Seperti biasa, usai jogging hari
Minggu saya mencari pelampiasan rasa lapar. Kali ini saya memutuskan untuk
berburu roti yang sangat legendaris di kota Bandung, yakni Roti Gempol. Sudah
lama saya ingin ke sana, tapi belum kesampaian.
Dari tempat jogging di kawasan
GOR Saparua di Jalan Ambon, saya langsung menginjak gas menuju jalan Riau,
kemudian masuk ke jalan Banda, memutar ke Bahureksa, lalu belok lagi ke Jalan
Tirtayasa hingga akhirnya menemukan Jalan Gempol.
Ini bukan kali pertama saya ke
kawasan Gempol. Tapi biasanya saya mampir ke daerah perkampungan tersebut untuk menyantap kupat tahu Gempol yang beken juga. Letak Roti Gempol masih terus dari
kedai kupat tahu.
Untuk yang belum pernah ke
kawasan ini, sebaiknya jangan terkecoh mencari roti yang berdiri sejak 1958
ini. Pasalnya, di bagian depan juga ada toko roti. Bila kita bertanya ke tukang
parkir, kadang diarahkan ke sana.
Satu lagi, karena akses jalan ke
Roti Gempol sempit untuk dilalui mobil, ada baiknya parkir di sekitar Jalan
Tirtayasa, lalu jalan kaki sekitar 75 meter. Anggap saja pemansan sambil
membakar kalori yang nanti akan diisi ulang. Karena kurang nyaman diakses
mobil, biasanya yang datang ke kedai Roti Gempol adalah para biker.
Seperti halnya pagi saat saya
datang. Sejumlah biker sedang menikmati roti bakar hingga ke pingggir jalan. Di
dalamnya yang yang tak seberapa luas sudah disesaki muda-mudi sehabis jogging.
Untunglah saya masih mendapat tempat duduk.
Saat tiba di kedai, kita akan
diminta menuliskan orderan. Kebanyakan yang mampir memesan roti bakar. Selainya
beranekarasa. Saya paling suka yang campur aduk manis. Karena sensasi
mengejutkan saat menggigit roti bakar campur-campur adalah kenikmatan tersendiri.
Untuk jenis rotinya juga bisa
memilih, antara roti gandum dan roti biasa. Tentu saja yang gandum
lebih
premium. Bagi yang suka asin, bisa juga memesan dengan campuran telur atau
keju. Suka-suka saja. Selain roti bakar juga tersedia penganan roti isi
lainnya.
Untuk minuman, tersedia beraneka
pilihan. Tapi saya paling suka minum dengan teh. Bagi beberapa orang, makan
roti bakar paling asyik dengan kopi susu. Ya, silakan saja.
Rasanya tak sabar menunggu roti
bakar pesanan datang. Apalagi aroma pembakaran langsung tercium karena berada
di dekat tempat duduk. Dan benar saja, begitu sepotong roti masuk ke lidah saya
… voila! Menggetarkan rongga mulut saya sehingga tak sabar memasukkan potongan
roti bakar berikutnya.
Oh iya, Sebaiknya datang ke Roti
Gempol datang bersama-sama, karena hitungan harganya jadi lebih murah. Saya
yang datang berempat saja hanya mengabiskan tak sampai rp50.000 untukroti bakar
dan teh hangat. Lagipula, lebih seru sarapan roti bakar rame-rame.
Saat saya makan, tak sedikit
pelanggan yang membawa pulang ke rumah roti bakarnya. Buat saya sih, makan di
kedainya, apalagi selagi rotinya hangat dan tehnya juga hangat. Mantap pisan,
euy.
Kalau yang takut kangen dengan
Roti Gempol, di sini juga dijual selai yang biasa mereka pakai.
Sebenarnya yang saya suka datang ke kawasan
Gempol adalah keunikan tata lingkungannya. Gempol seperti sebuah perkampungan
kecil di kawasan elit dengan rumah-rumah besar dan penuh pepohonan. Sementara
di Gempol sesak dan rumah-rumah kecil
yang langsung menuju jalanan. Hebatnya, di sinilah berdiri kuliner Bandung yang
sangat terkenal dan legendaries, yakni Roti Gempol dan Kupat tahu Gempol.
Foto-foto: Benny Rhamdani
0 komentar:
Post a Comment