Sekilas penampilannya sangat mirip penyanyi jebolan Indonesia
Idol, Judika. Muhammad Rafyk tak menampik jika ada yang menyatakan hal itu. Dan
untungnya, polisi berpangkat Iptu ini juga jago tarik suara, terutama dalam
bahasa Mandarin.
“Karena jumlah populasi
penduduk Tionghoa menyebar di belahan
dunia manapun, dan merupakan bahasa Internasional jadi saya tertarik mempelajarinya
sejak bergabung dengan Polri,” ucap pria yang masuk jadi polisi sejak tahun
2003 ini.
Awalnya, Rafyk menyukai bahasa Mandari melalui lagu-lagu Mandarin
koleksinya. “Isi hape saya kebanyakan lagu Mandarin. Saya dengarkan lagu-lagu
itu sesering ngkin sehingga lebih mudah ketika akhirnya belajar bahasa Mandarin,”
tambah pria kelahiran Pontianak, 23 Oktober 1985 ini.
Kepiawaiannya bahasa Mandarin juga ditempa di Sekolah Bahasa
Polri di Cipinang, Jakarta Timur. “Komandan saya memberi fasilitas saya belajar
menulis hanzi, percakapan, membaca dan mendengarkan di Sekolah bahasa Polri
selama tiga bulan,” papar angota Polda Kalimantan Barat ini yang pernah masuk 10 besar lomba nyanyi lagu Mandarin di sebuah stasiun tv swasta nasional ini.
Tak hanya sekolah, Rafyk pun mengikuti studi banding ke China
untuk memperdalam kemampuan bahasa Mandarin serta pengetahuan buadaya Tionghoa.
Lantas apa untungnya punya keahlian bahasa Mandarin bagi tugas kepolisiannya?
“Manfaatnya sangat banyak. Saya dinas di wilayah hukum Polda
Kalbar yang mayoritas penduduk di kota adalah keturunan Tionghoa. Mereka menggunakan bahasa Khek dan
Tiu Ciu. Tetapi tidak sedikit yang menggunakan bahasa Mandarin, terutama keturunan
Tionghoa berusia di atas 40 tahun,”
jelas pemilik akun Instagram @real_rfk ini.
“Manfaat lainnya untuk menunjang pelaksanaan tugas saya sebagai
anggota Polri yang dinas di direktorat objek vital atau yang lebih dikenal dengan polisi pariwisata.
Selain itu, ketika anggota reskrim menangani perkara yg berkaitan dengan orang
asing khususnya yang berbahasa mandarin sangat diperlukan dalam proses
penyelidikan dan penyidikan. Kebetulan sebelum dinas di Direktorat Pam Onvit,
saya pernah menjabat sebagai Kanot Reskrim kurang lebih
18 bulan,” kata juara 2 Lomba Menulis Hanzi antar TNI-Polri dan pelajar pada tahun 2015 ini.
Selain gemar menggeluti budaya Tiongkok, Rafyk juga hobi belajar budaya India, inline skate dan traveling ke pusat-pusat pariwisata di Indonesia dan negara tetangga negara tetangga. “Traveling Indonesia sudah 22 provinsi. Kalau traveling kadang sendiri, kadang bersama teman kantor,” jelas Rafyk. Dan enaknya jadi polisi, saat traveling sendiri pun biasanya ditemani oleh teman polisi satu angkatan di kota tujuan di Indonesia.
Rafyk mengakui bahawa Tembok Raksasa dan Tiananmen
di Tiongkok adalah teampat wisata favoritnya. Tapi bukan berarti di
Indonesia tak ada obyek wisata ayng bagus. “Candi Muara Jambi termasuk salah satu tempat wisata sekaligus bersejarah yang bagus
tapi belum dipopulerkan. Padahal candi itu merupakan candi tertua
dan pusat sekolahnya para biksu dari seluruh penjuru dunia pada zaman dahulu,”
jelasnya.
Rafyk menyesalkan kejadian kabut asap di Indonesia dan
mengganggu industri pariwisata Indonesia. “Dengan tebalnya kabut asap di wilayah
Indonesia khususnya Kalimantan Barat,
secara otomatis berdampak kepada jumlah wisatawan mengingat belum stabilnya
jalur transportasi udara dan air,” tandas Rafyk.
0 komentar:
Post a Comment