Nama Eka Kurnia Sari di kancah
perbukuan sudah tidak bisa dibilang baru lagi. Karyanya berupa desain buku anak
hingga dewasa sudah bolak-balik menghiasi toko buku. Padahal wanita berhijab ini
sama sekali bukan lulusan jurusan desain.
“Saya mendesain buku sejak tahun 2008 . Sebenarnya saya lulusan
Teknologi Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB). Sempat kerja di bidang pangan juga satu tahun.M
erasa bukan passion saya, dan terus-terusan disuruh jadi PNS oleh orangtua, sedangkan saya nggak mau, akhirnya saya nekat hijrah ke Bandung,” papar kelahiran
kelahiran Jakarta, 21 Desember 1985 ini.
Di Bandung, Eka bekerja di
sebuah penerbit ternama. “Jujur, awalnya agak amazed, secara saya nggak ada background desain sama sekali. Semuanya
otodidak,” sambung isteri komikus Hendranto Pratama Putra ini. Skill mendesainnya pelan-pelan
makin terasah sambil bekerja.
Di kantornya Eka pun kerap memberi
ilmu dan tips kepada desainer buku yang magang maupun baru bekerja. “Tips dari
saya, mereka saya minta terus belajar dan jangan cepat puas. Kebanyakan anak
muda sekarang terlalu bangga dengan skillnya sendiri , sehingga tidak mau
melihat yang lain. Ini yang membuat karirnya jadi mentok, sambungnya.
Selain mendesain buku, ibu
satu anak ini pun memiliki bisnis sepatu dengan label Silly
Sally pada tahun 2013. “Pada awal kemunculan Silly Sally, saya fokus di
sepatu lukis, karena memang sedang ngetrend.
Saya melukis dan menjual melalui on-line. Tapi namanya trend pasti akan surut,”
kisah perempuan yang senantiasa berpenampilan modis ini.
“Saat trend surut, saya puter
otak lagi gimana caranya supaya bisnis tetap berjalan. Akhirnya, saya
memutuskan untuk bikin sepatu sendiri. Saat itu saya terjun langsung di
Cibaduyut, keluar masuk gang cuma untuk nyari pengrajin yang pas dengan saya. Saya cari yang bagus hasilnya, cepat, nggak
terlalu mahal, dan nggak gaptek . Karena saya harus koordinasi desain dan
lain-lain via internet. Alhamdulillah, dapet yang pas, dan berlanjut hingga
sekarang,” kata Eka.
Dalam
membangun brand pun, Eka memiliki strategi. “Kita harus menemukan jati diri alias
signature style dari brand yang kita
buat. Dari pencarian itu akhirnya terbangun image Silly Sally yang nyentrik,
nyeleneh, bold, dan up-to-date. Bisa dilihat dari desainnya yang beda dan
berani, terutama di cutting solenya, dan up-to-date karena saya berkiblat pada
trend di luar negeri,” tutur Eka.
Lantas apa hubungan desain
sepatu dan buku?
“ Ada kok. Selain di sense
desain pastinya, kita juga dituntut untuk melek trend. Misal di buku lagi trend
cover ala-ala Korea, kita harus bikin yang sesuai, karena namanya trend pasti
kan sesuai selera pasar ya. Sepatu juga kayak gitu, cuma bedanya untuk sepatu
saya kiblat trendnya ke luar negeri, beda sama cover yang emang ngikutin trend lokal,”
jelas desainer yang kerap bolak-balik pameran ini.
Nah, buat Anda yang tertarik
jualan sepatu sekaligus mendesain sendiri. Ini ada tipsnya.
“Kenalkan dulu produknya
. Harus punya diferensiasi dari yang
lain. Entah itu dari modelnya atau sistem marketingnya yang membuat produk kita
lebih unggul. Khusus untuk desainer sepatu, nggak harus bisa gambar bagus-bagus
amat. Yang penting kita bisa mengkomunikasikan desain kita ke pengrajin, karena
si pengrajin inilah yang bakal merealisasikan produk kita nantinya.
Yang paling penting juga kalau
mau membangun bisnis, adalah harus tahan banting. Berani memulai bisnis itu
harus berani rugi. Rugi itu biasa dalam bisnis, jangan dianggap itu sebagai
kegagalan, tapi jadikan itu tempaan yang membuat kita jadi matang dan lebih
baik lagi ,” tandas Eka
0 komentar:
Post a Comment