Sejak menyandang gelar dokter s
pada tahun 2014, Yudi Pranata berkomitmen untuk menekuni profesi barunya.
Padahal cowok berdarah Bangka kelahiran 20 Februari 1991 punya banyak prestasi
di bidang lainnya. Yudi pernah mengikuti olimpiade ekonomi (2008), olimpiade
astronomi (2009), dan Duta Wisata Bangka pada tahun 2014.
“Terakhir saya mengikuti Ship for Southeast Asean Youth Program (SSAYP) tahun
2014, dan itu sempat membuat saya menunda ikut program internship kedokteran
selama empat bulan. Setelah SSAYP saya berkomitmen untuk menekuni profesi dulu
sampai tahun depan,” tutur penggemar otomotif dan olahraga ini saat ditanya.
Yudi mengaku memilih jadi dokter
karena dirinya merasa tak cocok duduk di belakang meja terus. “Saya suka berhadapan
dengan berbagai macam orang biar nggak bosan. Saya juga penggemar adrenalin,
dan itu bisa saya dapatkan di ruang instalasi Gawat Darurat (IGD),” ungkap vokalis
band kampus yang menggemari Noah Band ini.
Tak sedikit pengalamannya ikut
lomba dan duta wisata yang berguna ketika kemudian dirinya menjadi dokter. “Dengan
pengalaman itu saya jadi semakin banyak ketemu dan kenal orang. Jadi semakin tahu cara menghadapi setiap orang
juga beda. Nah, pengalaman itu bisa saya pakai untuk menghadapi pasien karena tipe
pasien juga berbeda-beda,” kata pria yang selanjutnya ingin mengambil
spesialisasi jantung ini.
Saking menikmati profesinya
sebagai dokter, Yudi memilih blusukan ke daerah pedalaman di Kalimantan Timur
sebagai program internshipnya. “Banyak kegiatan puskesmas keliling dan posyandu
ke pelosok-pelosok di Kalimantan Timur. Kadang juga kampanye ke sekolah untuk
edukasi reproduksi atau antirokok/napza. Sesekali ada baksos juga di sini,”
jelas pemilik akun Instagram @dr_pranata ini.
Lucunya, karena masih muda dan
tampan, dokter ini kerap diminta jadi menantu oleh ibu-ibu yang jadi pasiennya. “Akhirnya,
daripada pusing dan nggak enak nolak,
saya mengaku sudah menikah dan punya anak satu, hahaha,” tawanya.
Tak hanya pengalaman lucu, Yudi
juga kadang mendapatkan moemen-momen yang membuat hatinya terenyuh. “Terutama
saat kita tahu prognosis pasien itu buruk, tidak ada harapan, tapi tidak bisa menyampaikan itu ke keluarga, karena kita
bukan Tuhan,” ungkapnya. “Yah, paling saya bilang minta keluarganya agar berdoa aja, dan
sebagai dokter saya tidak bisa bantu
apa-apa lagi.”
Ihwal dokter-dokter muda yang tak
seperti dirinya mau blusukan hingga ke pedalaman Indonesia, Yudi berkomentar,”
Mereka yang pilih-pilih sebenarnya nggak siap keluar dari zona nyaman. Sebenarnya
rugi banget, di daerah pengalaman akan lebih banyak, dapat lingkungan/keluarga
baru, dan dokter di daerah relatif lebih dihargai. Tap itu hak.mereka sih. Setiap
orang punya pertimbangan masing-masing.”
Dan sebagai tenaga kesehatan yang
berada di daerah, Yudi berharap,” Masyarakat daerah butuh dijangkau, jangan dimarginalkan.Saya akui memang
pembangunan kita ngggak merata dan nggak adil antara yg di kota besar dengan yang di pelosok. Untungnya, tenaga kesehatan
di sini luar biasa dedikasinya.”
0 komentar:
Post a Comment