Showing posts with label ASEAN. Show all posts
Showing posts with label ASEAN. Show all posts

Friday, August 30, 2013

Soal Laos


Dari semua negara ASEAN, satu-satunya negara yang tidak begitu saya kenal adalah Laos. Di kepala saya sendiri, setiap disebut ‘laos’ maka  muncul  visual bumbu dapur yang biasa juga disebut lengkuas.

Saya baru tahu jika Laos ternyata bernama lengkap Republik Demokratik Rakyat Laos. Saya pikir Laos masih berbentuk kerajaan.  Karena saya pernah membaca sejarah, setelah penjajahan Jepang selama Perang Dunia II, negara ini memerdekakan diri pada 1949 dengan nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong.

Rupanya, pada 1975 kaum komunis yang didukung Uni Soviet dan komunis Vietnam menyingkirkan pemerintahan Raja Savang Vatthana dukungan Amerika Serikat dan Perancis. Kemudian, mereka mengganti namanya menjadi Republik Demokratik Rakyat Laos hingga saat ini dan bergabung dengan ASEAN pada 1997.

Sejak menjadi anggota ASEAN, Laos mengakui mengalami pertumbuhan yang siginifikan dalam perdagangan, investasi, dan kedatangan wisatawan asing .  Laos banyak mendapat dukungan teknis dan bantuan  dalam pengembangan sumber daya manusia dari negara-negara anggota ASEAN, juga mitra dialog dan mitra eksternal lainnya. Seperti negara berkembang umumnya, kota-kota besar di Laos  seperti  Vientiane, Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet, mengalami pertumbuhan signifikan beberapa tahun terakhir.

Laos pernah sukses memimpin  ASEAN pada tahun 2004-2005. Selanjutnya, Laos dipercayakan ke kursi dan tuan rumah berbagai pertemuan regional dan internasional yang penting. Laos menjadi tuan rumah ke-9  Asia-Europe Meeting (ASEM) Summit tahun ini  dan pada 2016, Laos akan menjadi pimpinan ASEAN untuk kedua kalinya.

Tiga untuk Laos

Menjelang Komunitas ASEAN 2015, saya rasa hal yang tepat menempatkan Laos menjadi pemimpin ASEAN. Dengan demikian, Laos akan meningkatkan kinerjanya bagi ASEAN dengan optimal. Paling tidak, Laos bisa menyamai kontribusinya seperti halnya Kamboja yang masuk ASEAN pada tahun yang sama. Setidaknya, saya mencatat tiga langkah utama yang bisa dilakukan Laos  agar setara kontribusinya di ASEAN.

Pertama, dengan segala potensi yang dimiliki  Laos, harus lebih berpartisipasi penuh  dalam pergaulan  dengan ASEAN. Hubungan diplomatik dengan negara-negara ASEAN dilakukan lebih intensif, terutama dengan negara yang menyimpan potensi risiko konflik perbatasan maupun sejarah masa lalu, misalnya dengan Thailand, Vietnam dan Kamboja. Selanjutnya, bisa meluas dengan negara ASEAN lainnya. Saya bersyukur Thailand sudah mau memulainya dengan rencana membangun rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan Jembatan Persahabatan Thailand-Laos

Kedua, rendahnya tingkat pembangunan ekonomi Laos bisa ditingkatkan dengan kesadaran prioritas kerjasama –jangka panjang dan pendek- dalam tingkat regional, yakni ASEAN. Bukan bantuan dari negara-negara yang jauh darinya.  Seperti yang saya baca, ekonomi Laos  banyak menerima bantuan dari IMF. Padahal jika berkaca kepada Indonesia, betapa IMF kelak malah akan mencekik negerinya sendiri.  Bentuk kerja sama yang  dapat ditingkatkan dengan mudah di ASEAN adalah sektor pariwisata. 

Ketiga, karena masih ada konflik internal, seperti bentrok senjata dari kelompok tertentu masih terjadi secara kecil-kecilan di seluruh negeri, sebaiknya coba melakukan pertemuan-pertemuan atau diskusi berdasarkan pengalaman negara ASEAN mentelesaikan masalah internal.  Memang, ASEAN selalu berusaha menegakkan prinsip  non - intervensi , namun tidak menutup kemungkinan untuk mendukung stabilitas nasional Laos. Sebab, konfilk kecil di dalam satu negara bisa berimbas ke negara lain, secara masih dalam satu regional.

Sekali lagi, agar begitu masuk  Komunitas ASEAN 2015 nanti tidak terjadi negara yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, setiap negara harus memberi konstribusi seoptimal mungkin. Sehingga hasil yang dicapipun bias semaksimal mungkin.

OOooOO

referensi: wikipedia

tulisan ini untuk lomba #10daysforASEAN

Thursday, August 29, 2013

Hari Gini Masih Pakai Visa



Kepergian saya ke luar negeri  yang pertama hingga ketiga adalah ke Malaysia. Semua tanpa visa. Namun kepergian saya ke luar negeri yang ke empat adalah ke Italia, sempat membuat saya pontang-panting. Pasalnya saya harus membuat visa agar bisa masuk melewati imigrasi di bandara Milan.

Saya sempat browsing ke beberapa blog menemukan cara mengurus visa schengen, lalu memberanikan diri mengurus sendiri, walau harus bolak-balik  Bandung – Jakarta. Ada beberapa hal yang bikin saya bertanya-tanya, kenapa sih harus ngurus Visa? Kenapa sebuah negara harus memberlakukan visa dengan ketat, padahal dia akan mendapat pendapatan dari turis yang datang ke negaranya?

Ternyata visa berperan sekali sebagai tanda bukti ‘boleh berkunjung’ yang diberikan pada penduduk suatu negara jika memasuki wilayah negara lain. Bisa berbentuk stiker visa yang dapat diapply di kedutaan negara yang akan dikunjungi atau berbentuk stempel pada paspor pada negara tertentu.

Visa diperlukan karena Visa dikenakan kepada orang yang datang ke suatu negara karena berbagai alasan. Pertama, Tidak ada pembicaraan kedua negara untuk saling memberikan fasilitas bebas visa. Hal itu mungkin karena kurang baiknya hubungan diplomatik, jauhnya jarak antara kedua negara sehingga tidak banyak kunjungan masyarakat antar dua negara.

Kedua, faktor keamanan. Negara maju seringkali hanya mempersyaratkan bebas visa untuk sesama negara maju. Tingginya angka imigran gelap membuat negara asal imigran gelap bahkan dipersulit untuk membuat visa. Visa juga menjadi screening agar hanya orang-orang terpilih dan mempunyai tujuan baik saja yang dapat masuk ke suatu negara.

Ketiga, faktor ekonomi: suatu negara dengan banyak obyek wisata namun tidak mampu mengelola pariwisatanya seringkali mempersyaratkan visa untuk mendapatkan tambahan pemasukan negara dari setoran aplikasi visa.

Terkadang ada faktor lainnya yang membuat sebuah negara menyaratkan visa. Semisal, negara yang perekonomiannya dianggap tidak memenuhi standart. Lihatlah Malaysia dan Singapura yang warganya bisa masuk ke negara-negara eropa tanpa visa karena sudah dianggap perekonomiannya baik. Agak berbau diskriminasi, tapi itulah PR untuk bangsa Indonesia agar memajukan perekonomiannya, hingga setara dengan Malaysia dan Singapura.

Faktor lainnya adalah pengalaman penyelewengan visa. Misalnya, Indonesia yang hingga kini masih harus memakai visa untuk ke Jepang. Padahal hubungan Indonesia dan Jepang sangat erat. Alasan pemerintah Jepang, WNI tidak disiplin. Dengan adanya visa saja, sering menyalahgunakan izin tinggal di Jepang (overstay), apalagi bebas visa. Ada juga warga Indonesia yang memakai visa turis, tapi akhirnya memanfaatkan untuk bekerja di luar negeri.

Myanmar Rugi

Jika Myanmar masih bertahan tidak memberikan bebas visa ke sesame negara ASEAN, itu adalah haknya. Tapi menurut saya sungguh merugi. Saat ini, dengan hadirnya maskapai penerbangan murah, traffic wisatawan antar sesama negara ASEAN sangat tinggi. Sudah pasti pendapatan negara dari sektor wisata meningkat.

Mungkin Myanmar masih mempertimbangkan karena alas an-alasan internal, seperti belum kondusifnya kinerja imigrasi mereka, atau kondisi politik yang belum stabil.

Namun, menurut kabar yang beredar, Myanmar telah menjalin kerjasama khusus dengan Indonesia, Filipina, dan Kamboja  agar bisa membuat bebas visa tahun depan. Jika semakin banyak negara ASEAN yang menerapkan system bebas visa antara sesama negara ASEAN, maka saat resminya Komunitas ASEAN 2015 kelak, tidak ada lagi halangan-halangan untuk bersinergi dalam bidang apapun.


Semoga Komunitas ASEAN 2015 juga disambut negara-negara lain, agar tidak hanya Malaysia, Singapura dan Thailand saja yang mendapat keistimewaan bebas visa di beberapa negara maju, tapi menular ke negara lainnya, termasuk Indonesia. Sebab, waktu dan biaya mengurus visa cukup bikin ribet, terutama bagi blogger yang juga traveler. Termasuk biayanya, yang bisa dipakai untuk menambah waktu perjalanan.

ooOOoo

refensi: www.imigrasi.go.id, kemlu.go.idilustrasi: http://travel.state.gov

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba:

#10daysforASEAN

Wednesday, August 28, 2013

Perlukah Mengganti Semboyan 'Wonderful Indonesia'?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, marilah kita membandingkan semboyan pariwisata negara-negara ASEAN.
  1.        Brunei - Brunei, The Green Heart of Borneo
  2.        Kamboja - Cambodia, Kingdom of Wonder
  3.        Laos - Laos, Simply Beautiful
  4.        Malaysia - Malaysia Truly Asia
  5.        Myanmar - Mystical Myanmar
  6.        Philippines - It's More Fun in The Philippines
  7.        Singapore - Your Singapore
  8.        Thailand - Amazing Thailand, Always Amazes You
  9.        Vietnam - Vietnam, Timeless Charm
  10.     Indonesia - Wonderful Indonesia


Dari sepuluh semboyan tersebut, Malaysia Truly Asia merupakan salah satu branding slogan pariwisata paling sukses di Asia. Negara serumpun Melayu itu menggaet 24 juta wisatawan asing dan menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara.  Kerajaan ini bahkan memperoleh beberapa penghargaan untuk semboyan wisatanya,  termasuk Best Long Term Marketing and Branding Campaign Gold Awards pada Asian Marketing Effectiveness Awards 2008.

Berikutnya adalah Amazing Thailand  yang juga menjadi semboyan wisata tersukses di dunia. Thailand memasang tagline  ini sejak 1997 hingga kemudian diikuti negara-negara lain di Asia Tenggara. Berkat konsistensinya dalam memasarkan pariwisata, kerajaan ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Asia Tenggara. Sub semboyan  Always Amazes You merupakan penguat slogan utama dan mulai dipakai sejak 2010.

Semboyan Wonderful Indonesia  diperkenalkan awal 2011 menggantikan Visit Indonesia. Ada 5 pilar di dalamnya, yakni  Wonderful Nature, Wonderful Culture, Wonderful People, Wonderful Food, Wonderful  dan Value for Money.

Menurut saya  frasa  Wonderful Indonesia sudah merefleksikan Indonesia secara keseluruhan. Selain itu, kata Wonderful  mudah dimengerti oleh masyarakat luas yang tidak berbahasa Inggris sekalipun. Syarat sederhana dan mudah diingat pun terpenuhi. Mungkin hanya orang Sunda saja nanti yang membacanya jadi ‘wonderpul Indonesia’  seperti halnya ‘pisit Indonesia’ (kidding).

Permasalahannya adalah bagaimana semua pihak di Indonesia, baik yang terkait dengan sektor wisata maupun tidak terus mengkampanyekannya sehingga benar-benar menjadi brand nation. Lihat saja Malaysia dengan semboyan Truly Asia secara konsisten ditayangkan di mana-mana sehingga pemirsa internasional pun semakin lama semakin terpengaruhi dengan konsep tersebut. Terpaan pesan terhadap target perlu direpetisi untuk membentuk suatu mindset. Kalau bisa jangan diubah-ubah lagi meniru dua negara ASEAN yang sukses, kecuali menambahkan sub-semboyan.

Peran masyarakat umum Indonesia, termasuk Blogger sangat penting  untuk mengibarkan semboyan Wonderful Indonesia. Lepas dari setuju atau tidaknya, keputusan pemerintah tentunya sudah dipikir matang-matang memilih semboyan tersebut.


Menyambut Komunitas ASEAN 2015, Indonesia juga tidak perlu menempelkan kata ASEAN, ASTENG, atau ASIA di dalam slogannya. Toh,  sudah ada organisasi Asean Tourism dengan semboyannya ‘Southeast Asia, Feel The Warmth’. Artinya, jika sektor wisata maju bersama-sama dengan negara ASEAN lainnya, pakai saja semboyan itu. Namun, kadang kala Indonesia masih harus bergerak juga secara soliter, tidak dalam komunitas ASEAN.


Di Uni Eropa pun, setiap negaranya masih mengusung semboyan negara masing-masing, karena itu merupakan brand nation yang seyogyanya dimiliki setiap negara.

OOooOO

Tulisan ini diikutsertakan:

#10daysforASEAN

Tuesday, August 27, 2013

Siem Reap dan Magelang Jadilah Sister Cities Demi Komunitas ASEAN 2015


.
Relief di Angkor Wat, dinyatakan mirip dengan yang ada
di Borobudur. (foto: travelsense.asia)


Dalam seminar mengenai penelitan Candi Borobudur dan Angkor Wat di kota Siem Reap, Kamboja, 5-6 Desember 2009,  terungkap kedua candi tersebut memiliki kesamaan model relief. Hal ini sekaligus membuktikan hubungan bangsa Indonesia dan Kamboja ternyata sudah  terjalin sejak sebelum masa Raja Jayawarman II di Kamboja, yaitu sebelum abad ke-9.  

Seharusnya, dengan latar belakang budaya yang sama tersebut, tidak sulit jika dua negara yang sama-sama anggota ASEAN ini menjalin hubungan kerjasama. Apalagi menjelang diberlakukannya Komunitas ASEAN 2015. Bahkan, saya berharap antara (Kabupaten) Magelang dan Siem Reap menjalin ikatan sebagai  Kota Bersaudara (Sister Cities) atau Kota kembar (Twin Cities)



Konsep Kota Bersaudara

Kota bersaudara adalah konsep penggandengan dua kota yang berbeda lokasi (negara)  dan administrasi politik dengan tujuan menjalin hubungan budaya dan kontak sosial antarpenduduk.

Kota bersaudara  umumnya memiliki persamaan keadaan demografi dan masalah-masalah yang dihadapi. Konsep ini bisa diumpamakan sebagai sahabat pena antara dua kota. Hubungan kota kembar sangat bermanfaat bagi program pertukaran pelajar dan kerjasama di bidang budaya dan perdagangan.

Dalam konteks Magelang dan Siem Reap, keduanya sama-sama memiliki sebuah komplek candi yang besar dan kebetulan mirip. Dari sinilah kemudian jenis kerjasama bisa dikembangkan. Semisal kerjasama promosi wisata agar jumlah kunjungan turis keduanya bisa meningkat.

Salah satu cara misalnya, di Angkor Wat disediakan informasi lengkap tentang Candi Borobudur, sehingga wisatawan yang datang ke Angkor Wat juga tertarik ke Borobudur. Sebaliknya, di candi Borobudur juga disediakan informasi komplet tentang Angkor Wat, agar turis yang ke Borobudur juga tertarik berkunjung ke Angkor Wat.

Tidak hanya informasi, keduanya bisa saling tukar atraksi kebudayaan. Hal-hal yang terkait dengan atraksi budaya di magelang, bisa digelar di Siem Reap. Sedangkan atraksi budaya dari Siem Reap juga bisa ditampilkan di setiap perhelatan di kota Magelang. Para pemuda, pelajar, blogger, peneliti sejarah, budayawan, dan segala unsur masyarakat di dua kota tersebut bisa melakukan aneka program pertukaran. 

Mungkin banyak yang belum tahu jika Siem Reap  memiliki gedung pertunjukan yang menggelar pagelaran tari tradisional Apsara, pusat cindera mata, pengrajin kain sutra, sawah pedesaan, desa nelayan, dan suaka burung di dekat danau Tonle Sap. Di sana juga  terdapat bandar udara di kota ini ialah Bandar Udara Internasional Angkor-Siem Reap.

 Magelang sendiri memiliki beberapa sentra kerajinan rakyat, masyarakat bertani dan berkebun, serta bisa ditemukannya beberapa kesenian seperti Kubro Siswo, Badui, Dayakan, Jathilan.

Jika konsep kota bersaudara antara Magelang dan Siem Reap terwujud, dan kerjasama terjalin dengan harmonis, maka bisa dilebarkan dengan daerah-daerah lain yang memiliki latar budaya sama. Tidak hanya Magelang dan Siemm Reap, tapi mungkin juga kota di Thailand, Burma atau Vietnam yang bisa saja memiliki kemiripan. Begitu pula kemiripan antar kota bukan berdasarkan kesamaan relief candi, tapi aneka artefak budaya lainnya.

Ujung-ujungnya akan lebih mudah mewujudkan integrasi perdagangan, pelayanan dan  wilayah investasi yang merupakan  3 hal penting dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.


Mari kita tunggu  partisipasi dua pemimpin wilayah Siem Reap dan Magelang sebagai lokomotif gerakan siter cities ini..

00OO00

Referensi: wikipedia.com
tulisan ini diikutsertakan dalam:

Lomba Blog #10daysforASEAN

Wednesday, August 21, 2013

Tak Ada Kontribusi Pemuda Indonesia di ASEAN?

Percepatan pembentukan Komunitas ASEAN dari 2020 menjadi 2015, telah disepakati oleh para Kepala Negara ASEAN pada KTT ke- 12 ASEAN. Komunitas ASEAN 2015 dibangun di atas 3 pilar, yaitu: ASEAN Political-Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Culture Community baik dalam skala regional maupun global.

Saya amat tertarik dengan pilar ke-3, karena kerjasama di bidang sosial- budaya menjadi salah satu titik tolak utama untuk meningkatkan integrasi ASEAN melalui terciptanya “a caring and sharing community”, yaitu sebuah masyarakat ASEAN yang saling peduli dan berbagi. Tanpa adanya kerjasama dan sinergi antar masyarakat ASEAN rasanya sulit membayangkan sebuah integrasi konstruktif di wilayah ASEAN. Dan bidang sosial-budaya sebagai akar kemasyarakatan adalah paling potensial untuk diangkat sebagai modal integrasi berdasarkan kerakyatan. Apalagi sebagai organisasi teritori ASEAN memiliki konsep social-budaya yang sama yakni menjunjung nilai-nilai ketimuran.

Kerjasama sosial-budaya mencakup kerjasama di banyak bidang, salah satunya adalah kepemudaan.  Terus terang, saya jarang sekali mendengar kiprah pemuda Indonesia di ASEAN. Entah karena memang tidak ada aktivitas pemuda Indonesia di ASEAN, ataukah jarang sekali yang memberitakannya, atau saya yang kurang peduli dengan kontribusi pemuda Indonesia di ASEAN?


Bidang Kepemudaan

Walaupun sudah tidak dalam koridor usia muda, namun saya selalu tertarik dengan bidang kepemudaan. Karena menurut saya, sebuah usaha integrasi kontruktif harus melibatkan generasi mudanya. Dengan adanya lomba penulisan blog yang diprakrasai  Komunitas Blogger ASEAN ini, saya jadi browsing berjam-jam dan baru terbuka mata tentang betapa besarnya kiprah pemuda Indonesia di ASEAN.

Salah satunya  informasi tentang kegiatan pemuda Indonesia di tingkat ASEAN adalah melalui wadah ASEAN Youth Friendship Network (AYFN). AYFN adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang persahabatan dan pertukaran kebudayaan antara negara-negara ASEAN. Organisasi ini membawa misi persahabatan, memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke negara host, serta tentu saja, mengenal lebih jauh tentang negara yang dikunjungi.

AYFN sendiri didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada yang saat ini sudah beranggotakan lebih dari 90 alumni, dan telah menjalankan lebih dari 5 program dalam kurun waktu 2 tahun didirikan. Program unggulan AYFN adalah  IVYFP (Indonesia Vietnam Youth Friendship Program), ILFRIP (Inter-cultural Learning and Friendship Program), dan IPYCEP (Indonesia Philippine Youth Cultural Exchange Program). 




AYFN bukan satu-satunya wadah kiprah kepemudaan ASEAN. Masih ada lagi seperti ASEAN Student Leader Forum (ASLF), yakni sebuah  forum mahasiswa  yang merumuskan permasalahan-permasalahan di perguruan tinggi di seluruh ASEAN, nantinya rumusan masalah yang didapatkan ini akan disikapi dan diselesaikan bersama. Beberapa permasalahan yang muncul adalah letak geografis yang jauh, perbedaan bahasa, perbedaan budaya, sulitnya melakukan pergerakan pemuda, krisis kreativitas, sikap individualis yang berkembang dikalangan pemuda, kesulitan keuangan dan perbedaan pemikiran.

Untuk generasi muda yang ingin berkiprah sebagai relawan bisa juga aktif di The ASEAN Youth Volunteer Programme (AYVP). Organisasi yang diprakarsai Kementrian Pemuda dan Olahraga Malaysia, terbilang aktif mengundang partispasi pemuda  ASEAN. Belum lama ini, AYVP melakukan aktivitas konservasi alam dengan mengundang 100 relawan dari negara-negara ASEAN.


Masih ada sederet lagi wadah bagi aktivitas pemuda ASEAN, seperti ASA (ASEAN Alliance), ASEAN Student Exchange Program, ASEAN Youth Movement, ASEAN Centralized Framework for Youth Cooperation, termasuk ASEAN's Youth Council. Hebatnya, hampir dari semua kegiatan tersebut, saya membaca informasi pemuda Indonesia sangat berperan penting dalam mengambil langkah-langkah dan keputusan.

Pentingnya Informasi

Lantas, mengapa kiprah pemuda Indonesia itu tidak diinformasikan secara luas? Bahkan saya harus memasukkan beberapa kata kunci di mesin pencari Google untuk menemukan informasi ihwal aktivitas pemuda Indonesia di ASEAN. Kebanyakan dalam bahasa Inggris. Kalaupun ada dalam Bahasa Indonesia, sangat sedikit sekali portal berita ataupun blog yang memuatnya.

Dalam ilmu komunikasi, jika sebuah informasi penting tidak sampai ke masyarakat, maka bisa dipastikan kesalahan utama adalah pada penyampai informasi, proses penyampain informasi, muatan informasi itu sendiri, serta frekuensi terpaan informasinya . Penerima informasi akan berada di urutan jauh di paling belakang.

Di era jurnalistik warga seperti sekarang ini, rasanya heran jika sebuah informasi masih menjadi hambatan pada komunikator (penyampai) dan medianya. Jumlah blogger Indonesia yang lebih dari 5 juta orang, ditambah akses Internet yang semakin mudah mestinya bukan hambatan dalam menyampaikan informasi penting.

Jika media massa mainstream serta portal berita tidak tertarik memberitakan kiprah pemuda Indonesia di ASEAN, saatnya para blogger yang bicara. Lahirnya Komunitas Blogger ASEAN bisa menjadi lokomotif bagi blogger lainnya agar mendukung terus integritas konstruktif berdasarkan kemasyarakatan akan eksistensi Komunitas ASEAN 2015.

Selain menyebarluaskan informasi dari portal resmi ASEAN, para blogger sebaiknya juga mengolah  lagi ke dalam muatan blog yang lebih mudah dimengerti masyarakat banyak.

Langkah lain yang bisa dilakukan Komunitas Blogger ASEAN adalah menggugah kesadaran berbagi informasi para anggota yang terlibat dalam lembaga kepemudaan ASEAN. Mungkin melalui kerja sama dengan lembaga-lembaga pemuda ASEAN di atas, memberikan bekal motivasi ngeblog dan pelatihan ngeblog yang efektif. Sehingga, sebagai pelaku langsung mereka bisa menyampaikan kegiatan mereka melalui blog.

Niscaya, jika informasi kiprah pemuda Indonesia di ASEAN dibagi kepada masyarakat luas dan berkesinambungan agar terjaga frekuensi terpaannya, tidak akan ada lagi orang seperti saya yang menyangsikan kontribusi pemuda Indonesia di ASEAN.

OO00OO

Mengoptimalkan Peran Blogger Indonesia di Komunitas ASEAN 2015


Indonesia dengan populasi penduduknya yang menjadi peringkat ke-4 di dunia, ternyata juga mencatat jumlah blogger yang relatif tinggi. Seperti diungkap Wakil Presiden ASEAN Blogger Chapter Indonesia Amril Taufik Gobel, jika pada 2008 tercatat hanya ada 500 ribu blogger aktif, maka per akhir 2011 melonjak menjadi 5 juta blogger.  Bahkan pada 2014-2015 direncanakan Indonesia sudah memiliki tol broadband yang akan memperlancar akses internet. Bisa dipastikan jumlah blogger akan semakin meningkat.

Jumlah tersebut sangat efektif bila diberdayakan dengan optimal untuk kepentingan banyak orang. Saya lihat beberapa blogger Indonesia sudah tak lagi bermain di wacana lokal, tapi sudah di tingkat nasional kendati berada di daerah-daerah terpencil. Sebagian lagi bahkan sudah beranjak ke teritorial Asia, bahkan mendunia. Tentu semua akan terkait dengan minat masing-masing blogger, keterampilan berbahasa dan kemampuan mengisi konten blognya.

Kiprah ASEAN

Sejak didirikan  pada 8 Agustus 1976, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) terus mengalami perkembangaan yang signifikan. Bahkan, ASEAN dianggap sebagai organisasi kerja sama regional yang paling terintegrasi setelah Uni Eropa.  Prioritas awal berdirinya ASEAN menciptakan perdamaian kawasan telah tercapai  melalui pendekatan diplomatik ketika konflik antarnegara muncul. Politik tidak ikut campur sesama negara ASEAN yang mengalami konflik internal  juga terbukti ampuh. Pada akhirnya, ASEAN bisa beralih menyiapkan diri menjadi kekuatan ekonomi dunia.


Data pertumbuhan ekonomi membuat ASEAN menjadi kawasan yang tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Pada 2011 GDP (Gross Domestic product) keseluruhan negara ASEAN lebih dari US$ 2.178 triliun atau 4,2 persen dari GWP (Gross World Product) dan pendapatan perkapita (PPP/Purchasing Power Parity) US$ 3.334.

Tak heran jika tiga negara kuat di Asia, yakni China, Jepang, dan Korea Selatan terus  melakukan pendekatan forum ASEAN Plus Three sejak 1997.  Bahkan China China bertindak agresif dengan membangun zona perdagangan bebas bersama ASEAN melalui ACFTA yang dimulai sejak 1 Januari 2010.

Akhirnya, para pemimpin negara anggota ASEAN kemudian membentuk ASEAN Community pada saat Deklarasi Bali Concord II Tahun 2003. Rencana awalnya, pembentukan ASEAN Community akan dimulai pada tahun 2020 tetapi kemudian dipercepat lima tahun. Terbentuknya ASEAN Community ditopang oleh tiga pilar utama: ASEAN Political-Security Community (APSC), ASEAN Economic Community (AEC), dan ASEAN Socio-Cultural Community (APSC).

Dengan adanya pilar keamanan (ASPC), penerapan prinsip-prinsip non-interference tidak lagi secara kaku seperti  sebelumnya  mengingat adanya kesamaan persepsi ancaman, baik ancaman. Komunitas Keamanan ASEAN bertujuan memperkuat ketahanan kawasan dan mendukung penyelesaian konflik secara damai melalui forum konsultasi bersama.  Semoga nantinya tak ada lagi konflik muncul karena masalah perbatasan.

Bagaimana  dengan Pilar ekonomi (AEC)? Tentunya akan mengarah ke penciptaaan integrasi perekonomian seluruh negara anggota ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan basis produksi yang memiliki iklim ekonomi kompetitif, pembangunan ekonomi merata, dan berintegrasi dengan perekonomian global.  Satu kekhawatiran saya bahwa nanti ASEAN tidak mengalamai krisi ekonomi seperti yang dialami Uni Eropa akibat terjadinya kesenjangan kemajuan ekonomi anggota negaranya

Sedangkan pilar sosial-budaya (ASPC) akan focus untuk  terciptanya pemberdayaan  kerjasa di masyarakat ASEAN. Kerjasam ini mencakup bidang kepemudaan, wanita, kepegawaian, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, penganggulangan bencana alam, kesehatan, pembangunan sosial, pengentasan kemiskinan, dan ketenagakerjaan.

Blogger Indonesia sebagai  Panutan ASEAN

Posisi Indonesia di mata ASEAN Community sangatlah penting. Luas wilayah dan jumlah penduduk di atas negara lainnya. Populasi terbesar ini membuat bahasa Indonesia akan menjadi bahasa resmi ASEAN yang mulai berlaku pada saat ASEAN Community 2015.


Indonesia  juga tercatat sebagai negara dengan kekuatan militer yang disegani di dunia, bahkan tahun ini Indonesia menduduki peringkat ke-15 dunia.  Posisinya di atas negara ASEAN lainnya atau bahkan Jepang dan Australia.

Jika negara Indonesia sudah menampati posisi penting, selayaknya blogger Indonesia yang jumlahnya mencapai 5 juta orang itu mengambil posisi penting pula di kiprah ASEAN.  Bersyukurlah blogger Indonesia telah menggagas  satu wadah bernama ASEAN Blogger Community yang telah menggelar ASEAN Blogger Festival Indonesia (ABFI) 2013 pada Mei lalu di Solo, Jawa Tengah.

Perhelatan tersebut membuktikan bahwa blogger Indonesia merupakan bagian masyarakat ASEAN yang bisa diandalkan untuk mendukung eksistensi Komunitas ASEAN 2015. Blogger Indonesia juga bisa menjadi panutan blogger lainnya di ASEAN.  Walaupun saya tidak bisa hadir, tapi saya bersyukur  ajang besar  tersebut tidak sebagai kongkow-kongkow semata, tapi menghasilkan program kerja selama tiga tahun untuk kepentingan ASEAN kendati masih normatif.

Tentunya, saya berharap bisa melihat rencana langkah-langkah kerja yang lebih nyata, sehingga walaupun bukan peserta  ABFI 2013 saya dan banyak lagi blogger di Indonesia bisa berpartisipasi dengan optimal mendukung kiprah Komunitas ASEAN 2015. Karena saya yakin, masih banyak yang bisa dilakukan blogger Indonesia untuk ASEAN sebelum 2015, di luar mengikuti lomba ngeblog yang digelar ASEAN BloggerCommunity. Sehingga gaung menuju masyarakat ASEAN yang lebih baik dapat diinformasikan secara berkesinambungan.


OOooOO