Pernah mendengar Penjara Banceuy? Pada masa penjajahan Belanda, orang menuliskannya Bantjeuj. Dalam bahasa
Sunda, banceuy berarti kandang kuda atau istal. Benarkah ada misteri di penjara tersebut?
Jalan utama di dekat Banceuy yang sekarang dikenal dengan
Jalan Asia Afrika merupakan jalur perintis di Bandung yang merupakan jalan bagi
armada pos. Di belokan, terdapat sebuah kantor pos besar yang pada saat itu
armada posnya menggunakan kuda sebagai alat transportasi.Tak heran jika di
dekatnya didirikan kandang kuda yang kemudian muncul sebutan Bantjeujweg.
Tidak hanya kandang kuda, sejak tahun 1877 Banceuy lama-lama
dikenal sebagai tempat berdirinya penjara untuk tahanan kriminal kelas teri dan
tahanan politik. Dan di penjara itulah pada Desember 1929, seorang pemuda
bernama Soekarno yang merupakan ketua Partai Nasional Indonesia (PNI)
dijebloskan ke dalamnya.
Menurut catatan sejarah, Soekarno tidak sendirian ditahan,
melainkan bersama R. Gatot Mangkoepradja (Sekretaris II PNI Pusat PNI), Maskoen
Soemadiredja (Sekretaris II Cabang Bandung), dan Soepriadinata (Anggota PNI
Cabang Bandung). Kalaupun saat ini hanya satu sel bekas hunian Soekarno yang
dipertahankan karena dari keempat orang itu, Soekarno yang kemudian jadi
Presiden RI.
Di sel no.5 berukuran 2,5 x 1,5 meter itulah Soekarno
kemudian menyusun pleidoi yang belakangan dikenal sebagai Indonesia Menggugat (Indonesie
Klaagt Aan). Kantor pengadilan yang terletak di pojok Jalan Perintis
Kemerdekaan, kini disebut sebagai Gedung Indonesia Menggugat, setelah
sebelumnya sempat menjadi kantor Badan Metrologi.
Tak ada yang kekal, nasib penjara Banceuy demikian. Karena
mulai tak keruan, Penajara Banceuy kemudian dipindahkan ke Jalan Soekarno Hatta
pada tahun 1983. Lantaran semua tahu penjara itu pindahan dari Banceuy, orang
masih saja menyebutnya Lapas Banceuy.
Pada tahun 1985, penghuni Lapas Banceuy yang kebanyakan
tahanan Narkoba dipindahkan ke Lapas Kebon Waru di Jalan Jakarta, Bandung.
Perlahan, sebutan Penjara Banceuy pun hilang. Apalagi penjara di Banceuy
kemudian dirobohkan menjadi pusat perkantoran dan perbelanjaan bernama Banceuy
Permai. Kawasan Banceuy sendiri kemudian lebh dikenal sebagai pusat elektronik,
semacam Glodok-nya orang Bandung.
Saya sempat menyaksikan betapa Banceuy Permai pada akhirnya
seperti ‘kena kutukan’ sebagai pusat perbelanjaan yang tidak pernah bisa
bertahan lama. Masih ingat ketika Banceuy Permai akhirnya bangkrut, meskipun
sudah ada sebuah department store ternama. Setelah itu, dijadikan pusat
penjualan baju bekas yang dikenal dengan istialah ‘Cimol’. Tapi itu pun tak
bertahan lama. Terakhir, saya sempat juga melihat bangunan itu berubah menjadi
pusat penjualan oleh-oleh haji ala Tanah Abang. Lagi-lagi tak bertahan lam,
kemudian bangkrut.
Menurut Haryoto
Kunto, penulis buku Wajah Bandung Tempo Doeloe, area bekas penjara Banceuy
tersebut masuk wilayah mistis yang disebut Sumur Bandung. Termasuk juga kawasan bekas gedung Miramar
dan Palaguna yang kini dihancurkan. Konon, kawasan Sumur Bandung tidak cocok
untuk perniagaan karena akan mendatangkan kebangkrutan. Lebih pas untuk
perkantoran ataupun sosial.
Entah benar atau tidak, kadang saya merasa diuntungkan
dengan adanya mitos tersebut. Karena jadinya saya masih bisa melihat jejak
sejarah Soekarno di sana, yakni satu sel bekas Soekarno dan salah satu bagian
menara pengawas. Bagian menara terlihat dari pinggir Jalan Banceuy. Sedikit
masuk ke dalam, kita akan menemukan area kecil berbentuk monument setengah
terbuka sel tahanan nomor 5. Agak unik juga sebab berada di deretan tempat parkir
dan himpitan dua bangunan tinggi.
Di area monumen, pengunjung bisa membaca jejak sejarah
Soekarno dalam merintis pergerakan kemerdekaan RI, juga tentunya sel asli berisi
barang mock-up yang dulu pernah ada saat Soekarno di dalamnya.
Di masa walikota Ridwan Kamil, monument ini tampak lebih
menarik untuk dikunjungi ketimbang tahun-tahun sebelumnya yang kerap jadi
tempat menjemur pakaian. Apalagi monument ini juga merupakan bagian dari
kawasan 60 tahun Konferensi Asia Afrika yang baru lalu.
0 komentar:
Post a Comment