Sang maestro, A.D Pirous dan karya terbarunya. |
Saat memasuki galeri milik maestro pelukis kaligrafi Indonesia A.D. Pirous di Bandung, ada kekuatan magis yang membuat saya terpaku di setiap karyanya. Saya seperti sedang membaca tulisan penuh misteri di balik sebuah lukisan.
Sore itu saya sengaja menyambangi galeri milik pria kealahiran Meulaboh, Aceh, pada tanggal 11 Maret 1932 itu. Sebuah pameran bertajuk 'Menulis, Melukis' tengah digelar dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan tahun ini.
"Saya memang selalu membuat acara khsuus setiap Ramadan. Jika sebelum-sebelumnya saya pernah membuat ceramah keliling, kali ini saya membuat pameran lukisan," ungkap Guru Besar ITB sejak 1994 ini.
Tema 'Menulis, Melukis' sangat sesuai dengan kepiawaiannya melukis kaligrafi. Boleh dibilang, Pirous merupakan pioner seni lukis kaligrafi di Indonesia, sekaligus maestronya.“Kaligrafi dalam lukisan saya bermula saat belajar desain dan seni grafis di Rochester Institute of Technology, New York, Amerika Serikat, tahun 1968-1970,” ungkapnya saat saya bertemu, sungguh sebuah keberuntungan.
Pirous bercerita sempat mengunjungi pameran koleksi seni Islam dari Timur Tengah di New York Metropolitan Museum. Karya kaligrafi Arab yang indah membuatnya mengingat kembali artefak kaligrafi Islam yang banyak tersebar di kampung halamannya di Aceh.
Pirous pun terpacu melahirkan karya seni rupa yang memadukan keyakinan ideologis (Islam), khasanah lokal di Aceh (kaligrafi Arab) dan semangat zaman (modern). Pulang Indonesia, Pirous berkarya grafis dan lukisan dengan tema utama kaligrafi Islam. Salah satu karya pertamaya, berupa etsa ukuran 40 x 50 cm yang menorehkan Q.S. Al-Ikhlas secara lengkap.
Karya ini-juga karya grafis selanjutnya-mengandalkan teknik etsa viscosity, yaitu cetak intaglio yang menghasilkan warna dan tekstur berlapis-lapis. Adapun lukisan kaligrafi diolah dengan tekstur tebal dan dibalur warna-warni yang kaya. Karyanya selalu menampilkan penggarapan bidang, warna,. Tekstur dan huruf Arab yang harmonis.
Sambil berkarya, Pirous melakukan penelitian lapangan kaligrafi Islam di situs, makam kuno, masjid dan rumah tradisional di Banda Aceh, Aceh Utara dan Aceh Jaya. Dia makin tersentuh menyaksikan kaligrafi pada naskah kuno (manuskrip) yang berumur lebih dari 150 tahun di Tanoh Abee.
Cahaya Malam yang Memancarkan Kemuliaaan |
"Saya mengangkat kaligrafi sebagai bagian utama yang konstruktif dalam lukisan, bukan sekedar catatan. Antara aksara dan latar belakang lukisan menyatu. Saya berusaha menampilkan karya yang bertubuhkan huruf Arab dengan menyandang spirit religius Islami," jelas Pirous yang juga banyak menerbitkan sejumlah buku.
Dalam pameran kali ini, setidaknya ada dua lukisan baru karyanya. Pertama, berjudul 'Tuhanmu Melihatmu' yang begitu memesona. Warna jingga yang mendominasi memberi kesan misteri agar siapapun yang memahaminya bisa bekerja seola Allah melihat kita di manapun (ihsan).
Lukisan kedua yang terbilang baru adalah 'Cahaya Malam yang memancarkan Kemuliaan'. Karena terkait lailatur qadar, lukisan ini begitu dominan warna hitam.
Banyak cerita menarik dari Sang Maestro dalam kunjungan saya kali ini. Begitu dalam dan berkesan. Salah satunya adalah cara menikmati lukisan kaligrafi bagi orang awam.
"Pertama seperti biasa yang dilihat adalah keindahan lukisannya. Barulan menyelami makna kaligrafinya," ungkap sang pelukis. Dan misteri yang menarik untuk dipecahkan adalah jalinan khat membentuk kaligrafi itulah. Jika sudah pada tahap ini akan nikmat melihat karya-karya di galeri ini. Bisa berjam-jam kita terpaku.
0 komentar:
Post a Comment