Di kota Bandung, persaingan kuliner jenis martabak memang sangat ketat. Banyak jenis dan brand martabak yang sangat populer dan melegenda. Sebagai penggemar maratbak, hal ini sangat menguntungkan.
Kemarin malam saya coba menyambangi kedai martabak yang memiliki menu khasnya yakni martabak bolu. Jika kita menyusuri Jalan Cipaganti, kedai ini bisa ditemukan di sisi kiri. namanya Martabak Bolu Liana. Kedainya cukup ramai karena di sana pula terdapat kedai iga bakar dan bakwan malang yang beken.
Saya langsung bertanya kepada pria penjual, jenis martabak yang sering dipilih pembeli. Menurutnya, orang yang datang ke sana membeli maratabak bolu karena memang menjadi ciri khasnya. Yang membedakan maratabak bolu dangan martabak lainnya adaonannya yang membuat daging martabak terasa lebih lembut seperti bolu.
Jujur saja, saya bukan penggemar bolu. Jadi sebenarnya justru saya nggak penasaran mencicipinya. Tapi apa sal;ahnya mencoba. Di daftar menu ada berbajai jenis martabak manis dan asin. Ada juga pilihan martabak asin (telur) rica dengan tingkat kepedasan berbeda. Isi martabak manis pun beraneka rasa. Ya, ini kan emang sudah biasa di manapun.
Sambil menunggu pesanan saya, maratabak manis dan asin, saya duduk di dekat dapurnya. Hidung saya mencium bau tak sedap yang menguap dari selokan. Tapi saya lihat banyak orang tetap menyantap iga di kedai tersebut. Kalau saya mungkin sudah tak berselera.
Setelah satu antrean, alhirnya martabak pesanan saya beres. Tampak menggiurkan. Saya pun membawanya dan memakan dua jenis martabak itu di rumah. Rasanya .... voila!
Martabak manisnya, benar-benar lembut dan membuat saya merem melek menikmatinya. Adonannya nyaris sama dengan martabak-martabak premium di Bandung. Isiannya juga tak kelah sedap. Saya memilih isian cokelat kacang. Rasa cokelatnya hampir mendominasi. Itu saya suka. Butiran tumbukan kacangnya pun pas. Nggak mengganggu saat memakannya. Tahu sendiri, kalau makan martabak paling sebal jika ada kacang yang samapai nyangkut di geligi.
Martabak asinnya dengan isian daging ayam dan sapi juga terasa nikmat. Menurut saya inilah martabak asin yang pas asinnya dengan lidah saya yang terbiasa diet garam. Potongan daging ayam dan sapi berbaur, walau kadang saat mencoba menikmati rasa daging sapinya lebih dominan. San paling penting adalah campuran daun bawang yang membuat martabak asin ini terasa pas dengan selera saya.
Mungkin yang tak cocok dengan saya adalah saosnya yang menggunakan saos sachet. Memang ada acar. tapi saya lebih suka jika penjual martabak asin, menyiapkan sendiri sausnya. Entah apapun jenisnya. Terasa lebih khas.
Buat penggemar martabak, saya rekomendasikan datang ke tempat ini. Cuman jangan kecewa kalau susah parkirnya, Saya saja sampai parkir di badan jalan saking ramainya. Maklum, martabak ini sudah mulai buka sejak 1996 dan sudah menjual jutaan martabak.
^_^
0 komentar:
Post a Comment