Berkunjung ke Thailand dalam
waktu terbatas tapi ingin melihat banyak bangunan bersejarah? Mudah. Datanglah
ke Ancient Siam (Siam Kuno) yang berada di Samuth Prakan, pinggir kota Bangkok.
Lokasi ini belum begitu popular bagi pelancong Indonesia, bahkan beberapa warga
Bangkok ketika ditanya mengaku belum
pernah ke sana.
Dari Bangkok untuk menuju lokasi
yang lebih dikenal dengan nama Muang Boran ini bisa dengan naik BTS menuju Bearing
dengan ongkos 40 baht, lalu melanjutkan dengan taksi.
Setelah membayar tiket masuk seharga
500 baht, pengunjung dipersilahkan
memilih kendaraan yang dipakai untuk mengelilingi Ancient Siam. Dengan luas 320
hektar, taman yang mulanya akan dibangun lapangan golf ini, tidak mungkin
dikelilingi dengan jalan kaki. Pengunjung bisa memilih naik bus terbuka atau
bersepeda. Naik kereta memang nyaman, tapi tidak bisa berlama-lama di satu
anjungan. Akhirnya, pilihan saya adalah bersepeda.
Bersepeda tidak disarankan bagi
yang jarang berolahraga karena jarak yang cukup panjang serta suhu udara yang
panas. Pengunjung bisa menyewa mobil golf dengan tarif 150 baht untuk dua
kursi, 300 baht untuk 4 kursi, dan 450 baht untuk yang 6 kursi. Tarif dihitung
per jam.
Ancient Siam dijuluki juga
museum outdoor terbesar di dunia. Ketika
masuk pengunjung dari Indonesia pasti akan merasa seperti ke Taman Mini di
Jakarta. Bedanya, di Taman Mini menonjolkan anjungan provinsi dengan rumah
adatnya. Sementara di Ancient Siam menampilkan 116 replikasi bangunan dan
monumen bersejarah di seluruh Thailand yang jika ingin ditemui aslinya tidak
akan cukup waktu 2-3 hari. Ukuran replikasi ada yang sesuai aslinya, ada pula
yang diperkecil skalanya.
Anjungan pertama yang bisa disinggahi
adalah The Stupa of Phra Maha That, Ratchaburi, kemudian model pasar gaya lama
di pedesaan Thailand lengkap dengan rumah adatnya. Di tempat ini pengunjung
bisa membawa oleh-oleh khas Thailand.
Pengunjung juga bisa melihat duplikasi komplek Dusit Maha Prasat
Palace atau yang lebih dikenal dengan
nama The Grand Palace yang nyaris mirip dengan aslinya, termasuk taman di
sekitarnya. Begitu pula dengan istana putih bernama Sanphet Prasat Palace. Meskipun
hanya duplikasi, pengunjung pasti akan terkagum dengan detail yang dibuat mirip
dengan aslinya.
Tak seberapa jauh, pengunjung
dapat menemukan bangunan unik terdiri dari susunan bata merah. Rupanya inilah
replika reruntuhan Kerajaan tua Ayutthaya. Nah, kalau turis Indonesia mau ke
tempat aslinya, butuh waktu berjam-jam untuk sampai dari Bangkok.
Selain bangunan istana dan kuil,
di taman luas yang bentuknya menyerupai siluet peta negara Thailand ini dapat
juga dilihat begitu banyak patung menawan. Misalnya saja patung kisah Ramayana
berwarna putih dilengkapi danau dan air terjun kecil.
Dari semua anjungan, banyak
pengunjung menyukai replikasi The Hall of the Enlightened. Atapnya yang
berwarna keemasan dan hijau langsung menarik mata dari kejauhan. Untuk masuk ke
bangunan utama, pengunjung harus menapaki jembatan melewati danau. Di bangunan
utama terdapat sejumlah patung Budha. Tempat ini sangat cocok untuk lokasi
pemotretan.
Floating Market
Katanya, belum ke Thailand kalau
tidak pasar terapungnya. Tapi dari Bangkok cukup memakan waktu menuju ke lokasi
pasar terapung. Untunglah di Ancient Siam ini ada tiruannya.
Di anjungan floating market,
pengunjung benar-benar bisa merasakan hal yang sama dengan aslinya. Ada danau
buatan dikelilingi bangunan khas Thailand. Tentu saja lengkap dengan pedagang
jajanan di atas perahu dan tempat makan di sekitarnya. Ada pula jembatan yang
membuat lokasi ini benar-benar menyenangkan, terutama untuk foto-foto narsis.
Jika dipasang di Facebook, orang akan mengira kita benar-benar berkunjung ke
floating market asli.
Sepanjang perjalanan mengelilingi
Ancient Siam, sebagian besar bangunan yang dilihat berhubungan dengan agama
Budha dan Hindu. Tapi jangan khawatir, pengunjung yang ingin sholat bisa menemukan mushola di anjungan floating
market. Walaupun kecil, tapi bersih.
Berkeliling ke Ancient Siam,
selain mendapat pengetahuan sejarah dan budaya Thailand, juga mendapat sehat
karena mengelilinginya sambil bersepeda. Tapi disarankan datang di pagi hari,
biar tidak merasa kepanasan.
Rasanya, menyenangkan juga bila
di Bandung dan sekitarnya terdapat museum terbuka semacam ini.
(Benny Rhamdani, Traveler tinggal di Bandung)
0 komentar:
Post a Comment