Tulisan ini menjadi HL di kompasiana.com |
Harapan saya melihat bibir pantai yang cantik pupus sudah saat tiba di dermaga kecil Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu, Sabtu (6/7). Ombak mengantar aneka sampah, terutama plastik, mengotori pantai yang semestinya bersih karena merupakan obyek wisata. Dari manakah rombongan sampah itu?
Setelah cek-in dan istirahat sejenak, saya keluar dari kamar tempat menginap di bagian barat Pulau Bidadari. Seorang pria tampak tengah mati-matian menghalau sampah yang terus mendesak ke pantai. Setelah mengangkut dua gerobak sampah, pria bernama Tahmid itu akhirnya hanya bisa menghalau sampah-sampah itu ke tengah laut agar kembali terbawa ombak.
Dua hari berturut-turut sebelumnya, Jakarta diguyur hujan, sehingga sampah yang berada di aliran sungai tak hanya mengendap di muara, tapi terbawa ombak hingga ke laut Jawa. Akibatnya, pulau-pulau terdekat dengan pantai Jakarta kena getah.
“Apalagi waktu Jakarta banjir lalu. Sampahnya banyak banget sampai ke sini. Kadang saya kewalahan. Tapi mau apalagi. Namanya tugas, ya harus dikerjakan,” keluh Tahmid sambil terus mengusir sampah.
Wilayah tugas Tahmid adalah pantai yang tidak diperkenankan berenang, melainkan lebih banyak dipakai untuk memancing. Saya melihat beberapa pemancing kecewa karena kailnya sering menyangkut di sampah.
Oleh Tahmid, sampah yang terkumpul bisa diangkutnya ke bagian pengurugan di utara pulau. Tapi karena keterbatasan tenaga yang tak seimbang dengan jumlah sampah, dia memilih mengembalikan ke tengah laut agar terseret ombak lebih ke jauh.
Ketika saya kebagian timur pulau, tampak juga petugas kebersihan lainnya melakukan hal yang sama dengan Tahmid. Padahal pantai di sini diperuntukkan bagi pengunjung untuk berenang atau sekadar bermain pasir.
Saat keesokan harinya berkunjung ke Pulau Kelor, Pulau Onrust dan Pulau Kahyangan, saya melihat aneka bentuk sampah menumpuk di bibir pantai. Tentu saja saya kecewa. Jauh-jauh dari Bandung menyeberangi laut dengan biaya tak murah, lalu mendapatkan obyek wisata yang kotor. Saya membayangkan kekecewaan pelancong yang datang lebih jauh dari saya.
Di Pulau Kelor yang relatif lebih kecil dan tak berpenghuni, bahkan sampah berserakan juga di daratan. Kebanyakan sampah sisa pembungkus makanan dari para pemancing yang menginap di sana. Di Pulau Onrust, sampah terlihat di dermaga dekat loket tiket masuk. Mudah-mudahan saja Pemda DKI Jakarta segera memiliki solusi agar sampah dari Jakarta tak mengotori pantai Kepulauan Seribu sebagai obyek wisata yang potensial.
(ben/foto:benny rhamdani)
0 komentar:
Post a Comment