Percepatan pembentukan Komunitas ASEAN dari 2020 menjadi 2015, telah disepakati oleh para Kepala Negara ASEAN
pada KTT ke- 12 ASEAN. Komunitas ASEAN 2015 dibangun di atas 3 pilar, yaitu: ASEAN
Political-Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Culture
Community baik dalam skala regional maupun global.
Saya amat tertarik dengan pilar
ke-3, karena kerjasama di bidang sosial- budaya menjadi salah satu titik tolak
utama untuk meningkatkan integrasi ASEAN melalui terciptanya “a caring and
sharing community”, yaitu sebuah masyarakat ASEAN yang saling peduli dan
berbagi. Tanpa adanya kerjasama dan sinergi antar masyarakat ASEAN rasanya
sulit membayangkan sebuah integrasi konstruktif di wilayah ASEAN. Dan bidang
sosial-budaya sebagai akar kemasyarakatan adalah paling potensial untuk
diangkat sebagai modal integrasi berdasarkan kerakyatan. Apalagi sebagai
organisasi teritori ASEAN memiliki konsep social-budaya yang sama yakni
menjunjung nilai-nilai ketimuran.
Kerjasama sosial-budaya mencakup
kerjasama di banyak bidang, salah satunya adalah kepemudaan. Terus terang, saya jarang sekali mendengar
kiprah pemuda Indonesia di ASEAN. Entah karena memang tidak ada aktivitas
pemuda Indonesia di ASEAN, ataukah jarang sekali yang memberitakannya, atau
saya yang kurang peduli dengan kontribusi pemuda Indonesia di ASEAN?
Bidang Kepemudaan
Walaupun sudah tidak dalam
koridor usia muda, namun saya selalu tertarik dengan bidang kepemudaan. Karena
menurut saya, sebuah usaha integrasi kontruktif harus melibatkan generasi
mudanya. Dengan adanya lomba penulisan blog yang diprakrasai Komunitas Blogger ASEAN ini, saya jadi
browsing berjam-jam dan baru terbuka mata tentang betapa besarnya kiprah pemuda
Indonesia di ASEAN.
Salah satunya informasi tentang kegiatan pemuda Indonesia di
tingkat ASEAN adalah melalui wadah ASEAN Youth Friendship Network (AYFN). AYFN
adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang persahabatan dan pertukaran
kebudayaan antara negara-negara ASEAN. Organisasi ini membawa misi
persahabatan, memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke negara host, serta tentu
saja, mengenal lebih jauh tentang negara yang dikunjungi.
AYFN sendiri didirikan oleh
mahasiswa-mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada yang saat ini
sudah beranggotakan lebih dari 90 alumni, dan telah menjalankan lebih dari 5
program dalam kurun waktu 2 tahun didirikan. Program unggulan AYFN adalah IVYFP (Indonesia Vietnam Youth Friendship
Program), ILFRIP (Inter-cultural Learning and Friendship Program), dan IPYCEP
(Indonesia Philippine Youth Cultural Exchange Program).
AYFN bukan satu-satunya wadah
kiprah kepemudaan ASEAN. Masih ada lagi seperti ASEAN Student Leader Forum
(ASLF), yakni sebuah forum
mahasiswa yang merumuskan
permasalahan-permasalahan di perguruan tinggi di seluruh ASEAN, nantinya
rumusan masalah yang didapatkan ini akan disikapi dan diselesaikan bersama.
Beberapa permasalahan yang muncul adalah letak geografis yang jauh, perbedaan
bahasa, perbedaan budaya, sulitnya melakukan pergerakan pemuda, krisis
kreativitas, sikap individualis yang berkembang dikalangan pemuda, kesulitan
keuangan dan perbedaan pemikiran.
Untuk generasi muda yang ingin
berkiprah sebagai relawan bisa juga aktif di The ASEAN Youth Volunteer
Programme (AYVP). Organisasi yang diprakarsai Kementrian Pemuda dan Olahraga
Malaysia, terbilang aktif mengundang partispasi pemuda ASEAN. Belum lama ini, AYVP melakukan
aktivitas konservasi alam dengan mengundang 100 relawan dari negara-negara
ASEAN.
Masih ada sederet lagi wadah bagi
aktivitas pemuda ASEAN, seperti ASA (ASEAN Alliance), ASEAN Student Exchange
Program, ASEAN Youth Movement, ASEAN Centralized Framework for Youth
Cooperation, termasuk ASEAN's Youth Council. Hebatnya, hampir dari semua
kegiatan tersebut, saya membaca informasi pemuda Indonesia sangat berperan
penting dalam mengambil langkah-langkah dan keputusan.
Pentingnya Informasi
Lantas, mengapa kiprah pemuda
Indonesia itu tidak diinformasikan secara luas? Bahkan saya harus memasukkan
beberapa kata kunci di mesin pencari Google untuk menemukan informasi ihwal
aktivitas pemuda Indonesia di ASEAN. Kebanyakan dalam bahasa Inggris. Kalaupun ada
dalam Bahasa Indonesia, sangat sedikit sekali portal berita ataupun blog yang
memuatnya.
Dalam ilmu komunikasi, jika
sebuah informasi penting tidak sampai ke masyarakat, maka bisa dipastikan
kesalahan utama adalah pada penyampai informasi, proses penyampain informasi,
muatan informasi itu sendiri, serta frekuensi terpaan informasinya . Penerima
informasi akan berada di urutan jauh di paling belakang.
Di era jurnalistik warga seperti
sekarang ini, rasanya heran jika sebuah informasi masih menjadi hambatan pada
komunikator (penyampai) dan medianya. Jumlah blogger Indonesia yang lebih dari
5 juta orang, ditambah akses Internet yang semakin mudah mestinya bukan
hambatan dalam menyampaikan informasi penting.
Jika media massa
mainstream serta portal berita tidak tertarik memberitakan kiprah pemuda
Indonesia di ASEAN, saatnya para blogger yang bicara. Lahirnya Komunitas Blogger ASEAN bisa menjadi lokomotif bagi blogger lainnya agar mendukung terus
integritas konstruktif berdasarkan kemasyarakatan akan eksistensi Komunitas
ASEAN 2015.
Selain
menyebarluaskan informasi dari portal resmi ASEAN, para blogger sebaiknya juga
mengolah lagi ke dalam muatan blog yang
lebih mudah dimengerti masyarakat banyak.
Langkah lain yang
bisa dilakukan Komunitas Blogger ASEAN adalah menggugah kesadaran berbagi
informasi para anggota yang terlibat dalam lembaga kepemudaan ASEAN. Mungkin
melalui kerja sama dengan lembaga-lembaga pemuda ASEAN di atas, memberikan
bekal motivasi ngeblog dan pelatihan ngeblog yang efektif. Sehingga, sebagai
pelaku langsung mereka bisa menyampaikan kegiatan mereka melalui blog.
Niscaya, jika
informasi kiprah pemuda Indonesia di ASEAN dibagi kepada masyarakat luas dan
berkesinambungan agar terjaga frekuensi terpaannya, tidak akan ada lagi orang
seperti saya yang menyangsikan kontribusi pemuda Indonesia di ASEAN.
OO00OO
0 komentar:
Post a Comment