Mungkin hanya saya yang belum
tahu ketika diajak teman-teman dari Hammocker Jawa Barat mendatangi Puncak
Bintang. Ternyata sudah setahun Perhutani Bandung Utara memiliki wisata alam di
RPH Arcamanik, BKPH Manglayang Barat, yang secara administrasi pemerintahan masuk dalam
wilayah Kampung Buntis Bongkor, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung,
Untuk menuju Puncak Bintang dapat
melalui akses Jalan Padasuka yang selama ini dikenal sebagai lokasi Saung
Angklung Mang Ujo. Pengunjung bisa mengnedarai sepeda, motor, maupun mobil.
Saya menaiki kendaraan roda empat menuju ke utara kurang lebih selama 30 menit.
Ingat, jangan menggunakan mobil rendah atau sedan ke lokasi karena jalannya
menajak, sempit, dan beberapa ruas jalan berlobang. Menjelang lokasi malah
sebagain jalan masih tanah polos alias belum diaspal.
Jalan ini dulu terkenal untuk
menuju lokasi tempat makan Cartil atau Caringin Tilu. Warga Bandung biasanya
makan di sini sambil melihat kota Bandung bermandi cahaya di malam hari. Dari Cartil kita bisa melihat simbol bintang
sebagai penanda lokasi. Ikuti saja terus jalan menuju Puncak Bintang. Tersedia
lahan parkir untuk motor dan mobil di sekitar 100 meter sebelum pintu masuk. Di
malam Minggu tempat parkir biasanya sangat ramai.
Dari tempat parkir sebenarnya
bisa meikmati panorama alam yang indah meskipun ketika saya datang sedang musim
kemarau. Mata langsung terasa teduh karena masih bisa melihat banyak pepohonan.
Sebelum pintu masuk pengunjung bisa melihat perkebunan palawija dan tomat.
Pengunjung harus membayar
restribusi masuk. Saat liburan lebaran tiket masuk naik menjadi Rp12.000. Pada
hari biasa tiket masuk hanya Rp5.000 per orang. Harga ini hanya untuk kunjungan
biasa. Untuk berkemah tarifnya Rp15.000 per malam per orang.
Serunya Berkemah
Saya datang bersama teman-teman
hammockers yang hendah menginap di Puncak Bintang. Mereka lantas memasang tenda
dengan cekatan, dan tentu saja hammock di antara dua batang pinus. Di sebelah,
belasan orang dari komunitas Sasapedahan juga mendirikan tenda dan memasang
hammock yang memang sedang ngetrend di kalangan pecinta alam.
Usai memasang tenda dan hammock,
delapan anggota kami bergegas menyiapkan makan malam. Ada yang ngeliwet nasi,
goreng temped an tahu, masak sayur sampai mengulek sambal. Saya karena tak bsia
masak, memlilih untuk mengenal lebih dalam isi Puncak Bintang.
Saat saya berjalan ke lambang bintang,
ternyata ada kerumuman keramaian . Sebagian mengenakan seragam polisi hutan.
Ternyata, hari itu bertepatan dengan usia satu tahun obyek wisata Puncak
bintang yang jatuh pada tanggal 25 Juli 2015. Kebetulan sekali.
Saya pun mengikuti rangkaian
acara syukuran itu. Administratur KPH Bandung Utara Wismo Tri Kancono S.Hut, MM
mengatakan bahwa dalam setahun ini Puncak Bintang sudah dikunjungi lebih dari 100.000 orang. “Padahal
dulu tidak ada yang tahu tempat ini,” kata Wismo yang kemudian harus membuka
jalan sebagai akses ke lokasi Puncak Bintang. Kini, Puncak Bintang menjadi primadona baru wisata alam di Bandung, terutama di akhir pekan.
Sementara itu, sesepuh adat Abah
Kanda berharap dengan adanya Puncak Bintang pengunjung tetap menjaga
kelestraian alam .” Saya minta pengunjung selalu menjaga kebersihan dan jangan
mengambil yang ada di dalam hutan,” pesannya.
Selepas acara syukuran, saya
kembali mengelilingi Puncak Bintang. Cahaya senja yang indah, membuat isi hutan
kian cantik. Sayangnya kecantikan ini sedikit dirusak oleh pemandangan orang
pacaran di sana-sini. Malah beberapa terlihat masih sangat muda usia.
Seandainya pengunjung yang datang ke hutan ini tetap menjaga norma susila dan
agama, tentu akan lebih menyenangkan.
Memetik Tomat
Ada satu hiburan menarik di
Puncak Bintang ini, yakni memetik tomat. Jika bermnat, silakan hubungi Bu Tini
sebelum pintu masuk. Tarif bagi pengunjung cukup Rp4.000 per kilogram. SIlakan
memetik sendiri atau minta dipetik oleh Bu Tini.
Saya sendiri mencoba mencicipi
tomat dari kebun Bu ini. Rasanya segar menikmati tomat yang baru dipetik. Sebab
biasanya makan tomat sudah melewati entah berapa tangan.
Luas kebun tomat milik Bu Tini sekitar
6 tumbak. Dia sengaja membuka untuk umum sejak libur lebaran lalu. “Sehari bisa
sampai 20 orang yang memetik. Rata-rata metik satu sampai empat kilogram,”
papar Bu Tini.
Fasilitas
Hal yang membuat saya suka datang
ke Puncak Bintang adalah fasilitasnya yang lumayan lengkap untuk obyek wisata
yang terbilang baru. Selain parkir, di dalam area juga kita bisa menikmati
lesehan di beberapa saung. Tersedia juga toilet yang bersih di beberapa spot.
Tentu saja juga ada mushola kecil dari kayu yang tampak alami.
Selain keindahan alamnya, juga
panorama sunset menjelang malam yang
sangat begitu mempesona serta sejuknya udara dingin hutan pinus, di Puncak
Bintang juga tersedia jogging track, bicycle track serta kita bisa melihat view
Bandung Lembang dari satu titik. Satu lagi yang tak kalah seru adalah menikmati
lautan awan di pagi hari saat sunrise.
Itu jika pengunjung beruntung. Makanya, sangat direkomendasikan untuk camping
saja, biar dapat sunrise dan sunset.
Kedepan, menurut Wismo Tri Kancono akan didirikan menara untuk melihat pemandangan lebih baik dari spot yang sudah diketahui timnya.
^_^
0 komentar:
Post a Comment