Resminya Jakarta sebagai Ibu Kota
Diplomatik ASEAN dengan kata lain peran kota Jakarta bisa seperti Manhattan
tempat Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa ataupun Brussels di Belgia yang
menjadi ibu kota bagi Uni Eropa. Di kota-kota negara tersebut terdapat
perwakilan diplomatik negara-negara anggotanya.
Menurut saya langkah ini sudah
tepat, karena Indonesia sebagai salah satu pelopor berdirinya ASEAN harus
memegang andil paling besar dalam kiprahnya di ASEAN, terutama menyambut
Komunitas ASEAN 2015. Tapi apakah Jakarta memang cocok sebagai ibu kota diplomatik
dibandingkan kota-kota besar lainnya di ASEAN?
Pengalaman saya melihat dua kota
besar lainnya di ASEAN seperti Kuala Lumpur dan Bangkok, setidaknya bisa
menyimpulkan, Jakarta masih harus berbenah menghadapi tantangan sebagai ibu
kota diplomatik. Iklim yang hospitable bagi kehidupan diplomatik di Jakarta
masih jauh dari baik. Terutama problem lalu lintas dan minimnya infrastruktur
masih menjadi PR besar. Janganlah dibandingkan dengan Brussels atau Manhattan.
Apa Untungnya?
Lantas mengapa Indonesia harus keukeuh Ibu Kota diplomatik ASEAN.
Tentunya pemerintah sudah memikirkan keuntungannya. Baik keuntungan bagi
pemerintah Indonesia sendiri maupun untuk masyarakat Indonesia, terlebih warga
Jakarta.
Keuntungan bagi pemerintah
Indonesia sudah jelas adalah kebanggaan dalam pencitraan. Sehingga Jakarta
khususnya, bisa lebih di kenal di forum-forum International. Tidak mustahil
jika perannya sebagai Ibu Kota Diplomatik ASEAN berhasil, akan menular kepada
organisasi yang lebih besar keanggotaannya. Sebagai Ibu Kota Diplomatik juga
bisa memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan-keputusan.
Demi keuntungan tersebut,
pemerintah sudah semestinya memikirkan perbaikan fasilitas dan sarana demi
menjadi ibu kota diplomatik yang baik. Mau tidak mau peran Pemda DKI Jakarta
akan dituntut lebih besar lagi.
Transportasi publik harus dibenahi. (foto: wkipedia) |
Di sinilah yang kemudian menjadi
keuntungan bagi warga Jakarta, dan masyarakat Indonesia umumnya. Karena akan
banyak dikunjungi tamu asing termasuk liputan media asing, maka akan terjadi
pembangunan infrastruktur yang lebih baik dan modern di Jakarta. Artinya,
infrastruktur tersebut bukan hanya untuk dinikmati para diplomat asing, namun
juga warga Jakarta.
Kemacetan lalu lintas akan
diurai, transportasi publik dibuat lebih manusiawi, kebersihan lingkungan akan
dijaga, tata kota lebih asri, warganya hidup dalam kedisiplinan dan
mengembangkan kearifan lokal demi mempertahankan citra yang baik dari pandangan
international. Itulah sebagian keuntungan yang diharapkan.
Dari sisi ekonomi, sudah pasti
akan terjadi peningkatan pendapatan asli daerah. Jika ada rapat, diskusi atau
konferensi, entah berapa tamu yang akan menginap di hotel-hotel berbintang di
Jakarta, yang berarti pemasukan untuk industri hotel dan pemda Jakarta dari sector
wisata. Termasuk uang yang mereka belanjakan untuk makan dan minum, atau
oleh-oleh. Dibukanya kantor-kontor diplomat asing juga akan membuka lapangan
kerja baru. Bisinis property sudah dipastikan akan meningkat karena
pejabat-pejabat kantor perwakilan asing membutuhkan tempat tinggal. Efeknya
adalah pada tingginya permintaan apartemen, terutama di kawasan yang penuh
dengan kantor diplomat seperti Kuningan dan Menteng.
Saat ini, tercatat di Jakarta terdapat 94 kedutaan besar asing,
kantor Sekretariat ASEAN, sejumah kantor perwakilan Badan PBB dan organisasi
non-pemerintah internasional. Secara tidak langsung, memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi di
Jakarta yang cukup signifikan. Hal itu terlihat dari jumlah perusahaan di
bidang logistik yang meningkat hingga 104 persen, sejak 2010 (500 perusahaan)
hingga kuartal pertama 2012 (1.020 perusahaan).
Penanaman modal asing (PMA) di
Jakarta mencapai pada level tertinggi, dibandingkan sejumlah kota besar di
Indonesia, dengan pencapaian sebesar 4,8 miliar dolar AS (Rp45,4 triliun) pada
2011. Pada kuartal pertama 2012, Jakarta kembali menikmati nilai PMA tertinggi
sebesar 13,9 miliar dolar AS (Rp131,56 triliun).
Dari sisi keamanan, sudah pasti
harus lebih ditingkatkan. Sebab tidak mungkin orang-orang asing mau berkunjung
ke kota yang dipenuhi ancaman kriminalitas dan teroris, serta gangguan keamanan
lainnya.
Andil Masyarakat
Bukan hanya pemerintah yang harus
menjaga nama baik Jakarta sebagai Ibu Kota Diplomatik ASEAN. Peran masyarakat
dan swasta tentu penting sekali. Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut, sangat
diperlukan sosialisasi kepada semua pihak posisi Jakarta saat ini sebagai Ibu
Kota Diplomatik ASEAN.
Saya yakin sepenuhnya dengan
kepemimpinan Jokowi-Ahok, Jakarta akan menjadi Ibu Kota Diplomatik ASEAN yang
ideal. Sebab, bila gagal, maka Indonesia akan merugi. Pencitraan negatif akan mudah tersebar luas.
Saya sendiri walaupun bukan warga
Jakarta (tapi sering berhubungan dengan rekan bisnis dari luar negeri di
Jakarta), akan berusaha menyumbangkan pemikiran demi Jakarta yang lebih baik. Terutama
lewat tulisan-tulisan di blog tentunya. Karena saya sudah membaiat diri saya
sendiri sebagai blogger ASEAN.
ooOOoo
referensi: asean.org dan kemlu.go.id
Tulisan ini disertakan dalam lomba #10daysforASEAN
referensi: asean.org dan kemlu.go.id
Tulisan ini disertakan dalam lomba #10daysforASEAN
0 komentar:
Post a Comment