Banyak teman saya yang kerap ke
Bandung mengaku tak tahu menahu soal Museum Sri Baduga. Padahal hampir semua
obyek wisata sudah dikunjungi mereka bersama keluarganya masing-masing. Mungkin
karena letaknya di Jalan BKR 185, Tegallega, yang jauh dari outlet baju dan tempat
kuliner.
Saya sendiri baru datang ke
Museum sri Baduga belum lama ini untuk kedua kalinya. Kali pertama lebih dari
20 tahun silam saat masih kuliah. Kedatangan saya juga karena mengantar anak
saya, Akhtar, wisata edukasi dari sekolahnya.
Lumayan terkejut juga ketika
masuk ke dalam museum yang dikelola oleh pemerintah provinsi Jawa Barat ini.
Sangat jauh lebih baik ektimbang yang saya kunjungi pertama kali. Dari depan
saya sudah melihat sentuhan modern museum yang diresmikan pada 1974 ini.
Nama museum ini sendiri diambil
dari nama seorang raja Padjadjaran seperti yang ditulis di batu tulis
Bogor. Memang sedikit asing bagi
kebanyakan nama tersebut karena kerajaan Padjadjaran sendiri nyaris tak ada
bekasnya yang bisa dilihat.
Museum yang terbuka untuk umum ini memiliki koleksi dari jenis koleksi
Geologika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Historika,
Numismatika/Heraldika, Filologika, Keramik, Seni Rupa dan Teknologi. Setidaknya
5.367 buah koleksi tercatat di sini. Yang paling banyak adalah koleksi rumpun
Etnografika yang berhubungan dengan benda-benda budaya daerah. Jumlah koleksi
tersebut tidak terbatas pada bentuk realia (asli), tapi dilengkapi dengan
koleksi replika, miniatur, foto, dan maket. Benda-benda koleksi tersebut selain
dipamerkan dalam pameran tetap, juga didokumentasikan dengan sistem
komputerisasi dan disimpan di gudang penyimpanan koleksi.
Museum Negeri Sri Baduga yang berhadapan
dengan Monumen Bandung Lautan Api, dirintis sejak berbentuk bangunan suhunan
panjang dan rumah panggung khas Jawa Barat yang dipadukan dengan gaya
arsitektur modern; adapun bangunan aslinya tetap dipertahankan dan difungsikan
sebagai ruang perkantoran.
Penyajian koleksi membuat saya
terkesan karena ditata dengan baik agar pengunjung dapat memperoleh gambaran
tentang perjalanan sejarah alam dan budaya Jawa barat, corak dan ragamnya,
serta fase-fase perkembangan serta perubahannya.
Di lantai satu saya bisa melihat perkembangan
awal dari sejarah alam dan budaya Jawa Barat. Dalam tata pameran ini
digambarkan sejarah alam yang melatarbelakangi sejarah Jawa Barat, antara lain
dengan menampilkan benda-benda peninggalan buatan tangan dari masa Prasejarah
hingga jaman Hindu-Buddha.
Di lantai kedua meliputi materi
pameran budaya tradisional berupa pola kehidupan masyarakat, mata pencaharian
hidup, perdagangan, dan transportasi; pengaruh budaya Islam dan Eropa, sejarah
perjuangan bangsa,dan lambang-lambang daerah kabupaten dan kota se-Jawa Barat.
Adapun lantai tiga, memamerkan koleksi etnografi berupa ragam bentuk dan fungsi
wadah, kesenian, dan keramik asing.
Di museum ini juga ada ‘bioskop’
untuk menyaksikan sekilas tentang sejarah Jawa Barat yang berhubungan dengan
koleksi di museum.
Anak-anak pasti akan suka melihat
koleksi di dalam museum ini. Apalagi jika anak-anak kita tertarik dengan
hal-hal bersejarah.
Bagi yang hendak berkunjung,
Museum Sri Baduga dibuka pada hari Senin s/d Jum'at pukul 08.00 s/d 15.00 WIB,
Sabtu dan Minggu pukul 08.00 s/d 14.00 WIB, hari libur nasional lainnya tutup.
0 komentar:
Post a Comment