustaka. Mbak Esti --begitu sapaannya-- memegang lini novel Qanita dan Mizan Fantasi. Selain editor, ibu dua anak ini juga penerjemah buku papan atas. Berikut, 10 hal yang kita ketahui dari Mbak Esti:




Lebih suka menggarap naskah lokal atau asing?
Alasannya?

Wah, tidak pernah berpikir masalah lokal dan asing. Lebih cenderung memperhatikan ceritanya. Kalau ceritanya asyik, tidak masalah naskah berasal dari mana. Bahkan kalau ga ada bacaan apa pun bisa dibaca, termasuk koran bungkus kacang

Naskah yang sampai sekarang tidak akan terlupakan saat menggarapnya? Mengapa?

Semuanya tidak terlupakan. Karena menggarap naskah itu seru. Bisa memuaskan hobi baca, dibayar lagi. Tapi naskah-naskah yang tak terlupakan adalah naskah yang lupa mencantumkan nama saya dan yang kacau hasilnya, karena editan sang editor justru salah kaprah. Piercing eyes yang artinya tatapan mata yang tajam diedit jadi  mata yang ditindik :p. Dan sebagai editor, saya juga sekali salah cek nama penerjemah sehingga salah, karena waktu itu saya habis cuti melahirkan jadi belum konsen. Dan saya buru-buru menelepon penerjemahnya buat minta maaf.  Saya minta maaf ya Mba Ingrid Nimpoeno :)

Apa momen paling indah sebagai penerjemah dan editor?

Momen paling indah adalah saat saya dinyatakan lulus tes sebagai penerjemah buku di Mizan 2001 lalu

Punya penulis favorit? Alasannya?

Waduh, siapa ya? Cenderung favorit ke cerita sih :) Tapi saya suka Romo Mangun, Umar Kayam, dan Arswendo. Kalau yang luar suka Dickens, Victor Hugo dan Agatha Christie

Siapa editor buku favorit selama ini?

Hihihi maaf, kurang memperhatikan editor. Baru memperhatikan setelah kerja full time di Mizan :p


Pilih: menulis, menerjemahkan, mengedit buku? Alasannya?

Idealnya sih menulis ya. Tapi saya belum bisa panjang menulis. Paling fragmen-fragmen pendek yang tercecer di notes, kompie dan hp. Kalau menerjemahkan asyiknya langsung bisa tenggelam ke cerita. Kalau mengedit memang agak berat karena harus menyelami gaya naskah asli sekaligus gaya si penerjemah, terus memolesnya biar suasana novel muncul dengan baik. Ini nggak menjawab pertanyaan di atas ya? hehehehe


Apa yang harus diperhatikan ketika penulis mengirim naskah ke meja Mbak Esti?

1. Premis dan sinopsis naskah
2. Lebih suka yang hardcopy, soalnya belum punya e-reader
3. Data diri yang lengkap.
4. Tidak usah berusaha bombastis dengan memberikan pengantar yang muluk-muluk. Misal, naskah saya ini memaparkan kegelisahan intelektual seorang anak bangsa yang kemudian muncul dalam usahanya memperbaiki dunianya. Naskah yang mengkritisi dunia pendidikan, politik dan sendi-sendi kehidupan berbangsa ini akan menyadarkan pembaca bla bla bla.... It's a big turn off for me. BIARKAN NASKAHMU YANG BICARA.


Kata terbaru yang ditemukan, baik dalam bahasa Inggris maupun Indonesia?

Setiap hari serasa menemukan kata baru. Asyiknya berkecimpung di dunia buku, selalu menemukan orang-orang yang pandai mengolah kata. Menempatkan kata-kata yang biasa sedemikian rupa sehingga memunculkan nuansa yang baru dan segar. Sehingga lebih memunculkan konteks cerita

Kutipan buku paling disukai?

walaaah.... apa ya :D

Buku: kertas atau digital?

Sama saja, kertas oke, digital oke, asal pakai gadget yang sesuai :D

(ben)

10 comments:

  1. Wah, jadi pengen ikut berkontribusi..... :)

    ReplyDelete
  2. @Sokat: coba di blognya bikin profil insan-insan di balik layar. Pasti menarik.

    ReplyDelete
  3. Wah jadi tahu tentang mbak Esti nih...salam buat mbak Esti ya bhai Benny......:)

    ReplyDelete
  4. jadi tau kalau mbak Esti salah satu editor mizan. nice info :)

    ReplyDelete
  5. Biarkan naskahmu yang berbicara. Keren.

    ReplyDelete