Ini dia 'salad stress' di Roemah Keboen. |
Merayakan pernikahan kami beberapa
hari lalu, saya sengaja mencari tempat makan malam yang asik untuk kami
bertiga. Secara random menyusuri jalan, akhirnya saya parkirkan mobil di
halaman Roemah Keboen, Jalan Laks. RE Martadinata, Bandung.
Beberapa tahun silam, saya pun
pernah mengajak isteri dan anak saya makan di sini. Suasananya sangat luxury, romantis
karena tersedia musik hidup. Membuat kami ingin mengulanginya.
Malam ini saya agak terkejut saat
masuk. Tak ada suara musik. Bangku yang kosong. Belum lagi terlihat ruangan di
sebelah yang berantakan. Tadinya kami hampir tak jadi makan di sini. Untunglah
ada satu keluarga yang menjadi tamu di dalamnya.
Kolan ikan koi dan akses moge menghibur kami. |
Kami memilih salah satu deret
tempat duduk, dekat tangga. Dua waiter duduk sambil ngobrol dekat kami dengan
santai. Mungkin karena sepi pengunjung.
Kami pun mengorder masakan.
Pesanan minuman yang sudah diorder harus
diulang karena tidak tersedia. Salad yang saya inginkan harus diganti salad
lainnya. Hal ini membuat saya dan isteri saya berpikir lain tentang resto ini.
Menu Pilihan Kami
Roemah Keboen memiliki menu
variatif, dari makanan Indonesia, orienteal sampai yang western. Silakan pilih
tergantung selera.
Dulu ketika makan di sini saya
pernah makan steak yang lezat. Namun karena saya sedang berusaha meredam laju
berat badan, saya pilih salad, yakni Salad Desperado. Lucu juga namanya kalau
tahu bahasa gaul. Desperado itu artinya depresi alias stress. Jadi kesannya salad ini bikin stress atau yang bikinnya
stress.
Salad Desperado ini merupakan salad
khas mexico. Kalau bahannya ya sama saja seperti kebanyakan salad, hanya kita
akan menemukan dendeng kering sapi nan renyah. Ya, sepertinya orang Mexico suka
yang crispy-crispy seperti kita. Lain
yang membedakan adalah dressing kejunya. Enak. Ditambah lagi renyahnya onion
ring yang saya suka. Dan ternyata bisa bikin stress hilang memang.
Isteri saya memesan menu nasi ijo royo-royo. Nasi jenis ini memang
semoat booming, terutama versi nasi ijo bakar bersisi ikan peda. Tapi di Roemah
Keboen dibuat lebih sophisticated penampilannya. Dijamin teman duduk di sebelah
bakal ingin mencicipinya. Karena itulah yang saya lakukan. Kalau saja saya tak
ingat perut, saya mungkin akan memesannya juga.
Nasi ijo royo-royo ala Roemah Keboen |
Nasi ijo royo-royo dilengkapi potongan timun dan tomat segar. Nasinya seperti nasi goreng tapi lebih lembut. Yang menjadi pertanyaan
adalah warna hijaunya itu. Soalnya secanggih-canggihnya teknologi pangan, saya
belum pernah dengar ada beras warna hijau. Jadi kemungkinan besar warnanya
memakai pewarna makanan.
Putra saya, Akhtar, memilih spaghetti
Bolognaise kesukaannya. Tapi lagi-lagi tak ada. Akhirnya mengganti dengan makroni keju. Sayangnya dia gagal menghabiskan pesanannya. Ketika saya ikut cicipi,
kemungkinan karena rasa gurih keju yang begitu dominan, sehingga aroma cita rasa makroninya malah luntur.
too cheessy |
Setelah beres, kami membayar
dengan harga sekitar rp200-an ribu. Isteri
saya sempat bertanya mengapa restorannya sepi. Kata kasirnya, Roemah keboen
biasanya ramai di malam Minggu. Sedangkan kami datang malam Senin. Hmm,
sebenarnya kalau memang recommended, malam apapun ramai.
Sedangkan ruangan berantakan di
sebelahnya, kasir bilang itu sedang ada renovasi pangkas rambut. Wuah, di malam
hari yang remang-remang suasananya saja terlihat mengganggu. Apalagi siang hari
ya. Untunglah interior Roemah Keboen diselamatkan oleh kolam ikan koi di
tengahnya serta akses motor gede.
Kami kemudian pulang ke rumah,
dengan diskusi ringan, mengapa kesan
kunjungan ke Roemah Keboen jadi berubah tidak seperti kunjungan kami sebelumnya
dulu.
Foto-foto Benny Rhamdani
0 komentar:
Post a Comment