Monday, October 19, 2015

Inilah Local Brand yang Laris di Kalangan Bangsawan Timur Tengah

Music Box dengan lagu Bengawan Solo. (Foto Benny Rhamdani)



Mulanya saya tidak tahu menahu ihwal kiprah perusahaan yang berada di seberang kantor saya bekerja. Saya pikir pabrik atau gudang seperti kebanyakan perusahaan  di dekatnya. Ternyata Kriya Nusantara ini merupakan perusahaan lokal yang mengusung kriya karya lokal genius dengan pasar tak sebatas lokal, tapi internasonal. Bahkan kriya dari perusahaan ini laris di kalangan bangsawan dan pengusaha Timur Tengah.


Hal itu baru saya ketahui ketika beberapa waku lalu Abdul Sobur, pendiri Kriya Nusantara, berbagi kisah inspiratif di lingkungan kerja saya. Sungguh saya hanya berdecak mendengar pemaparan kreativitas dan inovasinya. Apalagi pemegangg ASEAN Awards Art and Craft (2008) ini memasang strategi pemasaran yang unik, yakni membidik pangsa pasar premium.

"Pasar premium berada di puncak tertinggi dari piramida komunitas masyarakat adalah pasar yang tidak terpengaruh krisis, sangat peduli pada kualitas dan tidak sensitif harga," ujar  Chairman of INISAF Foundation ( Indonesia Islamic Art Foundation) ini.

Mau tahu seperti apa local brand yang lebih keren dibandingkan karya-karya bangsa lainnya itu?


Al Qur'an Box

Kotak Al Quran nan elegan. (Foto: Kriya Nusantara)

Mayoritas masyarakat di Timur Tengah adalah umat muslim. Tidak heran jika kota penyimpanan Al Quran ini laris manis di sana. Baik ukuran medium maupun kecil. Setidaknya ada lima jenis desain untuk kotak yang biasanya dimiliki keluarga bangsawan maupun pengusaha ini. 


Perfume Box
Kotak parfum nan cantik. (Foto: Kriya Nusantara)
Seperti kita tahu, bangsa Arab sangat menyukai wewangian. Mereka juga sangat anti terhadap parfum dari Eropa sekalipun brandnya mendunia. Di sana, parfum lokal lebih disukai, apalagi dijamin bebas alkohol maupun hal lain yang diharamkan. Para pengetes parfum di Arab biasanya mendapat bayaran yang mahal.


Kriya Nusantara tahu benar bangsa Arab membutuhkan kotak untuk menyimpan parfum mahal mereka. Maka tidak heran jika kotak ini kemudian menjadi barang laris. Bahkan para pengusaha parfum di Arab berebut memborong produk Indonesia ini untuk dipaketkan bersama parfum mereka.


Jewelry Box

Kotak perhiasan nan cantik. (Foto: Kriya Nusantara)
Perhiasan juga meruapakan kebanggaan para bangsawan Arab, terutama wanita. Tentunya mereka perlu ruang menyimpannya yang tak kalah cantik dengan perhiasan itu sendiri. Itulah sebabnya kotak perhiasan karya tangan putra Indonesia ini begitu disukai karena bentuk, desain dan kekuatannya yang berbeda. 


Art Radio

Bangsa Arab juga dikenal sebagai penggemar barang seni, salah satunya adalah radio antik. Tapi yang dibuat oleh Kriya Nusantara ini bukan benar-benar radio antik, melainkan desainnya saja. Baik chasing maupun bagian dalamnya adalah baru. Jadi Radio ini masih bisa dinyalakan dan terdengar baik layaknya radio modern. Orang Arab lebih suka menempatkannya di ruang keluarga sebagai benda seni pajangan.

Di Indonesia, produk ini dikenal dengan nama Radio Cawang. dan bisa kita temukan juga di Gallery UKM Smesco.

Salah sebuah radio akhirnya kami tahu harganya sekitar 250 dollar AS.


UKM Gallery

Dua kali saya memasuki UKM Gallery di Gedung SMESCO (Small and Medium Enterprises and Cooperatives atau Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah) Jakarta. Pertama, saat kantor kami merayakan ulangtahun di aula gedung itu. Kedua, saat pameran PopCon Asia tahun lalu. Kesan pertama yang saya dapatkan ketika masuk ke dalam UKM Gallery adalah betapa hebatnya karya putra Indonesia.

UKM Gallery dibuka dan diresmikan pada tanggal 3 April 2009 oleh Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah saat itu Suryadharma Ali. Misinya adalah ikut menjaga dan mengembangkan warisan budaya Indonesia, dengan terus menerus melakukan pengembangan desain agar daya saing produk meningkat sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.  UKM Gallery juga diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat yang sekarang ini menganggap produk-produk KUKM kurang berkualitas.

Produk-produk di UKM Gallery.
(FOTO: FB UKM GALLERY & PAVILIUN PROVINSI)


Mungkinkah?

Tentu saja mungkin.  Salah satunya adalah belajar dari semangat yang dilakukan Abdul Sobur. Dia pandai mengemas produk, membidik pasar, dan diplomasi bisnis tentunya.

Hendaknya tidak memaksakan produk-produk UKM untuk pasar yang sama. Jika memang barang-barang seperti kain tenun, batik, lukisan, furniture tidak terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah, pasarkan saja di masrayarak kelas atas. Tidak perlu menurunkan kualitas hanya agar mengejar pasar masyararakat menengah ke bawah.

Tidak mustahil jika pada akhirnya nanti, masyarakat Indonesia tak segan-segan membelinya tanpa melihat harga. Kemudian barulah disasar pasar luar negeri. Atau sebaliknya, dilempar saja dulu ke luar negeri. Sebab biasanya, kita baru menyadari betapa kerennya brand local saat sudah diapresiasi di luar negeri.

Bukan begitu?

0 komentar:

Post a Comment