Saat di Manado, saya merasa bosan dengan hidangan sarapan hotel. Oleh teman yang tinggal di Manado disarankan untuk mencicipi nasi kuning khas Manado. Untungnya hotel saya menginap dekat dengan sebuah kedai nasi kuning yang legendaris, yakni kedai nasi kuning Saroja.
Sebenarnya di depan hotel tempat saya menginap di Jalan Jendral Sudirman, dapat ditemukan dengan mudah penjual nasi kuning. Tapi saya memilih ke Jalan Diponegoro yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari hotel. Tidak terlalu sulit mencari kedai Saroja. Cukup bergerak ke arah Centrum, lalu belok ke kiri. Atau bertanya, dan semua orang sepertinya tahu letak Saroja.
Saat saya masuk ke warung yang terdiri dari dua
ruangan makan, tampak sudah terjadi antrean. Belasan orang juga tampak sedang
menikmati nasi kuning maisng-masing. Padahal waktu baru menunjukkan pukul tujuh
pagi.
Saya pun segera memesan nasi kuning yang paling
khas. Sebenarnya, untuk makan di tempat, nasi kuning dihidangkan di piring
biasa. Tapi saya ingin menikmati sensasi nasi kuning yang dibungkus daun lontar
atau woka. Padahal ini biasanya untuk dibawa pulang.
Kedai nasi kuning ini berdiri sejak 1977.
Pemiliknya bernama Salma Simen, tetapi kedai ini sekarang dikelola oleh anak
dan adik kandung Salma.
Peasanan nasi kuning saya dilengkapi irisan ikan
cakalang, daging sapi, sambal, dan tak lupa bawang goreng. Dan menu favorit
pelanggan kedai ini adalah nasi kuning cakalang, salah satu lauk khas Manado.
Tak lupa sebutir telur rebus. Satu porsi nasi kuning saya dihargai Rp20.000.
Buat yang suka bisa memesan perkedel jagung.
Perkedel ini dibuat dari pipilan jagung utuh yang dicampur dengan irisan cabai
merah. Ada pula kerupuk udang dan kerupuk aci untuk memberi keriuhan saat
makan. Saya sebenarnya tertarik dengan lauk rica. Tapi khawatir terjadi sesuatu
dengan perut saya, terpaksa saya tahan.
Saya rasa nasi kuningnya cukup nikmat sebagia menu sarapan, terutama
bagi yang tidak suka rasa pahang seperti yang biasanya ditemukan di nasi kuning
Jawa Barat. Kalau di Jawa Barat rasa rempahnya begitu kaya di nasi kuningnya.
Sementara nasi kuning Manado, kekuatannya justru ada di lauknya.
Menurut Bu Yani yang melayani, kedainya buka sampai
pukul sembilan malam. Puncak keramaian saat jam makan siang. Terus terang, bagi
pengelana muslim, tentu merasa aman ke kedai ini. Sebab di Manado banyak
kuliner yang tidak bisa dikonsumsi umat muslim.
Warung Nasi Kuning Saroja ini juga pernah
mengukir prestasi sebagai warung nasi yang memenangkan penghargaan MURI
sebagai pembuat nasi kuning terbanyak.
Apakah Anda pernah mencicipinya? Bagaimana
menurut Anda?
-------------------------------------------------------------------------------
Silakan tinggalkan komentar bagi yang menyukai artikel ini
---------------------------------------------------------------------------------
0 komentar:
Post a Comment