Seperi biasa saat mampir di sebuah kota, saya selalu
berusaha keluar hotel lepas shalat subuh, mencari pasar tradisional terdekat.
Kali ini saya mampir di Pasar Karang Lelede, Jalan Ismail Marzuki, Mataram,
Lombok. Dari hotel saya menginap di
Lombok Royal hanya sekitar 100 meter.
Tujuan saya ke pasar tradisional
biasanya adalah hunting foto, karena biasanya di pasar tradisional akan banyak
ditemukan banyak keunikan. Selain itu, mencari alternatif sarapan pagi,
lantaran cukup bosan dengan menu sarapan hotel.
Saat saya datang, banyak pedagang
yang baru membuka lapaknya. Hanya pedagang di sisi jalan yang sudah siap. Saya tidak masuk ke bangunan utama yang
bertingkat, tapi ke sisi kirinya yang seperti sebuah gang ke perkampungan.
Jenis-jenis yang dagangan yang
terlihat beraneka rupa, mulai dari sayuran, buah-buahan kembang untuk canang, kain, hingga jajanan pasar. Mata saya akhirnya terpaku di salah satu
kios. Seorang pria sedang mengipas bungkusan daun pisang yang dibakar,
sedangkan wanita di dekatnya berbenah.
Nama pria itu Wayan Tirta. Dia
mengaku sudah 20 tahun berjualan di Pasar Karang lelede. Dagangan utamanya adalah pepes ikan dan
otak-otak. Harga pepes ikan Rp1000, dan
otak-otak Rp2000 per tiga bungkus.
Saya memutuskan untuk membeli dan
mencicipinya. Pepes ikan yang saya pikir ikan tawar ternyata isinya ikan laut.
Jiya, saya malah kesenangan. Rasanya lezat karena masih baru diangkat dari
pembakaran. Hangat-hangat gimana gitu. Belum lagi aroma arang yang menempel.
Menurut Pak Wayan, orang bisa memakan
pepes begitu saja, tapi ada juga yang pakai nasi. Begitu juga dengan otak-otak.
“Tapi saya tidak menjual nasinya,” kata Pak Wayan tersenyum.
Lantaran tampak sedang sibuk, saya mengurungkan diri
bertanya lebih banyak.
Saya akhirnya memutuskan mencari makanan ringan lainnya. Di
kios makanan ringan saya agak bingung memutuskan penganan yang akan dibeli,
lantaran tidak terlalu khas. Hampir sama seperti di Jawa. Biar tak bingung saya melanjutkan keliling ke
bangunan utama. Di sini lebih banyak dagangan sembako dan daging. Tapi belum
buka semua.
Berada di pasar ini, saya seperti masuk ke pasar tradisional
di Bali. Tampak pura kecil di depannya, juga aroma dupa dari beberapa kios.
Memang Pasar Karang Lelede terletak di
Cakranegara yang merupakan ‘perkampungan Bali’ di Lombok. Bahkan, di saat hari
besar Agama Hindu, pasar ini tutup.
Semakin siang, pasar ini semakin ramai. Delman-delman khas
Lombok pun berjajar di depan pasar, tanda pembeli sudah mulai berdatangan.
Setelah puas mengambil foto, saya meninggalkan pasar dengan aroma pepes ikan
dan otak-otak yang masih menempel di
lidah. Rasanya, pagi ini saya akan sarapan di hotel saja.
Foto-foto: Benny Rhamdani
0 komentar:
Post a Comment